Share

Pengakuan James

Setelah kejadian semalam Daisha memikirkan cara untuk bicara dengan Vanda, meminta izin untuk membebaskannya dari sini. 

Lagi pula hanya Vanda yang tidak setuju jika dirinya tinggal di Constone, namanya bisa mencoreng nama baik Connor. Jika publik tahu gadis yang selama ini dipacari Juan adalah dirinya. 

Rencana itu lebih baik ketimbang dia memohon kebebasan kepada James. Pria itu pasti menolak dan malah mempermainkannya.

Tapi jadwal pekerjaan Vanda terlalu padat. Dia hanyalah ibu-ibu sosialita yang mencari hubungan bisnis mewakili suaminya. Tapi teman-teman bisnis Dylan sangatlah luas. Vanda bisa melakukan pertemuan 3 sampai 4 kali di sebuah acara perharinya.

"Nyonya Merry apa kamu tahu hari apa biasanya nyonya Vanda memiliki waktu senggang?" tanya Daisha.

"Kenapa kamu tanya begitu?" tanya balik Merry.

"Uhmm aku hanya ingin berbicara dengan nyonya Vanda, berbicara serius, kira-kira kapan ya?" tanya Daisha lagi. Kini balas dengan wajah kikuk.

"Aku rasa selama aku mengabdi di sini, nyonya Vanda punya waktu senggang yang tak menentu karena dia punya jadwal kesibukan yang padat, kalau kamu ingin bicara dengan nyonya Vanda katakan saja pada asistennya Legina, dia yang membuat jadwal acara nyonya Vanda," jelas Merry.

"Legina? Aku tidak tau yang mana Legina!"  

"Dia yang suka memakai kacamata besar dan memakai seragam seksi dada terbuka, rambutnya selalu dicepol satu, dan dia selalu mengekor di belakang nyonya Vanda," papar Merry lagi.

Daisha terdiam, mengingat asisten Vanda yang bernama Legina. Pasti dia pernah melihatnya karena pertama kalinya dia datang ke sini. Vanda sedang berada di rumah.

"Apa Legina sering berada di sini?" tanya Daisha.

"Tidak juga, tapi dia akan kembali ke sini jika ada barang nyonya Vanda yang tertinggal," jelas Merry lagi. 

"Oh begitu ya?"

"Iya begitulah, seharusnya kau tahu Daisha, bahwa nyonya Vanda dan tuan besar baru-baru ini sibuk karena bisnis mereka di luar negeri! Kau tidak sempat memperhatikannya?" 

"Oh itu! Aku lupa nyonya, mungkin aku terlalu sibuk mengerjakan yang lain, ya sudah, terima kasih Nyonya Merry." 

"Sama-sama."

Daisha keluar dari kamar Merry setelah menerima informasi darinya. Tiba-tiba James datang dari arah tak terduga. Senyuman mengerikannya itu membuat Daisha takut sekaligus jijik. Dia si pria mesum yang kemarin membuat dirinya hampir dilecehkan.

Tak mau terlibat drama, Daisha berjalan ke arah lain. Tapi dengan cepat James mencegat langkahnya dan menarik tangan Daisha.

"Hey mau kabur kemana?" sergah James.

Daisha menelan ludahnya kasar.

"Sini!" titah James.

"Lepaskan aku tuan! Aku mohon! Berhenti mengusikku!" ucap Daisha memohon seraya berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman James.

"Hari ini aku tidak akan mengusikmu Daisha, aku sedang dalam suasana hati yang baik!" ucap James lembut. Daisha tahu pria itu hanya berpura-pura lembut agar membuatnya terjebak lagi ke dalam lubang.

James merogoh sesuatu dari saku celananya mengeluarkan satu bungkus rokok dan diambilnya sebatang rokok dari situ.

"Duduk! Temani aku duduk!" titah James.

"Tapi tuan aku masih ada kerjaan yang lain," ucap Daisha berusaha menolak. Karena dia yakin setelah ini ada sesuatu yang mengejutkan.

"Duduk!" bentak James.

Daisha buru-buru duduk di samping James karena ketakutan. Emosinya sangat cepat berubah. Wajahnya tiba-tiba memerah seolah hendak meledak.

