Beberapa kali jari jemari James mengetuk-ngetuk meja. Jelas terukir kecemasan di wajah tampan James menambah kesan tegas dan berwibawa. Kini pikirannya dihinggapi beberapa masalah yang mengganggunya. Yang pertama yang paling mengganggunya adalah kedatangan Henley yang begitu tiba-tiba ke Constone dan datang dengan status sebagai anak bungsu Connor. Dan yang kedua adalah Daisha yang dikatakan oleh Ford sempat kabur dari rumah sakit dan bahkan hampir mengalami kecelakaan. Pria itu memundurkan tubuhnya hingga menempel ke sandaran kursi kerjanya. Menengadah menatap langit-langit atap dengan pandangan semu. Sejenak James menepikan rasa cemas nya itu, berpikir lebih tenang seperti yang biasanya dia lakukan. Mengatur napasnya lebih dalam dan rileks. "Setidaknya aku sudah menjadi direktur utama State Group, tapi... Aku masih merasa takut ada kegelapan dan kesedihan besar yang menjemputku di depan sana dan... Henley? Bagaimanapun tak bisa menggeser posisiku karena Dylan lebih berpengaruh da
Artikel berita mengenai penobatan direktur utama State Group yang baru sudah diupload di media manapun. Nama James Elard Connor terpampang dimana-mana. Menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat khususnya untuk orang-orang yang terjun dalam bisnis. "Inilah wajah baru direktur utama State Group! James Elard Connor harta Karun tersembunyi Connor yang kini telah muncul menjadi perbincangan hangat!" Judul tersebut tertulis di headline news. "Lihat wajahnya! Dia itu sangat tampan ya?" "Iya benar, dia seperti pria perkasa dan nampak dingin." "Biasanya pria yang kaku dan dingin ini, kalau dijadikan pacar terasa menantang." "Bodynya juga seksi, pantas saja disebut harta Karun tersembunyi, dia sangat cocok menjadi direktur utama, auranya sangat kuat dan berwibawa." "Jika dibandingkan kandidat sebelumnya, Mr. James lebih pantas." "Ah tapi aku lebih suka pesona Mr. Juan yang gentleman itu, sepertinya dia lebih romantis." "Lagipula diantara mereka tidak ada yang mau be
Sudah beberapa hari yang lalu setelah kembalinya dari rumah sakit. James dibuat cemburu oleh kedekatan Ford dan Daisha. Bahkan asisten pribadinya itu berani modus pada Daisha mencuri-curi kesempatan untuk berdua dengannya. Tentu saja membuat James merasa jengkel. Meskipun dia sendiri tidak tahu kenapa bisa sejengkel itu. "Apa aku kirimkan saja Ford ke Australia untuk mengurus bisnisku di sana ya? Jadi dia tidak perlu mengganggu Daisha seenaknya lagi," gumam James. Dirinya sendiri bertanya-tanya, mengapa akhir-akhir ini mudah marah melihat Ford dekat dengan Daisha. Padahal dia tahu gadis itu hanyalah pelampiasan kedengkiannya terhadap Juan. Sudah berjam-jam James mengamati buku dengan sketsa wajah yang diketahui telah dia buat dengan tangannya sendiri. Sketsa wajah yang dibuat 2 hari lalu itu menggambarkan seorang perempuan. James memandanginya khidmat, lalu ketika tangannya menyentuh sketsa wajah tersebut jarinya berhenti di bibir milik wanita yang digambarnya. "Kenyal dan lembut
Daisha diseret pelan oleh James menuju kamarnya. Selagi Daisha nampak pasrah meskipun alam bawah sadarnya mengatakan untuk menolak mengikuti arahan James. Agaknya gadis itu takut James akan melakukan hal yang tidak-tidak seperti sebelumnya. Terlebih James sudah merebut ciuman pertamanya dan itu tentu saja membuat dirinya begitu kesal. Lantaran Daisha yang berpacaran dengan Juan pun belum pernah berciuman dengannya. Rasanya dia sangat menyesal dulu menolak ciuman dari Juan. Setelah mereka sampai di depan pintu kamar. James menggamit bahu Daisha tak sabaran menyuruhnya segera masuk. Tapi Daisha menahan kakinya untuk melangkah lagi. "Kenapa?" tanya James menatap Daisha heran. "A-aku bisa obati lukanya sendiri," jawab Daisha terbata, dia seperti itu karena gugup. Di waktu yang seperti ini, otak nya malah memutar adegan di mana mereka berciuman. Meskipun itu ciuman yang kasar dan memaksa, baginya itu adalah yang pertama kali. "Ayolah! Jangan buat aku marah! Aku hanya ingin mengobatimu!
