”Dasar, gila!! Kamu sama saja dengan ayahku haha ...! Tapi aku menyukai itu,” tawa Arthur sambil tersenyum jahat.
Arthur berkonsentrasi menarik napas, tangan kanannya menyentuh tanah membaca mantra Portalzeit Und Geschwindigl keluarlah cahaya aura biru terang membentuk portal kecepatan dan menghentikan waktu hanya beberapa detik untuk menuju Aroon dengan cepat.”Ayo! Lawan sakitnya Leo!” teriak Leo menyemangati diri sendiri dan berlari menuju portal itu.Kaki serigala itu ingin mencabik-cabik menggunakan cakar tajamnya ke arah Aroon. Namun, serigala itu melambat seperti Slow motion dan warna sekitar menjadi hitam dan putih. Secepat kilat muncul portal dan Leo keluar dari samping Aroon. Beruntung tepat waktu Leo menahannya dengan perisai tangan.”Aku hanya bisa menggunakannya sekali saja, Kak!” teriak Arthur ke Leo.”Leo, jangan hancurkan kesenanganku!” sentak Aroon begitu murka dan menarik tangan Leo.“Sadarlah! Kalau begini terLeo menelan ludah, tangan yang gemetaran. Ada rasa takut yang aneh di sini, belati itu mulai bercahaya saat mendekati batu. Dia dengan perlahan menancapkan langsung, angin bertiup kencang semua dedaunan kering berterbangan. Belati itu mulai bercahaya lebih terang hingga menyilaukan mata. Ada gelombang kekuatan dasyat hingga membuat Leo terpental ke tanah. Penglihatan Leo mulai kabur, dia melihat ada dua orang dari kejauhan. Dua orang itu mulai mendekatinya, hanya bayangan hitam tidak terlihat jelas rupa wajah. Dia merasakan rasa kantuk yang luar biasa sehinga menutup mata. Benar, belati itu kuncinya dan membuat pelindung itu menghilang. Memperlihatkan rumah megah yang asli. Cenayang itu, Eleanor Bertilda hanya bertepuk tangan dan tersenyum senang menyaksikan petarungan berdarah itu.”Hmm ... pertempuran yang dasyat,” puji Eleanor melihat sekeliling hutan yang sudah terhiasi banyak darah.”Sayang! Kamu keterlaluan sekali. Sampai membuat mereka seperti ini,” seru Bar
”Haha ...! Kamu sangat arogan sekali! Aku tidak membutuhkan nyawamu!” ejek wanita misterius itu bergema di setiap penjuru hutan.”Lalu apa, hah? Ambil saja nyawaku ambil ... apa kamu yang membawa Ayah Aroon dan Arthur? Keluarlah pecundang!” Leo berteriak marah yang mengebu-gebu.”Oh, selain arogan ternyata pintar juga. Benar, dua nyawa itu. Sedang aku tahan, apa kamu mau menyelamatkan mereka?” tanya wanita dengan lantangnya. Lalu kabut itu, menghilang tetapi dihadapan Leo datang dua ekor hewan yaitu satu serigala hitam dan serigala putih. Mereka menatap tajam Leo, membuat suasana menjadi membingungkannya. Leo ingin menyentuhnya tapi dia urungkan niat karena sangat kesal.”Hewan lagi? Sebenarnya, kamu siapa? Maumu apa?” tanya Leo yang terus emosi yang sudah merasukinya menjadi tidak bisa berpikir jernih.”Hahaa ... amarahmu yang akan membunuhmu. Baik diri sendiri atau untuk orang yang kamu sayangi!” sindir wanita itu yang menusuk Leo.
Barlder mulai berdiri menghela napas panjang. Dia memulai cerita yang memperjelas semua keadaan ini. Panjang lebar sudah dijelaskan, perlahan Arthur sadarkan diri. Arthur sangat terkejut mengapa ada banyak orang asing. Sebelum menanyakan hal lain, Arthur menyadari sedang dalam perbincangan serius hanya mendengarkan baik-baik. Semua berawal dari ramalan yang selalu dilihat Edward di dalam mimpinya."Alam bumi Ini akan binasa oleh datangnya kebangkitan. Dari ayah para Dewa Neraka yaitu Kronos. Saat bulan purnama yang pertama dalam satu tahun. Itulah waktunya, hanya seorang manusia setengah Dewa yang bisa membunuh Kronos. Dengan satu cara ini bisa mencegah hancurnya bumi!"Seringnya mimpi itu terulang membuat Edward O’neil mencari petunjuk sampai akhir wafatnya. Sekarang diteruskan oleh anak pertama. Dalam pencarian itu, Edward menyadari satu hal. Orang yang akan menyelamatkan bumi. Adalah darah keturunannya sendiri dari anak kedua yaitu Jasmine O’neil. Pencerahan itu didapat sebelum lahi
Julie sedang makan di lantai bawah, Serenity kembali ke kamar untuk memberikan makan lagi ke Jasmine. Serenity dengan telaten memasukan makanan yang sudah dihancurkan. Bubur itu dimasukan ke dalam suntikan dan didorong menuju selang di mulut. Seorang Ibu sangat resah melihat keadaan itu. Kapan mereka akan sadar? Apa mereka baik-baik saja? Semua pemikiran bercampur-campur di otak. Dia menghela napas, mengalihkan pemikiran negatif dan melihat jendela di arah kanan. Wanita berambut blonde itu, perlahan menoleh ke arah Angellia. Serenity terkejut luar biasa, Angellia berdiri di atas kasur. Perempuan berambut merah itu, terdiam sesaat dan melepaskan selang infus. Darah menetes deras dari tangan sang anak. Dia menarik selang pada mulutnya. Angellia memuntahkan cairan asam dan makanan tadi. Serenity mendengar suara sendi leher yang kaku. Angellia menoleh pelan ke arah sang ibu. Tubuh Serenity gemetar hebat, terdiam tidak bisa berteriak sedikit pun hanya berkeringat dingin.
