Share

BAB 5 | Bertemu Orang Yang Tepat

"Woy Arsen!"

Arsen melirik ke arah suara yang memanggilnya.

Sialan temanya itu! Beraninya dia mengganggu waktunya dengan Yasmin. Lihat saja nanti, saat malam tiba, tidak boleh ada yang mengganggunya barang sebentar pun!

Ehmm, memangnya apa yang akan ia lakukan nanti malam? Apa ia boleh menggauli..

Tidak!! Pikiran sialannya itu!!

"Selamat ya, pasangan Arsen dan Yasmin.. semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, wa Rohmah."

Satu persatu teman-teman Arsen menyalami Arsen dan Yasmin.

"Sen, ma'af ya, gue nyusup. Gue gak bisa lama-lama soalnya, abis ini mau ke acara seminar di Bandung." ucap Ardi, salah satu teman Arsen. Seorang pebisnis muda.

"Tuh kado gue tuh ... yang paling gede haha ..." canda Ardi, menunjuk pada sebuah benda besar yang berada tak jauh dari tempat mereka.

"Iya, makasih ya. Ngomong-ngomong, ini kalian semua pada ada acara juga?" tanya Arsen heran, karna semua temannya mengikuti Ardi ke tempat istirahat pengantin.

"Nggak, kita iseng aja ikutin si Ardi."

Jawab salah satu teman Arsen.

"Gimana rasanya menikah dibawah umur?"

Tiba-tiba saja, seorang wanita cantik yang sedari tadi memperhatikan Yasmin, meloloskan pertanyaan yang membuat semua yang ada disitu terkejut.

"Hah? Ehmm ... itu-" kini semua mata tertuju pada Yasmin.

"Maksud kamu dibawah umur apa? Istri nya Arsen ini sudah lulus sekolah." ucap Rifki penenang diantara teman-teman Arsen.

"Iya, lo gak tau apa? Wajib sekolah di Indonesia itu dua belas tahun. Yasmin ini udah lulus SMA bahkan dengan nilai terbaik!" jawab teman Arsen lagi yang bernama Diki.

"Kok lo tau?" tanya Refi lagi, wanita cantik yang pernah berprofesi sebagai model ini terlihat tidak mau kalah.

"Sudah, sudah. Kenapa pada ribut sih? Kita ini sudah dewasa kan? Harusnya mencontohkan yang baik." ujar Rifki menengahi.

"Maaf ya Yasmin, kalo pertanyaan aku buat kamu bingung."

"Oh, gak papa kok kak. Makasih ya sudah datang." ucap Yasmin tulus.

Namun ekspresi Refi berubah seketika. Rupanya ucapan Yasmin membuat Refi sedikit kesal.

Arsen hanya tersenyum melihat perdebatan itu.

***

Malam pun tiba, dengan bantuan asisten penata rias, Yasmin melepas semua aksesoris yang menempel ditubuhnya, sebelumnya Yasmin sudah membawa gamis polos yang akan dikenakan nya menuju kamar.

Begitu memasuki kamar, tidak terlihat keberadaan Arsen disana. Syukurlah, batin Yasmin. Dengan begitu, ia bisa leluasa sebentar untuk mandi dan berganti pakaian.

Setengah terburu-buru, Yasmin menyelesaikan membersihkan dirinya. Sampai ia lengkap mengenakan kain dari atas hingga bawah.

Sementara di ruangan lain, Arsen tengah menyendiri. Padahal teman-temannya sudah pergi beberapa saat yang lalu. Entahlah, ia merasa sesuatu akan menyakiti hatinya.

Daritadi, ia memikirkan Yasmin. Bagaimana reaksi gadis itu saat tau kenyataan tentang Arsen? Padahal, tadinya Arsen tidak begitu peduli akan hal itu. Namun setelah acara hari ini, ia sangat amat khawatir.

Apakah Yasmin akan menjauh darinya? Mungkinkah Yasmin tidak akan menerima keadaan nya, sama seperti mantan tunangannya dulu?

"Arrrggghhhh ..." semakin dipikirkan, semakin membuat stress.

Pikiran itu membuka kembali kenangan lama. Sesuatu yang menyedihkan, hingga Arsen tidak cukup berani mendekati wanita lagi.

Beruntunglah Arsen mempunyai teman-teman yang setia padanya. Namun, tidak mungkin kan ia akan hidup bersama teman-temannya terus?

Arsen melangkahkan kakinya dengan pelan. Menuju kamarnya, lalu membuka kenop pintu dengan perlahan pula.

Yasmin terkesiap, jantungnya berdetak lebih kencang begitu melihat sorot mata Arsen. Perlahan Arsen mendekati ranjang yang tengah diduduki Yasmin.

"Mas, sudah mandi?" tanya Yasmin basa-basi.

