Share

3.Surat Perjanjian

Adnan terus merenung, pikirannya berkecamuk tidak menentu. Ia terus saja membatin memikirkan bagaimana dan apa yang harus dia lakukan, karena apa yang ia ucapkan dan apa yang ia rasakan bertolak belakang. Sementara Shelia merasa kebingungan melihat sikap Adnan yang tiba-tiba berubah.

"Tuan, saya harus bagaimana? Mengapa Anda diam saja, Tuan?" tanya Shelia.

"Diamlah wanita jalang! Mulutmu sangat cerewet sekali." Adnan berdiri.

"Tunggu sebentar, aku sedang ada pekerjaan." imbuh Adnan lalu berlalu pergi menuju ke ruang kerjanya, lalu dia menghubungi Antonio sang Asisten pribadinya atau orang kepercayaannya.

"Antonio, tolong kau buat surat perjanjian untuk wanita jalang itu!" titah Adnan.

"Saya harus menulis apa, Tuan? Maksud saya poin-poinnya," ucap Antonio dari seberang sana.

"Kau harus menulis surat perjanjian tersebut ... jika aku belum sembuh dari penyakit impoten-ku ini, maka Shelia tidak boleh berhenti dari pekerjaan ini, dia harus terus bekerja di sini hingga aku sembuh. Dan jika Shelia melanggar perjanjian tersebut, maka dia harus mengganti rugi uang yang sudah aku berikan kepada mucikari itu!"

"Baik, Tuan, lalu apalagi?"

"Sudah cukup, itu saja. Itu merupakan poin terpenting dalam perjanjianku dengan Shelia. Jika sudah, kita akan bertemu di luar, kita akan melakukan penandatanganan ini dengan Shelia. Tetapi Ingat! Jangan sampai Mama tahu, kau harus menjaga rahasia Ini. Ini rahasia diantara kita bertiga saja. Apa kau mengerti?!" ucap Adnan dengan tegas.

"Baik, Tuan, saya akan segera melaksanakannya," jawab Antonio.

Lalu Adnan menutup percakapan tersebut. Ia segera kembali menemui Shelia yang tengah menunggunya di dalam kamar khusus tersebut. Sementara Antonio segera mengerjakan perintah Adnan.

Di dalam kamar, Shelia terlihat tengah merenung. Ia sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan, sementara Adnan selalu memarahinya, dan apapun yang dia lakukan selalu dianggap salah.

"Hey, wanita murahan! Besok kau ikut denganku! Kau harus menandatangani surat perjanjian diantara kita," ucap Adnan.

"Surat perjanjian apa, Tuan?" tanya Shelia.

"Surat perjanjian itu rahasia diantara kita. Dan ingat! Mamaku jangan sampai tahu karena itu merupakan rahasia, jika sampai Mamaku tahu, maka aku akan menghukummu. Kau mengerti?!" ucap Adnan.

Shelia tercenung mendengar ucapan Adnan, dia semakin bingung mendengar Adnan berkata sedemikian rupa, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ini sudah merupakan tanggung jawabnya yang akan bekerja sebagai pengobat penyakit impoten Adnan, dan Adnan sudah membayar mahal kepada Mami Dahlia.

"Sekarang kau pergi ke kamarmu! Tapi ingat! Semua kebutuhanku, kau yang harus melayaninya mulai saat ini," ucap Adnan dengan tegas.

"Baik, Tuan," jawab Shelia dengan patuh.

Shelia pun pergi dari kamar tersebut , lantas ia menuju ke kamar yang telah disediakan untuk dirinya. Dan mulai sekarang dia harus tinggal di rumah Adnan, dia akan menjadi pelayan pribadi Adnan sekaligus pengobat penyakit Adnan.

***

Tanpa terasa, waktu telah menunjukkan waktu maghrib. Walaupun Shelia sebagai kupu-kupu malam, tetapi dia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Shelia langsung bergegas menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan menjalankan shalat maghrib. Setelah selesai shalat, Shelia bergegas menuju ke kamar Adnan, karena dia akan melaksanakan pekerjaan yang sudah ditetapkan oleh Adnan.

Shelia menyiapkan makan malam untuk Adnan. Dia membawakan baki dan diletakkan di atas nakas. Sementara Adnan masih sibuk menghadap ke laptopnya, dia sedang mengerjakan tugas-tugas pentingnya.

