Share

06 - Kekesalan Sarla

Menyerah dengan mudah bukanlah sesuatu yang akan dilakukan. Ia pun bertekad untuk  terus menunjukkan perlawanan.

Tidak ada yang menolong menyelamatkan dirinya. Ia tengah sendiri di rumah Wilzton. Tak akan diraih bantuan dari siapa pun. Hanya ia seorang yang mampu melakukannya.

"Bisakah kau berhenti bergerak? Kau pikir jika badanmu tidak berat, Miss Sarla?"

"Aku tidak peduli!" Sarla berseru dengan kencang. Amarahnya semakin meningkat.

Kedua telinga pun tambah memanas karena ejekan dilontarkan oleh Wilzton Davis. Ia tak senang dikomentari tentang bobot dari tubuhnya. 

Hal yang baginya sensitif. Tidak akan suka diejek gemuk. Sebab, selama ini sudah dilakukan berbagai macam program menjaga beratnya. Tak bisa diterimanya.

"Lepaskan aku sekarang! Jangan kau pernah berpikir kau akan bisa memaksaku unt--"

Sarla harus menghentikan perkataan akibat dilanda kekagetan besar dirinya dihempas ke kasur Wilzton yang empuk. Ia pun berada dalam posisi berbaring. Sedangkan, pria itu beranjak ke atasnya secara cepat. 

Sarla merasa semakin terancam, segera coba untuk bangun. Namun, gagal dilakukannya akibat tubuh didorong kembali. 

Bahkan, dua tangan sudah ditekankan dengan kuat oleh pria itu ke kasur. Meski, tak menimbulkan rasa sakit. Tetap saja, harus tetap melawan.

"Mau apa kau, hah? Sudah aku bilang tidak akan mau bercinta denganmu!"

"Kau jangan berani memaksaku! Kau akan kuberi pel--"

"Hahaha. Kau kira aku begitu sangat ingin mencicipi tubuhmu?"

"Kau begitu percaya diri ternyata, Miss Sarla. Tapi, aku tidak akan menampik jika kau membuat diriku menjadi semakin tertarik kepadamu. Aku serius."

Sarla menajamkan tatapan. Namun, ia tidak melontarkan balasan apa pun atas ucapan Wilzton yang bernada godaan kental. 

Belum lagi sorot mata nakal ditunjukkan pria itu ke dirinya terang-terangan. Membuat rasa jijik dan muak semakin bertambah. 

Andai saja ia tak dibuat kesal, maka kemungkinan untuk memberikan sedikit kekagumannya akan paras pria itu bisa dilakukan. 

Dirinya wanita normal. Ketampanan lawan jenis pun dapat diidentifikasikannya masih dengan baik.

"Kenapa kau bengong, Miss Sarla? Wah, kau apakah sedang memikirkan kita berdua bercinta panas?"

"Aku menghujam milikmu yang basah dengan keras. Begitu yang kau fantasikan di dalam kepalamu sekarang?"

Sarla memelototkan mata seraya pandangan yang dipalingkan dari Wilzton, sebab pria itu kian mendekatkan wajah hingga napas berembus di lehernya. 

Namun, tidak akan lama. Ia pun kembali memandang Wilzton. Justru semakin tajam menatapnya. Hendak ditunjukkan bahwa ia tak merasa gentar.

Lalu, keterkejutan melanda karena pria itu menempatkan tangan kanan di keningnya. Kehangatan yang nyata akan rasa telapak Wilzton menjalar ke bagian tubuh lainnya. Menimbulkan sensasi aneh juga baginya.

"Kau melakukan apa? Jauhkan tanga--"

"Ternyata aku salah sangka. Aku kira wajah kau pucat karena sedang demam. Tapi, kau tidak panas. Aku bisa bernapas lega."

Sarla menaikkan salah satu alis. Sebab, tak paham akan kalimat-kalimat Wilzton. Tidak bisa dipahami dengan benar. "Apa yang ka--"

Tidak dapat dilanjutkan ucapan untuk yang sekian kali akibat tubuhnya sudah diangkat oleh Wilzton. 

Tentu perlawanan langsung saja dilakukan. Namun, tetap tak berhasil. Ia kalah. Tenaganya lebih kecil dari Wilzton.

"Lepaskan aku, Bajingan! Kau akan memaksaku untuk memuaskan rasa penasaranmu akan diriku."

"Kau tidak akan pernah mendapatkan apa yan--"

Sarla kembali harus memotong ucapannya karena terkaget dengan aksi Wilzton yang tiba-tiba menurunkannya di depan ruangan tidur pria itu. 

Sarla benar-benar tidak menyangka. Meski demikian, kelegaan semakin besar menaungi. Wilzton pun tak seburuk yang dipikirkannya. 

Bukan berarti juga kesiagaan diturunkan. Harus tetap dilakukan mengingat hubungan yang terjadi di antara mereka masih memanas. 

Tidak akan luluh hanya sedikit sikap Wilzton bersahabat kepadanya. Bisa saja kelicikan pria itu akan bertambah nantinya.

"Aku akan membuat semua aturan perjanjian. Kau hanya tinggal menerima. Tidak ada protes darimu."

"Tentu, semua akan lebih menguntungkanku. Kau tidak boleh protes. Aku pastikan kau tidak terlalu rugi."

Wilzton menyeringai. "Aku yakin kau tidak akan mengalami hal-hal buruk juga. Tapi, kenikmatan dan kepuasan sebagai wanita."

"Tidak mungkin kau tidak paham dengan apa yang aku maksudkan, Miss Sarla."

"Kau pasti sering mendapatkan dari pria yang kau ajak tidur bersama. Aku tidak kalah hebat."

Sarla membelalak. "Kau akan memutuskan sendiri? Apa kau juga akan menaruh syarat aku harus mau bercinta denganmu? Sungguh, liciknya kau!"

Sarla jelas tambah muak melihat bagaimana seringaian di wajah Wilzton. Ingin sekali ia menggoreskan cakaran-cakaran dengan kuku panjang yang dimiliki. Namun, baru sebatas keinginan terpendamnya saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status