Share

BAB 3: LISA

Sharon berjalan tegang menuju kelas. Hari ini ia tidak telat, karena ia terbangun jam empat subuh tadi dan ia tidak bisa tidur lagi.

Ia memasuki kelas dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. 

Kelas masih sepi. Sharon mendaratkan bokongnya dibangku miliknya. Ia sama sekali tak ada gairah hari ini. Bell tanda masuk berbunyi pun masih lama berdering.

Tidak lama kemudian seseorang masuk kedalam kelas dan ia menduduki kursi yang tak jauh dibelakang Sharon. Edward.

Suasana sangat sunyi. Pikiran Sharon benar-benar berantakan.

Sharon sibuk memainkan kukunya walaupun pikirannya entah kemana sementara Edward hanya asik memainkan ponselnya.

 Tiba-tiba, seseorang memasuki kelas dengan terburu-buru. 

“Gideon?” Ucap Sharon sambil mengerutkan dahinya.

Gideon berjalan cepat menuju tempat Sharon duduk. Dengan penuh dengan peluh, Gideon mencoba mengatur nafasnya. 

“LISA!” Gertak Gideon.

“Lo.. kenapa?” Tanya Sharon bingung karena melihat Gideon panik. 

“LO INGET LISA KAN?? INGET KAN??”  Teriak Gideon histeris sambil mengguncangkan badan Sharon yang masih duduk di tempatnya. 

Sharon mengerutkan dahinya tanda heran.

“Maksudnya?”

“LO… LO GAK INGET LISA JUGA?” Ekspresi Gideon kini putus asa dan membuat Sharon semakin bingung. 

“Berisik.” Ucap Edward yang membuat Gideon dan Sharon tersentak.

Wajah Gideon mulai memerah. Ia berjalan ke arah bangku Edward dan memukul mejanya. “Sebenarnya gue udah muak liat muka lo. Dan sekarang… lo membuat gue tambah muak!” Edward membalas dengan senyuman miring yang membuat Gideon ingin memukulnya.

Sharon berdiri dari duduknya dan menarik paksa lengan Gideon. “lo kenapa, sih?” 

Gideon menghempaskan tangan Sharon. “UDAHLAH!” Ucap Gideon sedikit berteriak. “Lo juga gak akan ngerti masalah gue.”

 Sharon kaget. Tidak pernah Gideon seperti ini. 

Gideon melangkah hendak meninggalkan kelas tapi Sharon menahan lengannya. “Gue ingat Lisa.”

Pernyataan itu membuat Edward mengerutkan dahinya. 

                                   ***

Sesuai kesepakatan, Sharon dan Gideon hari ini bolos.

Mereka sedang di belakang sekolah sambil memakan bekal donat yang dibawa Sharon dan duduk di hamparan rumput. 

“Kemarin sore, Lisa masih nge-chat gue tapi engga gue bales.” Ucap Sharon sambil mengunyah donat.

Gideon menoleh ke arah Sharon. “Iya, dia masih sama gue pada saat itu. Kita lagi ada di cafe bahas lokasi mana aja yang akan dijadikan tempat shooting.” Ucap Gideon sambil memainkan donat utuh ditangannya lalu menggigitnya perlahan.

“Ya, gue gak bales pesannya lisa.” Ucap Sharon sambil menunduk. “Gue juga lagi pusing saat itu. Lagi memikirkan Margareth. Ternyata Lisa juga hilang sama seperti Margareth dan ibu Sarah.” Ucap Sharon sepelan mungkin.

Gideon terbatuk-batuk ketika tersedak donat gigitan pertama karena mendengar pernyataan Sharon. Sharon segera menyodorkan air mineral botol yang ia beli sebelum bel masuk. 

“LO INGET BU SARAH?” Teriak Gideon spontan. 

Sharon reflek menutup mulut Gideon karena sungguh suara Gideon hampir menyaingi bunyi microphon bapak kepala sekolah.

Sharon tak kalah kaget sebenarnya. “Lo… kok bisa ingat sama Bu Sarah???”