Arsen menatap Yasmin dengan seksama. Benarkah gadis ini yang telah dinikahinya tadi? Terasa berbeda namun tetap sama.

Make up yang terbalut diwajah Yasmin, Arsen yakin semua sudah dibersihkan. Hingga Yasmin terlihat berbeda dengan penampilannya tadi. Tapi, mengapa gadis itu masih saja cantik? Dia bahkan terlihat lebih anggun dengan busana sederhananya.

"Lepas!" pinta Arsen.

Yasmin terkejut mendengar permintaan Arsen. Apa.. Arsen baru saja memintanya menanggalkan pakaian ditubuhnya?

Yasmin menelan ludahnya gusar. Perlahan, tangannya masuk kedalam jilbab, ia membuka resleting bajunya.

"Hijabmu." lanjut Arsen.

"Ah!" Dengan cepat, Yasmin menutup kembali resleting gamisnya. Lalu perlahan juga, ia membuka hijab yang menutupi kepalanya.

Tidak disangka, dibalik penutup kepala itu, terurai rambut indah berkilau. Yasmin terlihat lebih cantik di mata Arsen.

Arsen menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dari kepala, tangan, hingga badan.

kenapa jadi panas sekali.' ucapnya dalam hati.

Arsen memalingkan wajahnya dari Yasmin. Semua yang ada ditubuh Yasmin seolah menggodanya. Gairah didalam dirinya semakin memuncak, lagi-lagi Arsen bertanya.

apa bisa aku menggaulinya?'

Persetan!! Dia sudah menjadi istri Arsen, dia mau menikah, itu artinya dia sanggup untuk segala macamnya.

Sekarang Arsen tidak peduli lagi. Bagaimanapun, ini adalah malam pertamanya dengan Yasmin. Dan itu harus terjadi.

"Kemarilah.." pinta Arsen seraya menatap Yasmin.

Lalu Yasmin menghampiri Arsen. Yasmin sempat khawatir dengan sikap Arsen yang lebih pendiam seperti saat sebelum menikah.

"Ada apa mas?"

"Bukakan sepatuku." Perintah Arsen.

Yasmin duduk dibawah lantai. Dengan lembut, Yasmin mulai melakukan yang diperintahkan Arsen.

"Ha!"

"Kenapa? Apa kamu kaget? Apa kamu tidak bisa menerima kenyataan yang menimpa suamimu?" Arsen tersenyum miris, sudah ia duga kan?

Dengan cepat Arsen berdiri dari ranjang, "Minggir!" ucapnya dengan nada sedikit tinggi.

Karna Yasmin masih ditempatnya, Arsen kembali duduk, lalu mendorong Yasmin hingga terjatuh.

"Hentikan tatapan kasihan itu!" bentak Arsen, ia sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Ia benci tatapan itu!

Kaki besarnya melangkah melewati Yasmin.

"Mas Arsen! Mas! Tunggu Mas!"

Dengan penuh keberanian, Yasmin menarik tangan Arsen hingga membuat Arsen mau tidak mau berhenti berjalan.

"Kamu mau kemana mas? Ke-kenapa Mas terlihat marah?"

Arsen berbalik, "Lalu ekspresi apa yang harus ku tunjukkan, saat melihat kau merasa jijik padaku?"

"Astaghfirullah mas, kenapa kamu ngomong gitu? Aku sama sekali gak seperti itu mas."

"Kau terkejut!"

"Aa-aku, maafkan aku mas!" Yasmin segera berlutut didepan suaminya.

"Maaf kalau sikapku menyinggung mu. Aku sama sekali gak bermaksud menyakiti perasaan Mas Arsen ..." entah kenapa Yasmin malah mengeluarkan air mata saat meminta maaf pada Arsen.

Lebih tepatnya, ia menyesali reaksi buruknya itu. Seharusnya Yasmin tidak boleh bereaksi seperti tadi. Bagaimanapun, Yasmin harus menerima lelaki yang sudah menjadi suaminya itu dengan tulus.

Yasmin menyalahkan diri sendiri akan itu. Hal itu karena, pertama kalinya Yasmin melihat kaki sambung dari robot secara langsung. Itulah kenapa ia terkejut.

"Kenapa kamu berlutut di hadapanku? Bangun!"

Yasmin mengusap air mata di pipinya. Lalu menatap Arsen. "Maafkan aku mas." lirihnya sekali lagi.

"Kenapa juga kamu harus menangis? Dengar, aku bahkan tidak tau permintaan maafmu itu tulus atau tidak!"

Perlahan Arsen berjongkok, menatap mata Yasmin yang basah karna air mata. Dari manik mata yang sayu itu, Arsen melihat ketulusan.

'Begini kah rasanya bertemu orang yang tepat?'

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status