Leo mulai panik, mencoba men-speaker panggilan itu agar yang lain mendengar. Arthur dan Aroon yang mendengar jelas jeritan Serenity. Leo mencoba memanggil Julie berkali-kali, di jawab Jasmine tapi suaranya berbeda. Serak dan menyeramkan."Kamu terlambat! Kamu terlambat!" Jasmine membanting dan menginjak ponsel ke lantai hingga hancur berkeping-keping.”Halo! Halo, sialan! Siapa itu? Dia bukan Jasmine. Ada yang mengendalikannya. Pasti!” jelas Leo memasukan benda pipih itu dan meyakinkan pada semua itu bukan Jasmine.”Iya, aku tau. Itu bukan Jasmine. Istriku cepat bersiap-siap bawa semua keperluan untuk di sana. Aloria bantu Ibumu cepat!” perintah Barlder lalu pergi mempersiapkan mobil di garasi.”Baiklah, Ayo! Nak, bantu Ibu!” ajak Eleanor bergegas berlari ke lantai dua untuk mengambil ramuan, buku, dan apa pun.”Ayah, persiapkan semua barang-barang kita agar tidak ada yang tertinggal.” Arthur menghampiri.“Benar, Nak. Ayo, Leo ju
”A-ayah ...! Mereka si-siapa?” tanya Jasmine membekap mulutnya dengan tangan yang gemetar.”Dewa! Ini tempat apa? Semuanya menyeramkan,” lirih Angellia seluruh tubuh bergetar.”Mereka adalah para roh yang penasaran. Ketika mereka sudah mati, Dewa tidak menempatkannya di neraka atau surga. Mereka terjebak di sini dan menginginkan raga kalian!” terang Edward begitu terasa emosi yang mengebu-gebu. Dengan cahaya yang samar-samar dari pantulan kekuatan Edward. Semua sosok-sosok itu, menghampiri pelindung. Mereka terlihat jelas begitu marah terus mencoba meraih tiga orang yang diam di situ. Terdengar dentuman keras dari tangan yang memukul kubah. Pantas saja ayahnya membuat perlindungan, jika Jasmine sekali tersentuh pasti sudah mati.”Lalu kami harus bagaimana Ayah Edward? Bebaskan kami?” pinta Angellia mulai panik.”Aku tidak bisa berbuat apa pun hanya sebatas ini saja. Pelindung ini akan terus melindungi kalian sampai Leo membawa teman lam
Julie perlahan melepaskan satu persatu ikatan tali yang terus bercahaya jingga. Charless menenangkan diri, tarik napas dalam-dalam dan fokus. Sedikit demi sedikit tubuhnya menyusut kembali normal. Julie membalikan badan dan menutup matanya. Dia menjerit karena Charless tidak menggunakan baju sehelai pun. Celana jeans compang-camping yang hampir memperlihatkan sesuatu yang berharga. Charless sadar akan hal itu dengan rasa malu secepat kilat melilitkan kain selimut pada tubuhnya. Serenity yang awalnya tegang karena ketakutan menjadi tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu. Tepat pukul 7.30 PM malam hari, akhirnya mereka sampai juga. Mobil itu diparkirkan dekat dengan rumah keluarga O’neil. Leo keluar berlari secepat mungkin menuju kamar Jasmine. Disusul oleh Arthur dan yang lainnya. Kamar masih terkunci, langsung diketuk berkali-kali dengan keras. Arthur ingin rasanya menghancurkan pintu itu. Mereka sangat cemas dan semakin panik. ”Julie-Julie ...! Buka pintuny
”Ayah Aroon, mendengar sesuatu?” Leo memastikan bahwa itu benar suara atau halusinasinya. ”Hmm ... tidak mendengar apa pun. Hanya suara angin saja, ada apa?” sahut Aroon dan menoleh ke Leo. ”Aku mendengar seseorang memanggilku. Siapa, ya? Entah, asalnya dari mana,” jelas Leo mulai kebingungan. ”Coba kamu fokuskan pendengarannmu. Tutup matamu. Pasti akan menunjukan sumbernya di mana.” Charless menjelaskan yang langsung Leo lakukan. "Baiklah. Tunggu sebentar,” jawab Leo.Butuh waktu beberapa detik, tanpa disadarinya mendapat penerawangan. Leo melihat Jasmine dan Angellia yang terpojok oleh roh penasaran. Suara itu semakin jelas, ternyata mereka yang memanggilnya. Dia tersentak membuatnya mundur beberapa langkah. ”Tetap jaga posisi itu. Jangan berubah sedikit pun, ada apa Leo?” tanya Barlder melihat Leo terkejut dan berkeringat deras. ”Aa-aku melihat mereka. Yah, mereka, Paman!” sahut Leo menatap Barlder. ”M