Cerita cinta ini, sama sekaligus berbeda
dengan kisah lainya.
Tentang rindu yang mengumpul menjadi satu, tentang cinta yang tak urung berliku-liku.
***
"Yasmin!!"
Gadis manis berjilbab hitam itu melambai pada temanya, lalu menghampirinya.
"Chaira, kamu senang banget, ada kabar apa?"
Seolah baru saja dapat jackpot, gadis yang bernama Chaira itu tak dapat lagi menyembunyikan kebahagiaan di binar matanya.
"Aku diterima di kampus AA!!" ucapnya dengan gembira.
Melihat temannya yang sangat bahagia, Yasmin tersenyum lebar, ikut bahagia juga. Walau di sisi lain, ia merasa sangat sedih karena tidak bisa kuliah seperti teman-temannya yang lain.
"Yasmin, kamu harus janji, setelah kamu mengumpulkan uang, kamu juga akan kuliah sama sepertiku ya?" pinta Chaira dengan wajah cerianya.
"Aku tidak bisa janji, doakan saja ya ..."
Chaira sedikit cemberut mendengar tuturan sahabatnya itu. Ia berpikir, nanti ia akan sendirian tanpa teman.
Sangat disayangkan, Yasmin adalah gadis yang pintar dan cerdas. Sayang jika sekolahnya tidak dilanjutkan. Pikir Chaira, jika saja ia punya uang banyak, ia pasti sudah membantu sahabatnya itu agar bisa sekolah lagi bersamanya.
Yasmin mengusap punggung tangan Chaira.
"Sudahlah, jangan cemberut. Ini kan kabar bahagia buat kamu, harusnya kamu seneng dong. Ayo senyum." hiburnya.
"Lalu, apa yang mau kamu lakukan sekarang? Kamu sudah dapat pekerjaan?"
"Chaira, sebenarnya aku ..."
Chaira merasakan remasan kecil di tangannya. Seiring dengan suara Yasmin yang melemah.
"Kamu kenapa, Yasmin?"
Dengan cemas, Chaira balik mengusap tangan temannya dengan lembut.
"Hiks... aku sudah dijodohkan ..."
"APA?!?"
Perjodohan tidak selalu solusi yang mengerikan. Ada yang mendapat akhir bahagia, ada juga yang akhirnya mendapat jalan buntu.
Kata orang, seiring kita menjalani hari-hari dengan orang yang tidak kita kenal, akan ada kemistri di antara keduanya. Hal itulah yang membuat perlahan cinta tumbuh.
Namun, bagaimana kasusnya dengan Yasmin? Anak delapan belas tahun yang baru lulus SMA, yang bahkan pacaran saja tidak pernah. Bukan tidak ada yang mau, tapi karena prinsip yang diterapkannya. Tidak mau pacaran sebelum menikah.
Lantas, apakah jalan cerita yasmin selanjutnya akan berakhir bahagia seperti sinetron atau drakor yang sering ditonton Chaira?
***
"Oke adik-adik, itu saja yang Kakak sampaikan, terima kasih atas partisipasinya, semoga apa yang kalian impikan dapat tercapai."
Amanat dari kakak pembimbing ospek adalah acara terakhir dari sekian kegiatan para calon mahasiswa beberapa hari ini.
Ah, rasanya melelahkan sekaligus lega bagi Chaira. Karena kini ia tak perlu sibuk setiap malam bahkan sampai paginya hanya untuk persiapan ospek di kampusnya.
Kini ia sudah menjadi mahasiswa di kampus impiannya itu. Chaira tidak terlalu pintar, itulah kenapa ia merasa sangat senang bisa memasuki kampus itu.
Tentunya dengan bantuan Yasmin, temanya. Ia rela belajar setiap hari dengan di gurui oleh sahabatnya yang cerdas itu.
Matanya menyusuri pemandangan yang ada di ruangan itu.
