Share

(5) Pecundang?

Bella bergabung bersama teman sekelasnya. Ia mendudukkan diri di paling pojok agar tidak mengundang perhatian banyak orang.

Dika yang pertama kali menyadari kehadiran Bella langsung saja berkata, "Punya nyali gede lo dateng setelah kejadian di sekolah?"

Semua pasang mata teman sekelasnya menyorotnya terang-terangan. Gerry langsung membuka suara, "Nih, Tar temen lo udah dateng telat, pake baju biasa lagi. Nggak ngehargai yang punya acara aja!"

Sennie tidak menghiraukan perkataan Gerry. Fokusnya menatap kado yang Bella bawa, "Bawa apa lo, Bel?"

Tari menatap Bella marah, "Kenapa kamu nggak sopan banget sih, Bel? Dateng telat biar apa sih? Kan aku udah bilang, kalo nggak punya dress aku beliin!"

Bella merasa bersalah, "Maaf, Tari..."

Tari mencoba sabar, ia tidak ingin menghancurkan mood-nya karena gadis yatim piatu seperti Bella.

"Yaudah, mana hadiah aku!"

Bella berjalan mendekat kearah Tari, jemari lentiknya menyerahkan kado yang sudah dipersiapkan oleh Thomas. Bella juga penasaran, apa isinya.

"Ini, Tari. Sekali lagi maafin aku ya..."

Tari mengambil dengan kasar kado dari Bella. Langsung saja Tari membuka bungkusannya, dan memandangi isi dari hadiahnya.

"Kamu gak salah ngasih aku ini?" Tanya Tari memastikan. Tari membuang bungkus dan melemparkan tas Chanel kesembarang arah.

Xavia yang menangkap tas itu pun menoleh kearah Bella dengan tatapan sinis, "Wow! Keren sih cewek yatim piatu kayak lo bisa dapetin tas mahal ini. Beli barang palsu dimana?"

Sennie menatap Xavia penasaran, "Lo yakin itu palsu?"

Xavia bergumam malas, "Ya iyalah palsu. Cewek yatim piatu dan miskin nggak mungkin sanggup beli tas mahal. Ya, kecuali dia main sama om-om... Beda cerita kalo gitu."

Tari menganggukkan kepalanya mengerti begitu pun dengan Sennie. 

Sennie membulatkan matanya, "Jadi, Bella beneran main sama om-om?"

Bella menggelengkan kepalanya, "Aku nggak gitu, Sennie..."

Tiba-tiba saja Alfa menyaut, "Udah pasti itu, pantesan Bella punya Apartemen---”

"Serius lo?" Ucap Gerry tiba-tiba.

Alfa mengangguk mantap sambil memandang Bella rendah, "Kalo nggak main sama om-om dari mana dia dapat uang banyak? Bener 'kan, Bel?"

Bella dengan tegas menggeleng, "Nggak! Aku nggak gitu!"

Alfa memutarkan bola matanya malas, "Ngeles terus! Jujur aja kali!"

Bella menitikkan air matanya, "Kenapa kamu nuduh aku terus-terusan? Aku nggak gitu..."

Tari memandang Bella remeh, "Kalo gitu tasnya palsu dong. Secara nggak mungkin kamu beliin aku tas purse Chanel."

Tiba-tiba Xavia menanggapi, "Astaga, Bel kalo emang nggak mampu, kenapa harus beli yang palsu sih!?"

Sennie merampas tas yang dipegang oleh Xavia. "Eh, Xav ini kayaknya asli deh!"

"Serius lo?"

Sennie mengangguk mantap, "Gue yakin banget! Bahan selembut ini nggak mungkin kalo palsu, kan? Mama gue juga punya tas ini, Gue pernah megang sekali dan gue inget banget rasa lembutnya!"

"Perlu gue telponin Mama gue buat mastiin?" Sennie menatap Tari meminta persetujuan.

"Ck! Udah pasti palsu, Sennie. Cewek gembel kayak dia mana mampu beli tas semahal ini, apa lagi buat aku!" Tari mengambil tas yang dipegang oleh Sennie dan melemparkannya kearah Bella. 

Bella gelagapan melihat itu, ia melangkah ke samping untuk menghindari lemparan tas itu.

Bruk..!!

Lemparan tidak mengenai tubuh Bella tapi mengenai sesuatu yang ada di belakang Bella. Semua orang membelalakkan matanya dan mulai ketakutan.

Sennie pertama kali membuka suara, "Tari... aquariumnya..."

Tari yang menyadari itu pun mulai ketakutan, "Mampus! Airnya keluar semua, ikannya bisa mati."

Dika yang sedari tadi diam pun menampilkan raut ketakutan, pasalnya ikan yang ada di dalam aquarium itu adalah ikan koi yang berasal dari Jepang. "Itu ikan koi, harganya mahal banget. Setahu gue harganya miliaran!"

Tari menggigit bibirnya, "T-terus aku harus gimana?"

Dengan bibir yang bergetar, Sennie membuka suara, "Bilang papa lo, Tari!"

Tari menggeleng ketakutan, "Nggak mungkin, Sennie. Papa aku pasti marah, pesta hari ini aja udah habis banyak uang..."

"Yaudah mending semuanya nyari bantuan sebelum ada pegawai yang tahu!" Ucap Dika yang disetujui semua orang.

Semua orang mulai sibuk menelpon sana sini, sudah 15 menit berlalu tapi belum menemukan solusi.

