Share

5. Suka-suka James

"Pagi-pagi begini kenapa sudah menggerutu?" goda James.

Suara serak-serak basahnya terdengar seksi. Bulu kuduk Daisha merinding dibuatnya. Dada bidangnya terekpos di depan mata akibat semua kancing kemejanya terbuka.

Wanita normal mana yang tidak terkesima melihat otot-otot indah itu terekspos apalagi bidang-bidang di perutnya yang sempurna. Hampir membuat Daisha frustasi.

"Tuan biarkan aku mengerjakan tugasku sampai selesai! Aku tidak ingin nyonya Merry marah karena aku lamban membereskannya!" ucap Daisha dengan nada memohon. Dia tidak ingin terjerat dengan pesona pria jahat itu.

"Kau lebih takut dengan Merry ketimbang padaku? Kau lucu sekali! Aku ini tuanmu Daisha, bukan si tua itu," seloroh James masih setengah sadar.

"Huhh tapi! Ini tidak baik! Bagaimana jika dilihat orang lain?" ucap Daisha beralasan. Dia hanya ingin lepas dari pelukan James. Karena pada saat itu juga dia merasa jijik. Tapi sulit sekali membuatnya tertipu.

Namun kemungkinan kedua bisa saja Ford tiba-tiba masuk ke dalam menganggap aneh mereka berdua.

"Ini wilayah kekuasaanku, mau dilihat orang lain pun tak masalah!"

James bersikukuh memeluk Daisha meski gadis itu terus menggeliat dalam dekapannya. 

"Jangan coba palingkan wajahmu! Aku ingin melihat semenarik apa kamu sampai adikku sudi menjadi kekasihmu!" cemooh James sambil mengamati wajah cantik Daisha dengan khidmat.

"Aneh! Tidak ada hal yang menarik! Kenapa Juan suka pada gadis ini?" batin James.

"Aku tahu dia menghinaku dalam hatinya," batin Daisha.

"Humhh! Kekasih Juan? Dia tidak bernilai sama sekali!" batin James mencela.

"Berhenti menatap wajahku seperti itu!" Daisha segera memalingkan wajahnya.

"Heh! Jangan terlalu percaya diri kalau aku akan menyukaimu karena wajah jelekmu itu! Saudara kembarku saja yang seleranya rendahan!" hina James tapi belum mau melepaskan pelukannya itu.

"Iya aku rendahan! Maka dari itu bisa lepaskan aku sekarang? Aku terlalu rendahan untuk kau peluk tuan arogan!" balas Daisha bersungut-sungut.

Sudah muak bagi Daisha mendapatkan penghinaan dari James. Bukan dia insecure lalu sakit hati karena perkataannya, tapi James tidak berhak merendahkan nilai yang ada pada dirinya.

"Tuan arogan! Lepaskan aku! Itu bajumu bau alkohol, aku tidak suka, baunya terlalu kuat," ucap Daisha masih berusaha sekuat tenaga untuk lepas.

Akhirnya James melonggarkan pelukannya. Daisha beranjak dari tempat tidur mendapati muka James yang bingung.

"Apa baunya sekuat itu?" tanya James seraya mengendus-endus pakaiannya.

"Iya tentu saja, apa tuan tidak bisa menciumnya?" tanya Daisha yang ikut terheran. Bisa-bisanya wajah pria itu tiba-tiba berekspresi polos.

"Apa dia bipolar ya?" batin Daisha.

"Ini cuci bajuku!" pria itu tiba-tiba melepas pakaiannya hampir telanjang bulat. Dengan cepat Daisha menahan James untuk membuka celananya itu.

"Eh eh! Jangan lakukan! Aku punya saran yang bagus, lebih baik tuan lepas celananya di dalam kamar mandi saja, bagaimana?" ucap Daisha dengan muka panik.

"Kau mencoba menginterupsiku hah?!" bentak James.

"Ah maaf tuan, tapi aku tidak bermaksud begitu! Aku hanya memberi saran saja." 

James berbalik mengambil Hp yang hampir terjatuh di seberang tepi kasur. Lalu meletakkannya ke atas nakas.

"Dasar bos gila!" gerutu Daisha dengan suara pelan sambil meninju-ninju udara ke arah James.

"Apa dia suka bertelanjang bulat di depan perempuan? Otaknya sungguh tidak berfungsi!" batin Daisha gerundel.

"Kau lupa ya, aku sudah pernah bertelanjang bulat di depanmu, buat apa kau malu? Aku saja tidak malu di depanmu!"

Dasar pria konyol. Daisha terlampau kesal dan merasa itu sangat bodoh. Dia itu polos atau mesum sih?

"Aku malu? Heh! Lebih tepatnya aku tidak sudi melihat hal kotor itu! Bikin mataku sakit saja!" batin Daisha menggerutu.

"Aku tahu kau berbicara buruk tentangku, cepat cuci ini! Lalu kau siapkan aku air untuk mandi!" titah James yang tak pikir panjang melepas semua pakaiannya, tak ada pengecualian sama sekali.

Daisha memejamkan matanya betul-betul terkejut. Dia berjongkok ke lantai sembari memasukkan baju-baju itu ke keranjang. 

"Tuan! Selamat pa-gi," ucap Ford terbata.

