Tanpa memejamkan mata, aku menyaksikan duri-duri besi raksasa itu pecah berkeping-keping menyentuh tubuhku, aku yang sedikit terperangah dengan kekebalan tubuhku mengalihkan pandanganku ke Mustika berwarna biru yang saat ini kupegang."Jangan-jangan ini adalah Mustika Naga Langit yang sedang kucari," gumamku, lalu memperhatikan ke sekeliling goa dan kembali bergumam, "Dan jangan-jangan, aku sedang berada di dalam perut naga langit."Secara tiba-tiba sebuah gelombang yang sangat kuat menarik tubuhku keluar kembali dari perut Naga Langit. "Aaakh!" Aku terseret kembali menuju ke luar.Benar saja, Naga Langit tengah mengamuk. Sementara aku yang berada beberapa puluh kaki di depannya melihat dengan jelas Matanya yang nampak menyala dan memancarkan warna kebiruan, lalu ia menghisap berbagai halilintar dengan mulutnya, sehingga halilintar-halilintar itu membentuk pusaran besar yang dahsyat dan terpusat di mulutnya.Selang beberapa mili detik kemudian, Naga Langit menyemburkan pusaran halilint
Setelah lama tak bermimpi, kini aku kembali mengalami mimpi yang aneh, tapi entahlah ini benar-benar mimpi atau bukan, rasanya seperti begitu nyata. Tubuhku terantai dengan rantai yang dipenuhi aliran listrik berwarna biru, dan listrik itu bersumber pada mustika Naga Langit yang melayang-layang beberapa meter di depanku."Tempat apa ini?" gumamku.Tak ada apapun dan siapapun di tempat itu, hanya ruangan kosong yang gelap dan dipenuhi kabut merah yang berkemendang. Ketika aku tengah memperhatikan sekelilingku, tiba-tiba mustika Naga Langit mengembang dan mengeluarkan energi listrik yang lebih besar. Dan tubuhku mulai tersengat."Aaakkhh!" aku menjerit menahan energi itu.Sementara mustika Naga Langit semakin besar, dan aliran energi itu juga semakin besar sehingga aku kian tersiksa. Aku meronta-ronta, namun rantai itu begitu kuat untuk bisa kulawan.Mustika itu semakin dekat, dan energi yang dialirkannya semakin deras hingga menyelimuti tubuhku. Mustika itu terus mendekat seperti terta
Berbagai makhluk aneh yang sangat berbahaya berada di sekitar kita, makhluk-makhluk itu berlalu lalang di jalan raya, mengendarai mobil, bahkan memimpin rapat di ruangan para pejabat. Makhluk-makhluk itu beraktivitas dalam wujud manusia. Sehingga manusia biasa tidak akan menyadari keberadaan makhluk-makhluk aneh itu.Aku sendiri mungkin adalah bagian dari mereka, karena tubuhku bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa. Tetapi orangtuaku adalah manusia biasa. Dan itu membuatku merasa ragu. "Apakah aku adalah bagian dari mereka?" gumamku sambil memandangi makhluk-makhluk aneh bermata hewan di tepi jalan.“Jangan pernah berpikir barwa kamu bukan putraku,” tegur pria paruh baya yang duduk di sampingku.Tegurannya membuatku sedikit terguncang, tapi bagaimana mungkin aku tidak berpikir begitu, jika dia memiliki bentuk tubuh yang jangkung. Sedangkan aku memiliki tubuh yang atletis. Tingginya 182 cm, sedangkan aku hanya memiliki tinggi badan 169 cm. Dan aku juga memi
Sesuatu yang berembus seperti angin bersusulan membangkitkan suhu yang aneh di sekitar tubuhku ketika aku memasuki lobi Rumah Sakit.“Apakah itu angin?”Bukan! Itu bukan angin, karena angin tidak akan begitu leluasa di lorong-lorong Rumah Sakit dengan jendela yang tak bercelah. Suhu malam yang sedikit menyengat kulit membuat gorden di tiap ruangan ditutup rapat oleh petugas Rumah Sakit.“Sekarang pukul berapa, Sayang?” tanya salah seorang pengunjung wanita yang berpapasan denganku.Pria yang berjalan berdampingan dengannya menjawab, “Masih pukul 19:20, Sayang.”Waktu memang masih belum terlalu larut, dan suasana di lobi utama Rumah Sakit masih belum sepi dari pengunjung. Namun semua orang yang berada di ruangan ini tidak menyadari embusan lembut yang aneh dan mengerikan itu.Ketika aku melangkahkan kakiku memasuki Rumah Sakit lebih dalam lagi dan melewati kursi-kursi panjang yang berisi beberapa pengunjung