Ia tampak memperhatikan kakak pembimbingnya yang bernama Kinanti. Mungkin ini aneh, tapi Chaira memang kerap memperhatikan perempuan cantik. Seperti Kinanti contohnya, dengan gestur tubuh tinggi semampai, ditambah wajahnya yang imut, manis dan cantik, mengingatkan Chaira pada aktris-aktris Korea yang sering ditemuinya di drama korea.
Tenang, ia sangat normal, masih memimpikan oppa-oppa Korea untuk kriteria pasangannya. Entahlah, menurutnya, perempuan cantik memberikan energi positif padanya.
Sementara itu, Kakak Pembimbing yang bernama Kinanti itu tengah mengobrol ria dengan beberapa mahasiswa senior.
Di samping itu, di balik jendela tampak seorang pria juga tengah memperhatikan Kinanti dengan senyum di bibirnya.
Kinanti memang idola!
BAB 1 | Hari Pertama Chaira KuliahHujanAda yang berbeda dengan hujan kali ini..Cara langit menumpahkan air, di mataku tampak tak biasa. Kadang dengan lembut mereka turun, lalu bertambah kian deras.Ah, bukankah hanya air yang datang secara bersamaan? Mengapa aku merasa terusik?Rupanya, hujan kali ini hadir diringi kenangan.Menyaksikanya, aku bagai bercermin dengan masa lalu.Kala itu, aku tengah termenung, tanganku menengadah ke atas, rintikan hujan beramai-ramai membasahiku. Tak terkecuali wajahku, yang sesekali menatap bagaimana air itu terjun ke bumi. Sudah menjadi hobi untukku, berlama-lama memandang hujan. Bedanya kali ini, aku lebih berani memperhatikannya, karena ia berhasil membuatku melamun, dan dengan lancangnya mengingatkanku pada secarik masa lalu..
"Ingat ini, kamu bekerja hanya setengah hari daripada yang lainya. Jadi gajimu hanya delapan ratus ribu saja perbulan. Datang jam dua siang dan jaga sampai malam. Paham?""Saya mengerti Bu, terima kasih banyak."Dengan erat Chaira menggenggam peralatan yang diperlukannya untuk bekerja besok._Seharusnya sesudah sholat subuh Chaira tidak boleh tidur lagi. Tapi kebiasaan buruknya itu sudah mendarah daging hingga saat ini. meski dalam hati, ia selalu mengingatkan diri sendiri untuk mengubah kebiasaannya itu. Karena mulai sekarang, ia akan bekerja keras dan menjalani kuliah dengan sepenuh hati.Chaira bersiap-siap memasak sebelum mandi, namun ternyata di dapur tidak ada bahan makanan yang memadai. Ada telur, tapi tidak ada beras ata
Setelah berganti baju, Chaira bersiap berdiri di depanstand. GerobakThai teasebrang toserba.Yah, Chaira memilih bekerja paruh waktu menjaga stand Thai tea. Jangan harap Chaira bisa seperti gadis beruntung yang dilihatnya di film atau di novel-novel. Yang mendapat pekerjaan paruh waktu dicafeatau di toserba yang dalamnya sejuk.Tidak sepertinya, yang harus bekerja diluar ruangan. Sehingga harus merasakan panas dan hujan. Namun, karena ini kali pertamanya bekerja, Chaira harus tetap bersyukur.Ia membayangkan ayahnya yang bahkan lebih buruk dari keadaannya. Ketika harus bekerja di tengah teriknya matahari sambil mengaduk adonan semen, lalu mengangkat bahan-bahan berat."Sil
Untuk sesaat, aku merasa dunia ini hanyahayalanyang tidak nyata.-Yasmin.***Yasmin benar-benar tidak menyangka, besok adalah hari terakhirnya ia menyandang statussingledalam hidupnya.Hidupnya seperti kelinci yang kehilangan arah. Berjalan, lalu melompat lebih jauh dari seharusnya.Bukankah baru kemarin ia duduk di bangku sekolah, memakai seragam putih abu-abu, dan bercanda ria bersama teman-temannya?Cita-citanya tidak terhitung. Banyak sekali, sampai Chaira saja malas menghitungnya.Yasmin tersenyum mengingat sahabatnya itu, Chaira berhasil kul
