Share

Preman Kampung

Jam delapan, sinar matahari pagi menyelusup ke dalam kamar melalui jeruji jendela. Renata memicingkan mata dan menatap sekitarnya. Semalaman dia nyaris tidak bisa tidur sebab berada di tempat yang tidak nyaman dan bau sungai yang tercium begitu menyengat.

“Hadeuh benar-benar bikin pusing dan sebal, bau sekali di sini. Tapi aku tidak punya tujuan lain!” keluh Renata sambil beranjak dari ranjang dan melangkah keluar, perutnya terasa lapar.

“Sudah bangun, Cah Ayu?” sapa si Mbok ibunya Jono yang melihat Renata turun dari lantai dua rumahnya.

“Sudah Mbok, Mas Jono mana?” tanya Renata yang tidak meihat kehadiran Jono.

“Jono sudah berangkat tadi sejak subuh, dia memang rajin anaknya. Katanya kalau tidak begitu maka bakalan kalah saing sama tukang paket temannya. Kalau paket yang dia antarkan sedikit maka dapat uangnya pun sedikit. Si Jono sedang mengumpulkan uang buat bekal nikahnya, Cah Ayu!” jelas si Mbok.

Renata tersenyum tipis sebagai basa-basi dan menghargai si Mbok.

“Mbok, aku lapar ma
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status