Ford bengong mematung melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

"Kenapa tuan muda telanjang?!" Ford berteriak. Pria itu panik melihat bos nya bertelanjang bulat di depan gadis. Tentu saja itu akan merusak citranya sebagai salah satu keluarga Connor.

"Tuan muda!" 

"Ford keluar!" teriak James menyuruh Ford keluar dengan telunjuknya.

"Ba-baik tuan muda." Ford pamit undur diri. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.

James benar-benar tak ingin diganggu. Soal mengerjai Daisha,  dia hanya ingin berdua saja. 

"Pak Ford pasti mengira yang bukan-bukan," gumam Daisha.

"Jangan lamban! Aku ingin segera mandi, badanku sangat lengket karena semalam!" tukas James.

"Karena semalam kau tidur dengan banyak perempuan sambil mabuk-mabukan iya kan?" batin Daisha.

"Baik tuan, aku segera membereskannya! Oh ya tuan, pakai ini sebelum bak nya penuh!" Daisha tersenyum kecut dan menyabarkan diri, dia menyerahkan handuk yang tadi terlampir di pundaknya. 

Handuk kimono besar berwarna hitam dia selempangkan di pundak James yang masih duduk di atas kasurnya. 

"Apa perlu?" tanya James pura-pura bodoh. Bukan juga sih! Dia hanya sedang menguji kesabarannya. Kesal bukan kepalang, Daisha segera selesai dan buru-buru pergi ke kamar mandi.

"Punya majikan yang gila! Membuatku ikut gila!" gerutu Daisha sambil mengisi bathub dengan air hangat.

James tersenyum memperhatikan cara Daisha berjalan saat menuju kamar mandi. Dia seperti anak kecil yang sedang kesal menghentakkan kakinya ke lantai.

Otak kancil nya bekerja mengendalikannya untuk mengganggu gadis itu. Langkah James terhenti,  dia berdiri di belakang Daisha yang sedang fokus mengisi bathub mandi.

"Aku suka sekali mengerjai gadis ini, mempermainkannya sampai dia kesal dan marah, tapi aku tidak suka melihat dia menangis, terutama menangisi Juan, aku sangat tidak suka!" batin James.

"Hahh apa yang tuan lakukan di situ?!!"  tubuh Daisha sedikit berjingkrak, dia terkejut saat kepalanya menoleh ke belakang dan mendapati James tengah berdiri di ambang pintu.

"Melihatmu bekerja untukku? Kenapa? Apa tidak boleh seorang majikan mengawasi pelayannya sendiri?" tukas James sambil berjalan menghampiri.

"Seperti biasa kau lamban! Aku sudah tak sabar ingin menceburkan diri!" tukas James lagi. 

Daisha menaikkan kewaspadaan,  dia tetap menoleh ke belakang berjaga-jaga jika suatu waktu James menerkamnya.

"Kenapa tuan tidak berendam di kolam renang saja kalau begitu?" gumam Daisha.

"Kau berani sekali ya menginterupsiku?!" sergah James dengan mata mendelik. Kini wajah James berada 10 cm dari wajahnya.

Daisha mengerjapkan mata merasakan gugup tiba-tiba, degup jantungnya berdebar lebih cepat. Menghindari itu, dia berbalik badan dan lanjut mengisi bathub nya.

Soal kolam renang, tak ada yang tahu. Bahwa James benci berenang, karena dulu dia pernah tenggelam di air yang dalam. Maka dari itu sampai sekarang dia trauma.

James memaksa masuk ke dalam bathub saat sebelum Daisha menyelesaikannya. Lagi-lagi Daisha harus melihat pemandangan itu. Dimana kejantanan James terpampang jelas tanpa sehelai kain pun.

Daisha menelan ludahnya.

"Kenapa aku gugup?" batin Daisha.

Kenapa dia gugup? Karena Daisha belum pernah melihat hal sevulgar itu seumur hidupnya.

Dia menyalakan lilin aroma terapi dengan tangan gemetar, menabur bermacam-macam kelopak bunga dan esensial oil dengan terburu-buru. Yang dipikirkan adalah kabur dan pergi dari situ. 

"Pijat kepalaku!" suruh James sembari menepuk kepalanya.

Mencelos sudah jantungnya entah kemana.

"Kenapa minta dipijat sih?" gerutunya dalam hati.

"Aku tidak pandai memijat tuan,"  ucap Daisha beralasan.

"Sebagai pelayan khusus, kau harus bisa memijat, semua tubuhku memerlukan pijatan, menjalani hari-hari yang sibuk terasa sangat lelah bagiku," papar James. 

Untungnya James sedang off. Emosinya sangat tenang dan stabil. Pria ini menikmati waktu mandinya dengan damai. Lain hal dengan Daisha yang kesal disuruh ini itu oleh tuannya yang otoriter. Apalagi harus terus bersentuhan fisik dengan James. Dia frustasi, kesal dan tidak ikhlas. 

"Pijat bagian ini!" perintah James lagi mengarahkan tangan Daisha ke dalam air.

Daisha reflek memundurkan tubuhnya. Dia tahu yang dimaksud James itu bagian mana. 

"Tuan kau gila!" teriak Daisha.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status