"Woy Arsen!"Arsen melirik ke arah suara yang memanggilnya.Sialan temanya itu! Beraninya dia mengganggu waktunya dengan Yasmin. Lihat saja nanti, saat malam tiba, tidak boleh ada yang mengganggunya barang sebentar pun!Ehmm, memangnya apa yang akan ia lakukan nanti malam? Apa ia boleh menggauli..Tidak!! Pikiran sialannya itu!!"Selamat ya, pasangan Arsen dan Yasmin.. semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, wa Rohmah."Satu persatu teman-teman Arsen menyalami Arsen dan Yasmin."Sen, ma'af ya, gue nyusup. Gue gak bisa lama-lama soalnya, abis ini mau ke acara seminar d
"Gimana Jun Ki, kamu betah kuliah di sini?" tanya Ayah Lee Jun Ki saat sedang menyantap makan malam. "Ya betah, bukan pertama kalinya aku sekolah disini." jawab Jun ki. "Bagus, kamu belajar bahasa Indonesia dengan baik." "Ayah, bukankah dia sudah lama tinggal di Indonesia? kenapa juga dia harus salah menggunakan bahasa Indonesia lagi?" adik Jun Ki yang biasa disapa Jung hee, ikut menanggapi. "Karna dua tahun kemarin Jun Ki tinggal dikorea, bahasa Indonesianya jadi berantakan." jawab sang Ayah. "Lagian Jun Ki gak mungkin gak betah lah yah, di sana kan banyak perempuan cantik." celetuk Jung hee seraya terkekeh. Apa-apaan adiknya
"Chaira!" Gadis manis berjilbab itu menoleh, "Ini pulpen kamu, makasih ya." ucap Jun Ki setelah berlari menghampiri Chaira. "Jungki, lo ngasih apa samamy honey Chaira?" tanya Bian. "Dih jijik banget lu!" sambar Sandi mendengar Bian menyebut Chaira dengan embel-embelMy honey. "Diem lu! Jungki, bisa-bisanya lu merebut cewek inceran kita berdua." ucap Bian yang disetujui oleh Sandi. "Maksudnya? Aku cuma mengembalikan pulpen kok. Lagipula, malam ini aku ada kencan buta dengan seseorang." "Anjir, gue baru tau di Indonesia juga ada kencan buta." kata Bian, "Ini rekomendasi dari adikku, aku hanya mengikuti saja." "Semoga sukses ya!" ucap Sandi memberi semangat. ***Chaira memakai seragam kerjanya, dilanjutkan dengan memoles sedikitMake up. "Hmm, siapa peduli aku memakai riasan saat pulang kuliah." Benar, Chaira bukan orang yang hobi memoles w
Rayyan menutup buku yang tengah dikoreksinya. Ia menghela napas selama beberapa saat, hal yang biasa dilakukannya saat sedang penat. Itulah kenapa, teman-temannya selalu menyarankan agar ia segera menikah, Setidaknya mempunyai seorang kekasih. Supaya ada sedikit hiburan untuk melepas penat. Bagi Rayyan, memiliki seorang kekasih bukan suatu keharusan. Untuk apa berpacaran kalau hanya untuk dijadikan hiburan? Tidak semua wanita itu penghibur bukan? Ia tersenyum miris. lagi pula, Rayyan tidak berniat menikah di usianya yang menuju kepala tiga ini. Jika teman-temannya menikah di atas tiga puluh tahun setelah menghabiskan bermain-main dengan para wanita, mungkin tidak bagi Rayyan. Sampai saat ini pun, tidak ada satupun wanita yang didekatinya. Jarinya mengusap layar ponsel, mengutak-atiknya hingga menemukan foto seseorang di sebuah sosial media. Gadis cantik, imut, seksi, seperti halnya gadis-gadis yang pernah dikenalnya. Dia adalah