“Gak tau… sumpah gue kira gue doang yang inget bu Sarah.” Jawab Sharon.

Gideon mengangguk-ngangguk kemudian…

“MARGARETH JUGA HILANG?” Gideon benar-benar sangat terkejut. “Gak ada yang sadar kalau Margareth hilang selain lo?”

Sharon hanya menggeleng pasrah. “Danny bahkan gak ingat sama sekali, gue sampai bela-belain untuk mencari Cindy teman se-agencynya Margareth tapi nihil.” Sharon mulai menatap langit-langit lalu kemudian menoleh kepada Gideon. “Tapi Bunda gue inget siapa Margareth!”

Gideon mengerutkan keningnya. “Bunda lo tahu Margareth dari mana?”

“Y-ya gue suka cerita gitu tentang kehidupan sekolah gue jadi bunda hampir tahu segalanya.” Karena bagaimanapun juga alasan Sharon cerita tentang Margareth kepada bunda adalah karena Sharon cerita kepada bundanya tentang Danny yang memiliki pacar yang bernama Margareth.

“Tapi bunda engga tahu wajah Margareth.” Lanjut Sharon.

Gideon hanya mengangguk. “Lo boleh ga telepon bunda lo sekarang untuk bertanya tentang Lisa? Siapa tahu bunda lo bisa inget juga?”

“Ah iya juga ya!” Gadis itu mengambil ponselnya lalu menghubungi bundanya. 

“Bunda…”

“Ya, kok kamu telepon bunda? Bukannya sekarang lagi jam pelajaran?” Jawab bunda dari seberang sana. 

Sharon menghiraukan pertanyaan sang bunda. “Bunda ingat gak sama Lisa sahabatnya Sharon?”

Hening selama beberapa detik.

Jantung Sharon berdegup kencang menanti jawaban sang bunda. Begitu juga dengan Gideon yang bisa mendengar percakapan karena Sharon mengaktifkan speaker.

“Hmm bunda tidak kenal sama temen kamu yang bernama Lisa. Memangnya kenapa, Nak?”

Rasanya harapan Sharon dan Gideon luntur setelah mendengar jawaban sang bunda. 

“Eh, engga apa-apa kok bun, terimakasih banyak bundaaa.” Setelah mengatakan hal itu, segera Sharon mematikan hubungan telepon.

Gideon menghembuskan nafasnya frustasi. “Kenapa bunda lo bisa gak ingat?”

Sharon mulai berpikir. Bunda mengingat Margareth karena bunda tidak pernah melihat margareth secara langsung maupun melalui foto. Sedangkan bunda sering bertemu dengan Lisa ketika Lisa berkunjung untuk sekadar bermain ke rumahya Sharon.

“Mungkin karena bunda kenal dan tahu wajah Lisa.” Sharon mengambil kesimpulan dengan cepat. 

Gideon menatap kosong ke arah depan. Ia sibuk dengan pikirannya. Mengapa semua orang tiba-tiba melupakan Lisa? Sedangkan dirinya serta Sharon masih mengingat siapa sosok Lisa dengan jelas. Begitu pun dengan kasus Ibu Sarah dan juga Margareth. Semua sangat membingungkan dan tentunya tidak bisa dijelaskan. Ia butuh petunjuk. 

Gideon mencoba mengingat kembali kejadian yang dialaminya ketika Lisa tiba-tiba menghilang. “Setelah ngobrol cukup lama di cafe, Lisa ngajak gue ke sekolahan buat menyempurnakan rencana shooting. Lisa mengajak gue ke perpustakaan karena menurut dia perpustakaan ada kesan horror-nya dan gue setuju dengan pendapat itu. Gue dan Lisa keliling perpustakaan sampai dimana Lisa tiba-tiba hilang gitu aja.”

Raut wajah Gideon kini sulit dijelaskan. Ia benar-benar merasa frustasi.

“Tunggu.. lo bilang perpustakaan?” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status