Share

Chapter III - Pabrik Terbengkalai

Tidak terasa saat itu hari mulai sore, Noah dan Vilma akhirnya tiba di pabrik terbengkalai tempat Noah diculik. Mereka pergi dengan hanya berjalan kaki karena takut dicurigai jika membawa kendaraan, maka dari itu mereka mencoba sebisa mungkin agar tidak ketahuan oleh orang sekitar atau pihak yang menjaga pabrik tersebut. lagi pula jarak ke Papratno juga tidak terlalu jauh, namun daerah di sana cukup sepi sehingga mereka perlu berhati – hati terlebih lagi di kawasan pabrik tersebut.

“Noah, sebenarnya kita menuju ke tempat seperti apa? Dan mengapa kau hanya diam daritadi?”

Vilma mulai mengeluh karena dia sendiri tidak tahu apa tujuan Noah pergi ke pabrik tidak terpakai tersebut. Vilma menyadari bahwa perlahan Noah mulai berubah. Biasanya dia tidak akan membuang waktu seperti ini hanya untuk pergi ke pabrik obat yang sudah ditinggalkan 9 tahun lamanya.

“Sst, kecilkan suaramu. Bukankah aku sudah bilang jangan mengikutiku, tetapi kau malah ikut dan kini protes tentang tujuan kita?”

“Bukan begitu maksudku. Kau tidak seperti ini biasanya, mengapa justru tiba – tiba pergi ke tempat seperti ini? Apa kau akan dipalak lagi oleh Besim?”

“...”

Noah hanya melirik Vilma yang setengah bercanda, kemudian melanjutkan perjalanan tanpa berkata – kata.

“Aku punya urusan di sini. Urusan yang sangat penting mengenai kejadian aneh tadi pagi. Dan Besim tidak ada sangkut paut dengan hal ini.”

Vilma kemudian ikut terdiam dan tidak tertarik untuk mengganggu lagi. Lima menit lamanya mereka menyusuri lorong kumuh di dalam pabrik itu, dan akhirnya mereka sampai di depan pintu ruangan tempat Noah dipertemukan dengan profesor itu.

Tampak ada suatu kejanggalan yang dirasakan oleh Noah. Dia melihat pintu ruangan tersebut tertutup rapat, padahal jika diingat – ingat seharusnya pintu itu tidak tertutup karena yang terakhir keluar dari tempat tersebut adalah Noah yang melarikan diri, sedangkan seluruh pria bertopeng dan profesor itu telah meninggal jadi tidak ada lagi yang keluar masuk ruangan ini.

Akhirnya Noah menyimpulkan bahwa ada dua kemungkinan dari kejanggalan ini, yaitu ada korban selamat dari kejadian tersebut, atau kemungkinan kedua yaitu ada orang luar yang memasuki ruangan ini.

Noah pun mencoba membuka pintu dan ternyata pintu tersebut tidak dikunci. Noah pun mendorong daun pintu itu, dan memasuki ruangan bersama dengan Vilma. Begitu masuk, Noah kaget sekaligus bingung karena diruangan itu tidak ada satu pun jasad orang – orang yang menculiknya kemarin, bahkan darah yang berlumuran waktu itu juga hilang tak berbekas.

“Apa yang terjadi di sini?”

Noah makin bingung dengan situasi saat ini, namun dia tidak lupa dengan tujuan sebenarnya. Noah segera mengajak Vilma menuju ke arah meja di sudut ruangan tempat si profesor itu kehilangan nyawanya.

Noah mencoba mencari sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk yang dapat menjelaskan kondisi dirinya dan situasi saat ini.

“Vilma, coba cari apa pun yang kau anggap aneh. Kita mencoba mencari suatu petunjuk.”

Vilma mengangguk dan langsung membuka satu per satu lemari di ruangan tersebut. Tidak ada sepatahpun kata yang keluar dari mulut mereka berdua, hanya ada suara gesekan besi lemari dan tumpukan kayu yang memecah keheningan di tempat itu. Sekitar setengah jam mencari petunjuk, sedangkan senja kala itu mulai mencekam menandakan malam akan segera tiba.

Saat itu sinar matahari yang sudah sangat condong ke barat masuk ke dalam sela – sela ventilasi pabrik. Sinar matahari tersebut mengenai sebuah benda yang menyebabkan benda tersebut berkilau. Vilma yang menyadari hal itu langsung pergi mendatangi barang tersebut.

Ternyata yang dilihat Vilma adalah sebuah USB Drive berwarna perak tergeletak di antara tumpukan kayu.

“Noah, aku menemukan sesuatu yang sepertinya berguna. Lihatlah!”

Noah langsung menghampiri Vilma dan melihat kondisi barang tersebut.

“Sepertinya ini masih berfungsi. Ayo kita tinggalkan tempat ini, hari sudah mulai malam.”