"Uh! Kurang ajar anak itu! Dia berani mempermalukanku di hadapan orang-orang! Dia pikir siapa dia?!" ucap Vanda geram dan duduk dengan tidak tenang di sofa nya. Meremas dan mencakar bahu sofa juga menggemeretakan gigi-giginya.Melihat bos nya yang sedang frustasi, Legina merasa harus menawarkan sesuatu yang menenangkan untuk Vanda."Nyonya ingin aku buatkan minum?" tawar Vanda dengan menampilkan senyum terbaiknya."Ya! Tapi aku tak ingin minum kopi ataupun teh! Aku ingin bir! Bawakan bir untukku cepat!" perintah Vanda sungkan. Legina segera pergi memenuhi perintah Vanda. Wanita paruh baya itu merasa harga dirinya terinjak-injak. Bahkan sebelumnya tidak pernah ada yang berani menginterupsinya selain Dylan suaminya sendiri."Semenjak kembalinya bocah itu! Perasaanku selalu was-was! Padahal aku tahu dia anakku sendiri! Tapi... di matanya seolah ada banyak kebencian yang dia pendam! Maka dari itu polah nya selalu angkuh baik padaku maupun pada Dylan!" cakapnya bermonolog."Posisi direktu
James selesai mengadakan teaching conference untuk launching produk terbaru di bidang jasa bersama dengan para karyawan divisi pemasaran.Ford sebagai asisten setia menyampaikan jadwal terbaru James untuk jam-jam berikutnya di meja kerja."Tuan James, setelah makan siang ini ada beberapa divisi yang meminta rapat ulang soal perencanaan launching produk terbaru, mereka dari divisi umum dan divisi produksi," papar Ford."Baiklah, ruang rapat yang lebih besar sudah disiapkan?" tanya James memastikan."Sudah tuan, ada di lantai 14.""Oke baiklah!" "Jam istirahat ini anda ingin makan apa tuan?" tanya Ford."Aku ingin pergi ke kantin," jawabnya."Tuan tidak ingin makan di restoran terdekat?" tanya Ford menawarkan. Justru Ford agak mengkhawatirkan image James sebagai direktur utama jika benar dia makan di kantin. Dibandingkan Ford, James lebih cuek."Tidak! Jangan hentikan rasa penasaranku makan di kantin Ford! Aku ingin melihat suasana kantin para karyawanku," ucap James tidak bisa dibanta
"Bocah itu seharian di kantor kesana kemari seenaknya sendiri, apa dia kira di sini taman bermain apa?!" gumam James geram. James memijit-mijit dahinya yang pening karena tingkah laku Henley yang nampak seperti bocah yang sedang bermain-main di kantor berakibat mengganggu konsentrasi kerjanya. Dia seenaknya keluar masuk ruangannya lalu berkeliling kantor mengganggu karyawannya yang sedang bekerja. Memang tidak ada keluhan sama sekali dari para karyawannya bahkan mereka menganggap kehadiran Henley di kantor membuat suasana menjadi seru. Namun bagi James itu adalah sebuah gangguan. Bahkan James menduga-duga Henley sedang mempelajari situasi secara diam-diam. Henley mempelajari sikapnya dan cara bekerjanya agar dia bisa menggeser posisinya sebagai direktur utama. Licik sekali bukan pikirannya. Tapi itulah James, dia selalu berpikir hal terburuknya lebih dulu. "Tak akan aku biarkan dia memberikan kemenangan untuk Vanda!" batin James semakin menggeram. James menggebrak meja tidak terl
"Daisha tanganmu sudah tidak apa-apa kah?" tanya Lani yang sejak kejadian itu dia mengkhawatirkan Daisha. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Vanda menginjak tangan Daisha begitu tega saat temannya itu berusaha memunguti serpihan vas yang tajam.Betapa ngeri dan sakitnya meskipun bukan dia yang merasakan. Bahkan pelayan yang ikut menyaksikan ada yang menjerit dan tidak sanggup melihatnya. Tentu saja membuat Lani sedih dan khawatir tapi dia tidak bisa melakukan pembelaan apapun."Sudah tidak apa-apa, nanti malam aku akan melepas perbannya kok," jawab Daisha menampilkan senyumnya untuk membuktikan bahwa dia baik-baik saja."Aku sangat sedih melihatmu terluka, setelah acara penobatan waktu itu kamu tiba-tiba muncul dengan luka di lengan dan sudah diperban, kamu tidak mau memberitahu padaku alasannya kenapa, baru-baru ini kamu mendapat luka lagi akibat nyonya Vanda di telapak tanganmu, apa sebelumnya kamu juga disiksa oleh nyonya makanya kamu dapat luka di lengan itu?" uj