"Aku ingin merokok, tolong nyalakan koreknya!" pinta James.

"Mendengar kata tolong saja, dia  masih menyebalkan bagiku!" batin Daisha. 

Daisha pun hanya menuruti permintaannya, menyalakan korek dan menyulut rokok yang sudah terjepit di antara bibir seksi dan pink milik James. Meskipun dia seorang perokok, James memiliki bibir yang plumpy.

"Apa saudara kembarku merokok seperti ini di hadapanmu?" tanya James dengan smirk.

Daisha menggeleng, karena memang Daisha tidak pernah melihat Juan merokok.

"Wah kamu harus tahu, kalau Juan akan merokok jika sedang stress berat!" papar James.

Daisha tidak peduli dengan itu. Yang terpenting Juan selalu menghargainya, bahkan untuk merokok pun dia tidak akan melakukannya ketika sedang bersama. Karena umumnya wanita tidak suka pria perokok.

"Kamu tahu, sebentar lagi aku akan menjadi pewaris dari State Group! Dan aku akan mengawali kehidupan bahagiaku," ucap James, matanya memancarkan sebuah harapan besar. Tapi kenapa terdengar menyedihkan untuk Daisha. Daisha seolah merasa pria ini telah menyembunyikan rasa sedihnya selama bertahun-tahun.

"Dan aku tidak akan meninggalkan kesempatan berharga ini, setelah sekian lama aku berusaha mewujudkan kebahagiaanku dan sekarang lah saatnya aku memetik apa yang harusnya menjadi milikku," ucap James lagi.

Daisha merasakan hal aneh pada James. Kenapa dia mengatakan rasa bahagianya pada dirinya.

Terlebih soal rasa benci, perilaku buruk dan perkataan buruknya yang telah dia lakukan padanya kemarin. Seolah-olah dia merasa tidak pernah terjadi apa-apa. 

Apakah dia seorang bipolar?

"Kenapa kau diam saja? Apa dari tadi kau tidak mendengarkan ucapanku?!" protes James. 

"A-aku mendengarnya tuan, aku hanya sedang menyimak apa yang disampaikan tuan," elak Daisha seraya ketakutan. Sebab James berusaha mendekatkan wajahnya.

"Kemarin malam kau berani melawan perkataanku! Kenapa sekarang tidak?" tanya James. Daisha membatu, apa yang harus dia jawab.

"Apa yang kau bicarakan dengan Merry tadi? Apa itu obrolan serius?" tanya James. Daisha makin membatu, matanya membulat penuh dan jantungnya melorot mendengar kalimat tanya itu.

"A-aku, i-itu bukan obrolan serius," ucap Daisha berusaha mengelak.

"Kalau ingin bicara dengan Vanda, itu artinya obrolan serius, ingin kubantu berbicara dengan Vanda?" cecar James, wajah tampan nan mengerikan itu semakin memojokkan Daisha. 

Mendekat, semakin mendekat ke wajahnya. Ditambah senyuman mengerikan itu semakin lebar.

"Kau ingin kabur dari sini dan meminta Vanda untuk melepaskanmu? Cihh jangan harap nona Daisha Cheryl! Jangan harap kau kabur dariku!" bisik James. Suara bass dan bibir yang hampir menyentuh telinganya itu membuat Daisha bergidik ngeri. 

Terlebih pria licik nan mengerikan ini tahu apa yang dia rencanakan. Darimana James mengetahuinya? Padahal rencana itu tak satupun orang mengetahui bahkan Merry saja tak diberitahu.

"Sudah susah payah aku membawamu ke sini dan tak akan aku biarkan kau kabur dari sini, tak akan kubiarkan kau bebas!" ucap James menatap Daisha tajam.

Daisha terus membatu dengan kalimat-kalimat yang diucapkan James. Hatinya mulai panik, dia ingin kabur dan lepas dari cengkraman James. Tapi urat-urat tubuhnya seperti kaku.

"Kau tahu sayang, kau dibawa ke Constone bukan atas permintaan Juan, tapi atas permintaanku sendiri."

Daisha tertegun dengan kalimat itu. Apa semuanya ini? Apa dari awal semuanya adalah jebakan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status