Noah dan Vilma mulai meninggalkan ruangan tadi. Namun saat berada tepat di depan pintu, Noah memberhentikan langkah Vilma karena mendengar suara langkah kaki dari kejauhan yang memercikkan air disekitarnya. makin lama langkah kaki tersebut terdengar makin dekat. Secepat kilat Noah menarik tangan Vilma dan membawanya ke tumpukan lemari berkas seraya mendekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.

Tidak lama, datang 2 orang berjas merah dengan mengenakan topi fedora. Mereka tampak sedang memeriksa meja disudut ruangan itu sambil berbincang – bincang.

“Apa benar kau meletakkannya di sini? Bagaimana bisa barang sepenting bisa kau hilangkan dasar bodoh.”

“Tempat terakhir yang aku datangi adalah tempat ini. Mungkin barang itu terjatuh saat aku membersihkan jasad – jasad di sini bersama dengan tim delapan.”

Noah langsung paham dengan situasi tadi setelah mendengarkan percakapan singkat barusan. Mereka berdua adalah pihak yang mendatangi pabrik ini setelah dia melarikan diri semalam. Bahkan mereka pula penyebab bersihnya ruangan itu dari jasad – jasad kemarin.

“Tunggulah sebentar lagi, aku ingin menyimak pembicaraan mereka.”

Wajah Noah tampak serius sekali saat itu. Vilma pun hanya bisa mengangguk dan diam dalam dekapan Noah. Jantung Vilma berdegup dengan sangat cepat saking tegangnya situasi saat itu ditambah dengan angin malam yang menusuk kulit mereka berdua yang hanya mengenakan kemeja dan celana jeans.

“Apa sudah kau cari di seluruh tempat? Bagaimana dengan tumpukan lemari di pojok sana?”

“Belum, aku akan ke sana. Kau cari di pojok sebelah sana!”

Vilma seketika terkejut dan Noah mencoba menutup rapat mulut Vilma agar tidak membuat suara yang mencurigakan. Pria bertopi itu makin dekat dan akhirnya mereka hanya dipisahkan oleh satu buah lemari besar.

Tangan pria itu bergerak membuka lemari besar tersebut dan mencoba mencari – cari keberadaan USB Drive tersebut. Kemudian, suasana begitu sunyi untuk beberapa detik hingga tiba – tiba muncul sebuah tangan dari kolong lemari tepat di sebelah Vilma dan Noah, bahkan tangan besar itu hampir menyentuh kaki Vilma.

Noah langsung mendekap Vilma dengan erat dan menggesernya menjauh dari tangan besar itu. Beberapa detik kemudian ponsel pria itu berdering sangat keras dan mengagetkan seluruh orang yang berada di ruangan tersebut.

“Bisa kau kecilkan suara ponsel sialanmu itu hah?!”

“Ini pesan dari tuan besar. Sepertinya ada panggilan darurat untuk seluruh tim. Sebaiknya kita cepat pergi dari sini.”

Noah dan Vilma akhirnya menghembuskan napas lega. Tangan dan kaki mereka sudah tidak sanggup lagi untuk menopang tubuh masing – masing. Noah mencoba mengintip sedikit untuk memeriksa situasi. Dia melihat pria yang sebelumnya berada di dekat mereka mulai menjauh menghampiri temannya yang berada di pojok seberang ruangan itu.

Tetapi, tiba – tiba mata Noah terbelalak. Teman dari pria berbadan besar itu ternyata sedang menatap matanya. Ternyata dia sudah sadar dengan keberadaan Noah dan Vilma. Walaupun mereka hanya bertatapan selama beberapa detik, tetapi saat itu waktu terasa lama sekali.

“Vilma, kakimu sudah kuat? Sekarang ayo kita lari!”

“Hah, ada ap-“

Noah secepat kilat menarik tangan Vilma dan berlari ke arah pintu. Kedua pria bertopi tadi langsung menyadari mereka berdua yang berusaha melarikan diri.

“Hei, siapa itu?!!”

Noah tidak lagi menghiraukan keadaan dibelakangnya. Dia hanya fokus akan keselamatan Vilma dan dirinya saat itu. Namun Noah tidak mendengar adanya langkah kaki selain yang dihasilkan mereka berdua. Dia pun sempat menoleh ke belakang dan melihat kedua pria bertopi itu hanya berdiri di depan pintu ruangan barusan.

Mata Noah langsung memandang pria bertopi yang berbadan langsing. Begitu melihatnya, sekilas dari wajah pria itu tampak senyuman tipis seraya memandang Noah dan Vilma yang melarikan diri.

Noah dan Vilma akhirnya bisa keluar dari pabrik itu dengan selamat. Noah langsung menenangkan Vilma yang terlihat shock dan lelah sambil berjalan pulang.

“Hei. Kali ini kau jangan pernah menemuiku lagi. seperti yang sudah kau lihat, apabila kau berhubungan denganku maka kau akan terkena masalah. Ingat itu!”

Namun Vilma hanya diam tanpa menoleh sedikitpun. Akhirnya Noah mengantarkan Vilma ke tempat tinggalnya tanpa berbunyi sepatah kata pun.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status