Malam pun berganti pagi. Pagi itu Shelia terlihat sedang sibuk mempersiapkan sarapan untuk Adnan. Adnan sengaja sarapan di dalam kamar, karena dia tidak ingin sarapan bersama Mamanya. Rasa kesalnya masih terasa dan dia tidak ingin terpancing emosi jika melihat sang Mama.

"Tuan, silakan sarapan," ucap Shelia.

"Kau segeralah bersiap-siap, dan jangan lama-lama! Kita akan segera berangkat karena Antonio sudah menunggu kita di bawah," ucap Adnan.

"Baik, Tuan," jawab Shelia.

Shelia segera bergegas keluar dan mempersiapkan dirinya. Setelah itu Selia kembali menghampiri Adnan ke kamarnya. Adnan menatap tajam pada Shelia, ia menatap dari atas hingga bawah. Sementara Shelia merasa risih melihat tatapan Adnan yang sangat tajam itu, dia merasa seperti ada yang salah pada dirinya. Shelia menatap penampilannya tetapi dia merasa tidak ada yang salah.

"Hey, pelacur! Kau sengaja ingin menjajakan tubuhmu itu sehingga kau menggunakan pakaian minim seperti itu yang memperlihatkan bentuk tubuhmu, agar laki-laki yang melihat lekuk tubuhmu langsung bernafsu, begitu?!" bentak Adnan.

Shelia terperanjat mendengarnya, ia kembali menatap penampilannya, tetapi ia merasa tidak ada yang salah.

"Maaf, Tuan Adnan, tetapi penampilan saya memang seperti ini setiap harinya, jadi tidak ada yang salah," ucap Shelia.

"Hey, perempuan lacur! Ingatlah bahwa sekarang kau ini sedang bekerja denganku, kau bukan bekerja di rumah bordir itu lagi, jadi jaga batasanmu! Kau harus bisa menempatkan diri. Apa kau memang sengaja untuk menarik simpati laki-laki di luar sana?!"

"Maaf, Tuan, tidak seperti itu maksud saya, tetapi saya tidak memiliki pakaian selain pakaian yang seperti ini. Semua pakaian saya memang seperti ini, Tuan, dan saya belum membeli pakaian baru lagi."

Adnan berjalan menuju ke arah lemarinya, lalu memberikan baju kemejanya dan celananya kepada Shelia.

"Kau gunakan pakaianku saja jika begitu," ucap Adnan.

"Tapi, Tuan, Ini pakaiannya sangat besar sekali," ucap Shelia.

"I don't care! Pokoknya kau harus menggunakan pakaian ini, jika tidak, kita tidak jadi pergi."

Karena Shelia tidak ingin memperpanjang masalah, akhirnya dia langsung mengganti pakainya dengan menggunakan pakaian Adnan. Setelah itu mereka turun ke bawah dan berpamitan kepada Mama Alda. Shelia mencium tangan Mama Alda dengan begitu takzim, Mama Alda menatap Shelia dengan perasaan yang tidak menentu, dia merasa terharu karena Shelia walaupun statusnya sebagai kupu-kupu malam, tetapi attitude-nya sangatlah baik. Dia sangat sopan santun, lemah lembut dan penurut. Tiba-tiba pikiran Mama Alda membayangkan Margaretta, mantan menantunya, yaitu mantan istrin Adnan yang dulu selalu menentangnya dan tidak pernah bisa bersikap sopan padanya. Sifatnya benar-benar sangat berbeda dengan Shelia.

"Nyonya, kami permisi dulu." pamit Shelia.

"Ya, Ma, kami pamit dulu," timpal Adnan.

"Hati-hati di jalan, Nak," ucap Mama Alda.

Kemudian Adnan dan Shelia berjalan keluar, dan di sana Antonio sudah menunggu mereka. Antonio menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, mereka menuju sebuah cafe yang sudah dipesan olehnya.

Tidak berapa lama kemudian, mobil mereka pun telah sampai di cafe. Antonio langsung memesan minuman dan makanan untuk mereka bertiga, sembari menunggu pesanan datang, Antonio mengeluarkan surat perjanjian yang harus ditandatangani oleh Shelia. Tanpa membaca terlebih dahulu, Shelia langsung menandatanganinya, dan tidak berapa lama kemudian, pesanan mereka pun datang, mereka bertiga langsung menikmati hidangan tersebut. Ketika mereka sedang menikmati makanan dan minuman itu, tiba-tiba ada laki-laki yang menghampiri meja mereka.

"Shelia, my Honey, kau ada di sini rupanya? I miss you so much, Baby."

TBC (TO BE CONTINUED)

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status