”A-ayah ...! Mereka si-siapa?” tanya Jasmine membekap mulutnya dengan tangan yang gemetar.
”Dewa! Ini tempat apa? Semuanya menyeramkan,” lirih Angellia seluruh tubuh bergetar.”Mereka adalah para roh yang penasaran. Ketika mereka sudah mati, Dewa tidak menempatkannya di neraka atau surga. Mereka terjebak di sini dan menginginkan raga kalian!” terang Edward begitu terasa emosi yang mengebu-gebu.Dengan cahaya yang samar-samar dari pantulan kekuatan Edward. Semua sosok-sosok itu, menghampiri pelindung. Mereka terlihat jelas begitu marah terus mencoba meraih tiga orang yang diam di situ. Terdengar dentuman keras dari tangan yang memukul kubah. Pantas saja ayahnya membuat perlindungan, jika Jasmine sekali tersentuh pasti sudah mati.”Lalu kami harus bagaimana Ayah Edward? Bebaskan kami?” pinta Angellia mulai panik.”Aku tidak bisa berbuat apa pun hanya sebatas ini saja. Pelindung ini akan terus melindungi kalian sampai Leo membawa teman lamJulie perlahan melepaskan satu persatu ikatan tali yang terus bercahaya jingga. Charless menenangkan diri, tarik napas dalam-dalam dan fokus. Sedikit demi sedikit tubuhnya menyusut kembali normal. Julie membalikan badan dan menutup matanya. Dia menjerit karena Charless tidak menggunakan baju sehelai pun. Celana jeans compang-camping yang hampir memperlihatkan sesuatu yang berharga. Charless sadar akan hal itu dengan rasa malu secepat kilat melilitkan kain selimut pada tubuhnya. Serenity yang awalnya tegang karena ketakutan menjadi tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu. Tepat pukul 7.30 PM malam hari, akhirnya mereka sampai juga. Mobil itu diparkirkan dekat dengan rumah keluarga O’neil. Leo keluar berlari secepat mungkin menuju kamar Jasmine. Disusul oleh Arthur dan yang lainnya. Kamar masih terkunci, langsung diketuk berkali-kali dengan keras. Arthur ingin rasanya menghancurkan pintu itu. Mereka sangat cemas dan semakin panik. ”Julie-Julie ...! Buka pintuny
”Ayah Aroon, mendengar sesuatu?” Leo memastikan bahwa itu benar suara atau halusinasinya. ”Hmm ... tidak mendengar apa pun. Hanya suara angin saja, ada apa?” sahut Aroon dan menoleh ke Leo. ”Aku mendengar seseorang memanggilku. Siapa, ya? Entah, asalnya dari mana,” jelas Leo mulai kebingungan. ”Coba kamu fokuskan pendengarannmu. Tutup matamu. Pasti akan menunjukan sumbernya di mana.” Charless menjelaskan yang langsung Leo lakukan. "Baiklah. Tunggu sebentar,” jawab Leo.Butuh waktu beberapa detik, tanpa disadarinya mendapat penerawangan. Leo melihat Jasmine dan Angellia yang terpojok oleh roh penasaran. Suara itu semakin jelas, ternyata mereka yang memanggilnya. Dia tersentak membuatnya mundur beberapa langkah. ”Tetap jaga posisi itu. Jangan berubah sedikit pun, ada apa Leo?” tanya Barlder melihat Leo terkejut dan berkeringat deras. ”Aa-aku melihat mereka. Yah, mereka, Paman!” sahut Leo menatap Barlder. ”M
Serigala Cerberus berlari dan menyerangnya dengan mengayunkan tangan berkuku tajam itu begitu keras. Sosok itu berhasil menangkis dengan tangan tajamnya. Mereka saling dorong-mendorong untuk saling menjatuhkan. Dalam pertarungan itu, Singa berbulu emas sudah mendekati posisi. Dia melompat dan menghantam keras tubuh musuhnya. Makhluk itu terpental jauh ke pepohonan yang sudah menguning. Singa Nemea menoleh ke arah tuannya, dia mengaung menandakan kedatangannya. Membuat Leo terkejut, ternyata dia berhasil memanggilnya. Walau resiko besar menghantuinya karena efek peningkatan level kekuatan secara cepat. Dapat membuat terkuras habis, semua tenaga dan energi dalam 10 detik setelahnya. Alhasil, Leo langsung sempoyongan membuat pelindung itu goyah. Sangat berbahaya apabila pelindung itu hancur dan Julie melihat hal itu, melakukan hal yang sama. Dia menstransfer energinya pada Leo. Aura jingga perlahan masuk ke tubuh kakaknya. Langsung menyerap semua energi, Leo mulai menga
”Cih! Makhluk licik!” gerutu Charless marah dan memerintahkan peliharaannya untuk memakannya. ”Sialan! Dia mulai berani!” murka Leo dan memerintahkan Sang singa untuk cepat membunuhnya. ”Sst ...! Jangan bersuara. Aku juga mendengar sesuatu di atas!” pinta Aroon mulai melihat sekeliling.Julie memperhatikan dengan teliti, melihat satu celah retakan. Dia fokus, terlihat ada bentuk kecil tajam keluar. Seperti kaki kecil yang bergerak-gerak sedang menggali atap itu. Sang peliharaan mendengar perintah tuannya. Serigala menekan gigi-giginya, makhluk itu pun meronta-ronta kesakitan. Dia melemparkannya ke atas dan menghantam tanah. Dia menghampiri makhluk yang tergeletak tidak berdaya. Tadinya ingin di cincang diurungkan niatnya. Karena jika dipotong-potong pasti hidup kembali. Charless memutuskan untuk membakarnya dengan api neraka yang bisa keluar dari peliharaannya. Charless tarik napas dalam-dalam, Serigala Cerberus mengumpulkan api di mulutnya. Dia mengarah
