Share

07 - Godaan

Menunggu adalah hal paling tidak menyenangkan bagi Sarla. Terlebih, tanpa kepastian yang jelas atas keputusan sudah dibuatnya. 

Rasa mual pada sosok pria menyebalkan nan sombong, Wilzton, tak terbendung sejak mereka terakhir berbicara tadi di dalam. Debat tentu mewarnai.

Dirinya diusir paksa dari ruangan tidur pria itu. Tak ada pilihan selain menanti Wilzton keluar. Dan, ia sudah berdiri di depan pintu hampir setengah jam. 

Kedua kakinya mendapatkan efek, pegal-pegal. Ia harus segera beristirahat untuk memulihkan tenaga dan pikiran yang masih senantiasa terkuras.

Rasa kantuk juga menyerang karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun, tidak bisa pergi ke kamarnya. Ia membutuhkan jawaban yang lebih pasti lagi. 

Benar, kesepakatan secara tertulis agar semua jelas dan juga memiliki dasar hukum. Jika terjadi masalah yang tak diduga-duga, ia bisa menuntut. 

Wilzton Davis tipikal pria yang misterius. Ia tidak bisa merasakan keamanan dekat dengan pria itu. Selalu diterapkan kewaspadaan. Tak akan pernah bisa memercayai Wilzton.

Pria itu juga menyalakan sinyal bahaya di dalam dirinya. Godaan yang terlalu kentara diberikan oleh Wilzton kepadanya.

Terutama mengajak ia untuk tidur bersama. Tidak akan pernah terjadi. Meskipun nanti di dalam kontrak dipersyaratkan, ia punya hak menolak. Tak akan bisa tunduk begitu saja.

"Apa kegiatan dia di dalam sampai belum keluar juga? Menyebalkan." Sarla menggerutu kesal.

"Jangan-jangan dia sudah tidur. Cih." Sarla kian jengkel akan kemungkinan yang muncul di kepala.

Jelas akan kian jengkel jika memang benar apa di pikirannya sampai menjadi kenyataan. Tentu saja ia akan melakukan sebuah tindakan. 

Ide pun bisa dengan cepat tercipta. Ingin segera ditunjukkan. Namun, logika masih melarang. Diputuskan untuk menunggu beberapa menit lagi keluarnya Wilzton Devins. Punggung disenderkan di depan pintu.

Pikiran kembali bak benang kusut. Memang belum didapatkan jalan keluar yang pasti atas masalah tengah dihadapinya.

Walaupun, sudah disepakati dengan Wilzton sebuah perjanjian. Namun, bayang kecemasan menghantuinya. Firasat juga tak kian bagus. Dilema juga menghinggapi dirinya.

Terutama, tentang persyaratan bercinta yang sudah sempat disinggung oleh pria itu. Jika sampai benar ada di dalam kesepakatan ditulis nantinya. 

Tidak akan pernah bisa diterima. Sungguh konyol serta memberatkan dirinya. Perlawanan sudah pasti ia akan berikan agar bisa membatalkan semua.

"Astagaaa!" Sarla berseru cukup kencang dengan keterkejutan yang begitu besar. Keseimbangan dari tubuhnya pun mengalami goyah seketika.

Hendak jatuh ke belakang, menyentuh lantai yang dingin. Tak dapat dilakukannya antisipasi. Sudah memasrahkan jika harus terjadi. 

Kedua matanya pun dipejamkan. Beberapa detik lagi, pantat sudah akan mendarat dengan keras. Ia hanya berharap tak akan menimbulkan sakit ataupun kebas parah.

"Tolong janganlah memelukku terlalu erat, Miss Sarla. Kau membuatku tidak bisa bernapas."

Sarla langsung membuka lebar-lebar kedua kelopak mata. Pusat pandangan pun terarah tepat ke wajah Wilzton. Seringaian diperlihatkan pria itu memuakannya. 

Dan, ketika sadar akan apa yang Wilzton sampaikan. Sarla pun mengalihkan perhatian ke tangan kanan dan juga kirinya yang melingkari tubuh kekar pria itu.

Sungguh tidak disangka-sangka. Lalu secara cepat dilepaskan. Dilanjut berjalan menjauh. Walau, masih saling berdiri berhadap-hadapan.

"Aku tidak pernah bermaksud memelukmu. Jangan pernah terlalu percaya diri jika aku ingin dengan sengaja melakukannya." Sarla membalas dengan nada suara yang datar.

"Kau sudah menuliskan kesepakatan?" Sarla mengajukan pertanyaan sembari melihat ke arah tangan kanan Wilzton yang memegang beberapa lembar dokumen.

"Tentu saja sudah selesai. Kau harus menandatangani sekarang."

Sarla tidak memberikan jawaban apa-apa, mulutnya dibungkam. Sedangkan, diambilnya secara cepat perjanjian tertulis tersebut. 

Dibaca halaman demi halaman dengan teliti dan serius. Tidak ingin sampai ada yang terlewatkan barang satu pun poin yang diajukan kepadanya. 

Mencari juga jika ada kejanggalan dan merugikan bagi dirinya nanti. Namun, belum ditemukannya.

"Apa sesuatu mengganggumu?"

Wilzton melebarkan seringaian, ketika Sarla sudah menatap ke arah matanya. "Katakan saja apa yang membuat kau terganggu. Tapi, aku sudah membuat syarat tidak memberatkanmu."

"Kenapa kau tidak menuliskan tentang syarat bercinta? Atau aku tidak melihat?"

"Rasanya sudah semua aku baca. Dan, aku belum menemukannya. Apa yang kau rencanakan, Mr. Wilzton?"

Ledakan tawa keras dilakukan Wilzton sebagai bentuk reaksinya atas pertanyaan konyol dari Sarla. 

Lalu, dengan cepat ditariknya pinggang wanita itu sehingga begitu mendekat ke arahnya. 

Wajah pun dimajukan. "Rencanaku? Membuat kau memohon agar aku bercinta bersamamu."

"Aku memang sengaja tidak menuliskannya karena aku yakin bisa membuatmu memintaku untuk mencicipi setiap jengkal tubuhmu dan memberi kepuasan."

.............


Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vivi Noviyanti
semangaaaaaattttt up nyaa😊
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status