“Ayah mencarikan obat luka yang sekali oles langsung sembuh untukku. Mungkin kamu tidak akan mempercayai ini, akan tetapi seperti inilah kenyataannya.”
Mungkin benar, jika aku tidak mempercayai hal itu. Akan tetapi, ada terlalu banyak hal dan kejadian aneh yang sulit untuk dilogikakan dalam hidupku, dan itu bisa menjadi alasan untuk membuatku bisa sedikit mempercayai ucapannya.
“Sekarang, aku tidak percaya kalau kamu mengidap Avoident Personality Discover!” ujar gadis itu.
Aku bosan dikomentari. Jadi, aku menatapnya dengan tegas dan serius. Tapi gadis itu masih bicara, “Buktinya kamu mau bicara untuk bertanya tentang keadaanku. Padahal kita baru saja bertemu.” Entah apa yang membuatku tidak menyadari hal itu sebelumnya. “Silahkan dicoba! Sekali saja, kamu perhatikan orang-orang di sekeliling kita,” kata Shally dengan nada memelas. Lalu menunjuk dengan dagunya seraya berkata, “Lihatlah, mereka sedang membicara
“Jin Hal?”“Apa itu?”Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul di pikiranku belakangan ini, dan pertanyaan-pertanyaan itu terus berjejalan memenuhi otakku. Aku menyadari, bahwa aku tidak seharusnya pusing memikirkan itu, karena tidak akan pernah ada siluman yang benar-benar jujur, dan mungkin itu hanyalah bualan dari makhluk-makhluk itu. Tapi, terlalu banyak hal aneh yang terjadi pada diriku yang membuatku tidak bisa berhenti memikirkan perkataan siluman-siluman itu.Tiba-tiba pikiranku kembali terpecahkan oleh hawa yang aneh ketika aku sedang melangkah menuju kelas. Hawa aneh seperti hawa yang familier di Rumah Sakit akhir-akhir ini kini kembali kurasakan lagi di sini.Apa mungkin makhluk sejenis vampir yang kulumpuhkan sebelumnya berada di kampusku? Tapi… aku tidak melihat gelagat yang aneh di tempat ini. Bahkan embusan-embusan itu tidak pernah kurasakan sejak tadi pagi. "Haah!" Seharusnya aku tidak terlalu memikirkannya,
“Apa yang kau bawa?”“Ini adalah masker wajah.”“Hei, apa kau akan memakaikan masker itu pada kupu-kupu di tempat study tour?”“Tentu saja, itu akan kulakukan untuk membuat kupu-kupu di sana menjadi semakin cantik."Semua siswa yang akan mengikuti study tour sore ini membicarakan hal-hal yang tidak penting bagiku. Beberapa dari mereka juga ada yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan perkemahan dan memeriksa keperluan untuk beberapa hari ke depan. Sedangkan aku, aku terlalu sibuk memikirkan hal-hal yang terjadi hari ini.Sebelumnya kalian harus tahu, ternyata Pak Hendro memintaku datang ke ruangannya sebelum pulang, karena aku termasuk beberapa dari mahasiswa pilihan yang mewakili kampus untuk mengikuti study tour di Butterfly Learning Centre.“Bukankah ini sangat mencurigakan?”Pak Hendro telah menjadi dosen pertama yang mengingat namaku. Dan sekarang, dia pulalah yang menjadi
“Kamu sedang melihat apa?” Shally menegurku.Aku mengalihkan pandangan pada Shally yang nampak mendambakan jawaban dariku, terlihat bias matahari di kedua matanya. Tapi aku tidak ingin ada yang mengetahui penglihatanku. “Tidak ada,” jawabku.Setelah memberikan jawaan, aku segera berpindah ke tempat yang lebih ramai agar singa itu tidak menghampiriku lagi.Sesaat semua peserta tour yang berdiri di sekitarku melepaskan pandangan yang tidak mengenakkan padaku, dan aku berusaha tetap bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa. Lalu, mereka kembali berbincang seolah aku tidak pernah ada.“Hrrrgghh.”Aku menyapu ke arah sekelilingku, berusaha mencari sumber suara itu. Tapi, aku tidak menemukannya, hingga suara itu kembali terdengar dari mulut singa yang ternyata telah berada di sampingku.“Aku dikirim oleh ayahmu.”Suara singa itu hampir membuatku meloncat, jika saja aku tidak menahan diri. Akan t
Dengan tangkas, aku berhasil berkelit dan mengelak sambil membopong Shally untuk menghindari serangan maut yang nyaris saja mencelakai kami. Dan saat itu juga, aku baru menyadari sesuatu. Ternyata kami telah terpisah dari kelompok kami, dan kami telah tertinggal jauh.Aku mencoba terus bergerak selincah-lincahnya seraya mencari jejak kelompok kami. Sementara makhluk itu tak berhenti menghalangi langkahku dengan serangannya.Leherku terkalung lengan Shally. Gadis itu berkata dalam boponganku, “Itu adalah vampir yang selalu mengincarku.”Dari bahuku, Shally dapat melihat dengan jelas makhluk yang sedang mengejar kami di belakangku. Aku pun juga sempat melirik secara sekilas bagaimana bentuk makhluk itu. Matanya nampak jelas menyala seperti mata makhluk yang pernah kuserang sebelumnya. Mata yang dipenuhi dengan kebencian dan pancaran kematian itu telah berhasil membuatku merasa ngeri ketika menatapnya. Setengah dari seluruh tubuhnya berwarna hitam seper