"Ini semua salah aku..." Ucap Tari sendu.

Xavia langsung memegang tangan Tari,

"Nggak, Tari. Ini bukan salah lo, tapi dia!" Ucap Xavia menunjukkan tangannya ke arah Bella dengan penuh kebencian.

"Aku...?" Ucap Bella menunjukkan dirinya.

Xavia menjambak rambut Bella kasar, "Iyalah siapa lagi? Harusnya lo nggak usah datang dan bawa hadiah palsu! Kalo gue jadi Tari juga bakal lempar tu tas!"

Mendengar ada keributan, seorang pegawai datang membuat semua orang semakin panik.

"Astaga! Siapa yang sudah memecahkan Aquariumnya?" Semua orang hanya diam tidak berani menjawab.

"Kenapa diam saja, ayo jawab siapa pelakunya!?" Tanya pegawai itu sekali lagi.

Seketika semua orang menatap kearah Tari. Pegawai yang paham arti tatapan itu pun menuju kearah Tari.

"Jadi gadis ini pelakunya? Anda tahu ini ikan Koi asli dari Jepang. Harganya sangat mahal!"

"Maaf, tapi ini bukan sepenuhnya salah saya. Dia, dia yang sudah membuat Aquariumnya pecah dan membuat ikannya mati. Dia sudah membuat pesta saya hancur dan saya melemparnya dengan tas, saya tidak tahu jika dia menghindar, Pak." Semua orang mengangguk membenarkan. Sedangkan Bella yang disalahkan pun mulai ketakutan.

"Saya tidak peduli siapa yang salah! Saya ingin kalian mengganti kerugian ini. Jika tidak, jangan harap kalian bisa pulang ke rumah dengan selamat!" Setelah itu pegawai itu pun pergi.

Xavia langsung menjambak rambut Bella lagi, "Ini semua gara-gara lo! Kita semua dipermaluin gara-gara cewek yatim kayak lo! Sialan!"

Dika yang melihat itu pun menghentikan jambakan yang diperbuat oleh Xavia. "Xav, lepasin!"

Xavia menatap Dika heran, "Kenapa sih? Lo mau belain dia yang jelas-jelas udah bikin kita malu?! Gila lo, Dik!"

"Gue nggak suka ada orang lain yang jambak mainan gue!" Ucap Dika datar.

Xavia melepaskan jambakkannya dengan kasar setelah diperingatkan oleh Dika.

”Keluarin uang tabungan kalian, mau nggak mau kita harus ganti kerugiannya." Ucap Alfa final dan membuat orang mendengus. Mereka tentu saja keberatan.

"Bukan salah gue, kenapa gue yang harus ganti rugi?!" Ucap Sennie dan disetujui oleh semua orang.

"Gue juga ogah ngeluarin uang gue!" Ucap Xavia ikut-ikutan.

"Rev, Ndra, Al! Keluarin tabungan kalian!" Perintah Dika dengan raut datar.

Mereka hanya menurut saja dan mengeluarkan kartu ATM mereka masing-masing.

"Gue barusan liat di Internet kalo harganya 20 miliaran." Semua orang yang ada di ruangan itu pun membelalakkan matanya.

"Gila, tabungan gue aja nggak sampai 100 juta!" ucap Gerry tiba-tiba.

Gerry membereskan barang-barangnya dan berdiri menatap mereka satu per satu, "Gue mau pulang. Dalam hal ini nggak ada sangkut pautnya sama gue!"

"Gerry!" Bentak Dika marah. Semua orang mulai ketakutan, mereka mulai bersiap-siap untuk pulang.

Alfa baru menyadari jika Bella tidak ada diantara mereka, "Tunggu! Kemana cewek yatim piatu tadi?" 

Setelah mendengar perkataan Alfa, mereka mulai menatap satu sama lain. Dan benar saja tidak ada Bella diantara mereka.

"Selain yatim piatu, miskin, cewek itu juga pengecut. Dia malah kabur, sialan!"

Di sisi lain, Bella menepi agar tidak ada yang curiga. Ia mulai menekan angka dan menelpon seseorang, "Thomas... tolong aku. Temanku tidak sengaja memecahkan aquarium dan membuat ikan koi mati."

"Baiklah, Nona saya akan mengurusnya. Jangan khawatir!"

Setelah selesai Bella kembali dimana pesta diadakan. Tapi, semua orang sudah tidak ada, hanya tersisa Alfa, Dika, Revan, dan Andra.

"Dari mana lo?" Ucapan sinis dari Dika membuat Bella menundukkan kepalanya takut.

"Aku dari toilet..." Ucap Bella takut.

"Lo pikir kita percaya? Ck! Selain miskin dan anak yatim piatu, lo juga pecundang!" Bella masih menunduk takut.

Dika menatap Bella marah dan menjambak rambut Bella dengan kasar,

"Jawab! Dari mana lo?"

"Aku dari toilet, Dika..."

"Bohong! Gue udah meriksa semua toilet deket sini tapi nggak ada lo!" Dika melepaskan jambakkanya dengan kasar. 

"Al, anter dia pulang!" setelah itu Dika meninggalkan mereka. Tapi, langkahnya terhenti mendengar perkataan Alfa.

"Pulang sendiri! Ogah gue bareng pecundang nggak tahu diri!"

Setelah itu keempat lelaki itu meninggalkan Bella sendirian. Benar-benar sendiri.

Bella masih memegangi kepalanya. Rasanya masih sangat sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status