Aloria pun sadar, mulai bangkit menyeret badannya. Barlder pun langsung menggendongnya. Tiba-tiba dari arah belakang kerumunan itu berkumpul. Membentuk ombak besar yang ingin menyapu bersih orang yang ada dihadapannya. Charless melihat hal itu dengan sigap memanggil dua serigala agar membakar mereka dengan api neraka. Charless tanpa berpikir panjang penuh kemarahan. Serigala sudah mengumpulkan api di mulut menunggu perintah tuannya. Barlder berlari cepat menghindari ombak itu. Aloria menggapainya perlahan semua tubuh masuk ke dalam pelindung. Mereka terselamatkan, tepat selisih beberapa detik saja mungkin benar-benar akan mati. ”Sekarang bakar mereka! Sampai tidak tersisa cepat!” murka Charless tanpa memikirkan dampak dari pemusnahan ini. ”Tu-tunggu du-dulu. Charless jangan!” teriak Leo. Sudah terlambat api membumbung tinggi, membakar seluruh ruangan ini. ”Tidak! Pasti kita mati!” serentak Serenity dan Julie berteriak melihat api di mana-mana. Merasakan
Eleanor menahan amarahnya, dengan kesal melampiaskannya ke roh yang terus menghalanginya. Dia mengeluarkan kilat petir berkekuatan dua kali lipat, membuat daya ledaknya meningkat. Alhasil terpendal jauh dan semua musnah dalam satu serangan. Eleanor berjalan dan berhenti di depan pintu mengetuknya tiga kali. Suaranya menggema di seluruh ruangan itu. Mereka terkejut saling menatap dan merasakan ketakutan. Mereka terdiam mendengar berapa jumlah ketukan itu. Jasmine bersembunyi di belakang tubuh Angellia. Anggellia dengan tangan gemetar hebat, lantas membuka pintu itu. Mereka melihat sesosok wanita yang telah menyelamatkannya. Ada kelegaan yang membawa kebahagiaan, Jasmine menghela napas panjang dan tersenyum. ”Kalian baik-baik saja?” tanya Eleanor sedikit cemas sambil menutup pintu. ”Ka-kami baik-baik saja dan Tante si-siapa?” tanya Angellia masih penasaran melihat-lihat dari ujung kaki hingga ujung rambut. ”Baguslah, perkenalkan namaku Eleanor Bertilda sa
Semua orang saling bertatapan kebingungan, melihat tingkah Leo. Barlder dan Aroon menepuk-nepuk bahu Leo. Serenity masih sibuk menangani Aloria yang satu persatu lukanya harus dijahit. Seluruh tubuh Aloria harus dibasahi cairan NaCl, membuat rasa sakit yang bertubi-tubi. Selang infus dan kantong darah menancap di kedua tangan Aloria. Terdengar jelas setiap jarum dan benang bergesekan dengan daging juga kulit. Tetesan keringat membanjiri tubuh Aloria, suntikan anti nyeri tak ada gunanya. Cairan antibiotik pun sudah disuntikkan. Diberikan obat bius? Sangat berbahaya untuk digunakan ke orang dalam keadaan kritis. Mengapa tidak menggunakan sihir? Tentu hal bodoh bila dilakukan dengan keadaan seperti itu. Energi Elenaor sudah terkuras habis, semua kekuatan sihirnya pun sama. Jadi butuh waktu dalam pemulihannya.Julie keluar dari kamar mandi melihat kedua kakaknya saling berpelukan. Dia berlari dan memeluk erat mereka. Tiga bersaudara itu tenggelam dalam tangisan pilu. Aroon berk
”Tidak, ada apa-apa. Sebaiknya kalian ke bawah saja. Tinggalkan aku, ayahmu, dan Aloria. Aku akan memperbaiki rumah ini. Tapi tunggu 10 menit lagi.” Eleanor memerintahkan Charless membawa semuanya ke lantai satu. Ruangan itu hanya tersisakan tiga orang. Dia memulai perdebatan itu yang menentukan langkah selanjutnya. ”Iya, aku tau tapi bila tidak melakukan hal itu. Kita sama saja bunuh diri. Dia pasti menyiapkan pasukan ratusan mungkin ribuan atau miliyaran. Kamu tau sendirikan! Dia sangat hebat dalam merekrut." kata Eleanor yang bangkit dan duduk berdampingan. "Sudah berapa korban, takluk oleh wanita itu? Lalu harus diam? Atau tetap memaksakan anak-anak yang masih belum kuat ini untuk berperang? Kamu ingin membunuh mereka?” seru Eleanor menahan tangis sambil merangkul pinggang dan menyenderkan kepala di dada suaminya. Barlder mulai berpikir. ”Aku tidak mau mengambil resiko itu. Pasti wanita jalang itu sudah mempersiapkan pasukan lebih banyak. Sayang, ko