Setelah pendar cahaya lampu terlihat, aku menghentikan kecepatanku beberapa puluh meter dari pusat perkemahan, dan menurunkan Shelly dari boponganku. Gadis itu menatapku, matanya seperti menyampaikan sesuatu, namun bibirnya bergetar seperti ada yang menahan suaranya. Lalu..."Terimakasih," kata-kata itu melintas begitu cepat, bagaikan chevrolet yang ingin menabrakku dengan kecepatan tinggi."Gugup!" batinku.Aku mengangguk, lalu mengalihkan pandanganku dari wajahnya menuju ke sekeliling kami. Kami berada di permukaan datar di atas gunung yang dipenuhi rerumputan hijau beberapa senti lebih tinggi dari telapak kakiku, di tepi permukaan gunung itu terdapat semak-semak yang menjulang lebih tinggi dari bahuku.Kami melangkah mendekati perkemahan, cahaya pendar dari balon LED telah menyelimuti semua tenda yang nampak telah siap untuk ditempati. Itu berarti kami telah sangat terlambat. Aku tidak tahu bagaimana harus beralasan pada pak Hendro. Meskipun aku telah
Singa itu menuntunku menaiki jembatan gantung yang menuju ke salah satu istana yang paling megah, seme tara aku terus mengikutinya. Kami berjalan menelusuri jalan setapak yang bertehel perak. Di samping jalan itu, terlihat beberapa beranda yang juga mengambang yang atapnya tidak kutahu terbuat dari apa. Atapnya berbahan cairan hijau, namun jelas itu adalah atap. Setelah melewati gerbang sebuah istana, aku memasuki Ruangan yang nampak seperti tidak berdinding, langit-langitnya seolah langit malam yang berbintang, dan lantainya seperti telaga yang berwarna biru dan hidup. Di tengah telaga terlihat seorang lelaki yang gagah namun parasnya sangat mirip denganku. Lelaki itu berdiri di atas air seperti sedang menungguku. Ketika dia menoleh, aku seperti melihat wajahku sendiri. Matanya yang tajam, hidung mancungnya, kulit putihnya, dan wajah orientalnya mirip sekali denganku. Yang membuatku terlihat berbeda hanyalah jubah zirah berwarna hijau yang tidak kukenakan dan rambut
Sulit dipercaya, bahwa mayat itu telah menjadi vampir, dan ingin menerkam peserta tour lainnya."Makhluk itu akan membunuh kita semua!" teriak salah satu peserta tour yang nampak panik dan ketakutan.Peserta tour lain yang juga tak kalah ketakutan, bicara, "Lihatlah, makhluk itu mulai mengarahkan cakar-cakarnya ke arah kita!"Aku dapat merasakan kedua vampir itu masih belum menjadi vampir sempurna, karena hanya kuku dan taringnya yang telah memanjang,sedangkan organ tubuhnya yang lain masih bertransformasi menjadi vampir seutuhnya. Walau begitu, tetap saja akan sangat menyusahkan karena bisa memangsa salah satu dari seluruh peserta tour."Mereka teman kita, tapi mereka juga yang akan membunuh kita," keluh gadis yang berada di sampingku.Sangat sulit memutuskan apa yang akan kulakukan di saat seperti ini, dan aku hanya akan bisa bertahan untuk melindungi semua pesertatour tanpa bisa membalas serangan beruntun dari vampir-vampir itu.
"IYYAAKKHH!" Pak Hendro menjerit karena tersambar tersambar seekor Singa berbulu emas, singa yang dua kali lebih besar dari Singa yang pernah kulihat sebelumnya.Hampir saja aku akan tumbang oleh serangan mematikan Pak Hendro, serangan yang membuat bulu kudukku sempat berdiri. Namun Singa itu berhasil menyelamatkanku dari serangan mengerikan itu.Jujur! Aku sempat bergetar tadi, dan kini lututku melemas, sehingga aku terjatuh dan berlutut dengan tangan yang bertumpu di atas tanah. Tubuhku pasti ambruk jika saja tanganku tidak cukup kuat menahan bobot tubuhku, sehingga aku akan kembali menelungkup. Aku melihat luka di perutku perlahan mengatup."Sial! Pemulihan luka ini semakin mengurangi tenagaku."Aku mengalihkan pandangan dari luka-luka di tubuhku menuju ke arah yang berjarak 40 meter dariku. Pak hendro terlihat masih tergeletak tak berdaya. Namun Singa itu masih berdiri dengan gagahnya, dan cakar salah satu kakinya menancap di dada pak Hendro. Pa