Share

Bab 4. Perempuan Menjijikan

Lukas yang sudah kebingungan pun terus membujuk Evelyn agar mau masuk ke mobil.

"Tolong bantu saya. Kalau Anda tidak masuk, pria di dalam itu akan memarahi saya," ucap Lukas menyatukan dua tangan di depan wajah layaknya seseorang yang memohon.

Evelyn pun akhirnya luluh, meski takut, ia akhirnya memilih duduk di kursi belakang sambil terus memalingkan wajah, berusaha menghindari menatap pria yang sangat dibencinya itu.

"Pak Sean, apa kita langsung pulang?" Lukas sedikit ragu bertanya di tengah keheningan itu.

"Ke toko pakaian," jawab Sean dengan tatapan dinginnya.

"B-baik, Pak," jawab Lukas yang merasa tidak nyaman dengan situasi di mana Evelyn seperti ketakutan, sedangkan Sean yang membeli perempuan itu malah terlihat tidak peduli.

Lukas langsung melajukan mobilnya ke arah salah satu toko pakaian mewah yang selama ini menjadi tempat langganan Sean. Meski Evelyn sudah mengenakan pakaian termahal di rumah lelang, semua seakan sia-sia mengingat tubuh perempuan itu sangat kotor dengan rambut yang terlihat lengket.

"Tunggu! ke salon saja," titah Sean, "menjijikan," sambungnya seraya menatap Evelyn dengan sinis.

"B-baik, Pak." Lukas kemudian berbelok ke arah salon yang jaraknya tak jauh dari sana.

Kini mobil sudah terparkir di depan salon. Sean enggan turun dan tak mau tahu dengan urusan Evelyn. Ia menyerahkan semuanya pada Lukas.

"Bu Evelyn, tolong turun dari mobil dan ikut saya pergi ke salon," pinta Lukas yang merasa kesulitan setiap kali mengajak Evelyn.

"Bu? Dia bukan istriku!" bentak Sean, tak terima.

"Maaf, Pak." Lukas membungkukan badannya.

"Panggil nama saja, derajatnya tidak jauh lebih tinggi darimu," protes Sean.

"B-baik, Pak."

Lukas merasa selalu salah di mata Sean semenjak ada Evelyn. Kini ia berusaha lebih berhati-hati agar tak menyulut emosi atasannya itu lagi.

"Aku panggil Velyn saja," ucap Lukas pada Evelyn.

Evelyn hanya mengangguk, tatapannya kosong.

"Tolong ikut aku ke salon." Lukas menatap Evelyn dengan penuh harap.

Evelyn tersenyum, entah apa yang ada dalam pikirannya sehingga menunjukan senyum aneh dan menyeramkan seperti itu. Namun, meski demikian, perempuan itu tetap menuruti permintaan Lukas yang terlihat dalam kesulitan karenanya.

Kini, Lukas dan Evelyn berjalan menuju salon dan langsung memasukinya.

Semua mata menatap Evelyn, mereka seakan jijik melihatnya yang kumal dan sedikit bau karena terlalu lama berada di ruang pengap. Beruntung Lukas tak memiliki perasaan seperti itu, dibanding malu, ia malah lebih merasa kasihan pada perempuan di sampingnya.

"Apa dia orang gila? Mengapa pria tampan itu mau bersamanya?"

"Aku mual melihatnya."

"Abaikan saja, aku juga jijik melihatnya."

Para perempuan di salon terus saja menggunjing Evelyn. Namun, ia sama sekali tak menghiraukannya dan berjalan seolah tak terjadi apa pun.

Lukas mendatangi salah satu pegawai di salon tersebut, ia meminta pegawai tersebut untuk membersihkan tubuh Evelyn. Ia bahkan memberikan tips besar pada siapa saja yang mau membantunya.

"Maaf, tidak bisa. Salon ini khusus untuk para sosialita. Kami tak menerima perempuan lusuh dan kumal seperti dia!" cela salah satu pegawai salon.

Lukas sedikit berkecil hati, tak menyangka akan mendapat perlakuan seperti ini hanya karena penampilan Evelyn saja.

"I-itu, apa saya boleh mengajukan diri untuk membantu Anda?" usul salah seorang pegawai yang sepertinya masih magang, terlihat dari dirinya yang tak mengenakan seragam, hanya memakai pakaian hitam putih.

"Kamu yakin? Terserah saja jika kamu memang mau," sahut salah satu perempuan dengan rambut sebahu pada pegawai magang tersebut.

"Tidak masalah, saya sedang membutuhkan uang untuk berobat Ibu," ucap pegawai magang itu.

"Tenang saja, aku akan memberi tips yang besar untukmu," ujar Lukas yang merasa sangat berterima kasih pada pegawai magang tersebut. Berkatnya, ia akan terhindar dari amarah sang atasan kalau sampai perintahnya tak terpenuhi.

"Terima kasih, Tuan," sahut si pegawai magang.

Evelyn pun diajak ke ruangan bagian dalam untuk dimandikan, pegawai magang itu sangat telaten dan tidak jijik sama sekali pada perempuan lusuh di hadapannya. Bukan tanpa alasan, ia sudah terbiasa merawat sang ibu yang terkadang keadaannya jauh lebih menjijikan daripada Evelyn.

"Mengapa kamu tidak jijik padaku?" Evelyn merasa ada sedikit gejolak di dadanya akibat dari perasaan terharu, setelah sekian lama akhirnya ada yang menganggapnya manusia.

"Aku sudah sering merawat ibuku yang gangguan jiwa. Ibu bahkan lebih kotor dari Kakak. Lagipula, dimataku semua orang itu sama, Kak," jawab gadis yang dari wajahnya diperkirakan baru lulus sekolah.

"Tapi aku wanita kotor, anakku pun hadir tanpa sebuah pernikahan," sanggah Evelyn yang masih berpikir jika dirinya tidak layak mendapat perlakuan baik.

"Ibu juga selalu mengatakan hal seperti itu setiap kali kambuh. Aku dan anak dalam kandungan Kakak memiliki nasib yang sama. Namun, aku ingin Ibu bisa terus hidup dengan baik," ujar gadis itu, sambil terus menyabuni tubuh Evelyn.

Air mata Evelyn tiba-tiba keluar dengan sendirinya, untuk pertama kalinya, ia merasa tersentuh oleh ucapan seseorang, setelah sekian lama hati dan pikirannya seolah membeku.

Gadis magang itu terlihat sangat telaten, ia benar-benar pandai merawat seseorang seperti Evelyn.

Tiga puluh menit berlalu, Evelyn kini sudah terlihat lebih bersih dan cantik. Semua mata lagi-lagi tertuju padanya. Perempuan yang tadi sangat lusuh dan kumal ternyata memiliki kecantikan yang sempurna melebihi perempuan-perempuan yang sedang berada di salon itu.

Evelyn melepaskan cincin dan memberikannya pada gadis magang itu.

"Ini untuk berobat Ibumu!"

Gadis itu menerimanya begitu saja tanpa tahu jika cincin lusuh itu sangatlah mahal, harganya saja bisa mencapai ratusan juta.

"Terima kasih, saya akan menyimpannya dengan baik."

"Tidak, kamu harus jual secepatnya!" seru Evelyn dengan sedikit memelotot.

"B-baik, Kak."

Evelyn langsung berlalu keluar dari salon. Ia menuju mobil tanpa harus Lukas minta.

Saat di mobil, Sean yang baru sadar dengan kedatangan Evelyn pun langsung membelalak ketika melihat wajah perempuan tersebut.

"Kamu?" Sean menatap Evelyn dengan sorot mata tajam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status