Siapapun yang pernah merasa bahwa mereka bukanlah anak dari orangtuanya, akulah yang paling mengerti alasannya. Wajah, postur tubuh, dan kemampuan fisik yang berbeda dengan orangtuaku membuatku seringkali berpikir, jika aku hanyalah seorang anak angkat, dan memikirkan itu sungguh sangatlah menyebalkan. Tapi ternyata, ada hal lain yang lebih menyebalkan dari memikirkan itu.“Jadi, Dokter tadi adalah Ibumu,” ucap gadis yang kini terbaring di ranjang rawat sambil mengamati wajahku, gadis itu baru saja kuselamatkan. “Kenapa kalian tidak nampak mirip sama sekali?”Gadis itu bukan hanya tidak tahu kata ‘terimakasih’, melainkan juga dia telah sangat menyinggungku. Ini memang bukanlah yang pertama kalinya aku mendengar kata-kata semacam itu. Bahkan ketika nenekku masih hidup, kata-kata seperti itu terucap lebih menyakitkan dari kata-kata yang pernah diucapkan oleh orang lain.“Aku yakin jika ayahmu adalah lelaki yang sangat tamp
“Tante akan memanggilkan perawat agar lukamu bisa dijahit,” kata Ibuku lalu berbalik, namun langkah Ibu terhenti karena gadis itu memegang tangannya, Ibuku tak dibiarkan pergi.“Tidak perlu Bibi, tunggu orangtuaku datang terlebih dahulu,” katanya sambil menahan Ibuku dengan memegang tangan Ibuku.Ibuku memicingkan mata sambil menatap gadis itu, lalu secara sekilas memandangku.“Saya tidak apa-apa, Bibi,” kata gadis itu untuk meyakini ibuku.“Benarkah kamu baik-baik saja?” Ibuku nampak tidak tenang. “Tapi jika luka ini dibiarkan, bisa menyebabkan Infeksi!” ucap Ibuku dengan raut wajah yang nampak begitu khawatir.“Benar, Bibi. Saya baik-baik saja.”Ibu mengembuskan napas kasar. “Iya sudah kalau begitu.” Ibu mengalihkan pandangannya padaku untuk sejenak, lalu kembali menatap gadis itu dan Ibuku kembali berucap, “Bibi pulang dulu, Bibi akan diantar oleh Na
Hari berikutnya. Seusai kelas pertama di kampusku berakhir, aku bergegas pergi menuju ke kantin untuk mengisi perut. Peristiwa semalam membuatku sulit untuk melelapkan diri, dan kesibukan ibuku membuatnya lupa membangunkanku. Akibatnya, aku harus bangun kesiangan yang membuatku berangkat ke kampus dengan tergesa-gesa dan tak sempat melakukan sarapan.Begitu tiba di kantin, aku memilih duduk di bangku paling pojok setelah memesan menu kesukaanku. Seperti biasa pula, semua penghuni kampus ini tak pernah menganggapku ada, dan tak ada yang mau mendekatiku, kecuali siluman bayi berkepala dan berekor rubah dengan pakaian yang compang-camping. Makhluk itu biasa bermain-main dengan bergelantungan dan menarik-narik kain belakang bajuku. Selain makhluk itu, tidak akan ada yang peduli padaku. Bahkan pelayan kantin pun sering kali jika aku telah memesan makanan, karena memang dia tidak pernah mengingatku. Padahal aku tidak pernah alpa menduduki bangku pojok di kantin ini. Tapi di kampus
“Ayah mencarikan obat luka yang sekali oles langsung sembuh untukku. Mungkin kamu tidak akan mempercayai ini, akan tetapi seperti inilah kenyataannya.”Mungkin benar, jika aku tidak mempercayai hal itu. Akan tetapi, ada terlalu banyak hal dan kejadian aneh yang sulit untuk dilogikakan dalam hidupku, dan itu bisa menjadi alasan untuk membuatku bisa sedikit mempercayai ucapannya.“Sekarang, aku tidak percaya kalau kamu mengidap Avoident Personality Discover!” ujar gadis itu.Aku bosan dikomentari. Jadi, aku menatapnya dengan tegas dan serius. Tapi gadis itu masih bicara, “Buktinya kamu mau bicara untuk bertanya tentang keadaanku. Padahal kita baru saja bertemu.” Entah apa yang membuatku tidak menyadari hal itu sebelumnya. “Silahkan dicoba! Sekali saja, kamu perhatikan orang-orang di sekeliling kita,” kata Shally dengan nada memelas. Lalu menunjuk dengan dagunya seraya berkata, “Lihatlah, mereka sedang membicara