Share

4. Tiba-tiba Menjadi Istri

"Dengan serius...."

Aku mendesah.

Sungguh, aku benar-benar masih tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi ini. Jadi, mantanku tercinta, Dante Richardo, sangat membenciku sampai ingin mencincang-cincang tubuhku menjadi potongan kecil, tapi, di saat bersamaan, dia juga mengatakan bahwa aku harus menikah dengannya?

"Dia sepertinya sudah gila."

Aku mendesah lagi.

Sampai saat ini, aku masih belum bisa merespon apa yang sebenarnya terjadi, dan sekarang, tahu-tahu sekarang aku sudah menjadi istrinya? Sungguh. Ini sangat aneh!

Apalagi saat mengingat lagi bagaimana prosesi pernikahan kami yang begitu lancar tadi, seakan-akan sudah disiapkan oleh Richard sejak lama, membuat aku dengan sangat serius mencurigai bahwa Richard sebenarnya sudah mengawasi kehidupanku jauh sebelum kami bertemu lagi hari ini.

Proses pernikahan antara aku dan Richard berjalan dengan cepat, lancar dan damai. Saking cepatnya sampai-sampai aku tak sadar bahwa aku kini sudah resmi menjadi istri seorang Dante Richardo.

"Gaun pengantin bahkan sudah disiapkan dan sangat pas di tubuhku," gumamku, dengan ekspresi kosong.

Ekspresiku masih kosong bahkan setelah kini aku berada satu mobil dengan Richard, entah ke mana.

"Kita... kita mau ke mana?"

Gugup karena Richard tak mengatakan apa pun semenjak kita resmi menikah, aku pun bertanya.

"Rumahku, ke mana lagi?"

Singkat, Richard pun menjawab.

Setelah menikah dengan Richard, pria itu mengatakan bahwa akan membawa aku ke rumahnya.

Itu hal yang wajar karena aku sekarang istrinya, aku berpikir dengan positif dan duduk dengan tenang.

Kupikir aku akan tenang sampai akhir, tapi saat mobil kami berhenti di depan sebuah rumah, aku langsung terkejut setengah mati.

Di depanku ada sebuah pintu besar. Permukaan pintunya dihiasi beludru merah tua, dan pegangannya, dibuat dari emas, memiliki ukiran singa yang sangat indah. Bagi siapa pun yang melihatnya, tidak salah lagi itu rumah orang yang sangat kaya raya seperti seorang raja.

"Ini... ini rumah atau istana??!"

Tanpa sadar, aku berteriak.

"Jangan bersikap konyol."

Richard menjawab dengan acuh tak acuh, berjalan masuk.

Dua orang segera menyambut dan berdiri di depan pintu begitu pintu terbuka - satu laki-laki dan satu perempucan.

Di antara mereka, Richard menunjuk seorang pelayan wanita.

"Mayes, cuci dia."

Richard memberi perintah singkat.

"Ya, Tuan."

Pelayan bernama Mayes itu mengangguk sopan.

"Rawat dan jaga dia dengan baik," ujarnya lagi, sebelum berjalan pergi setelah menyerahkanku pada pelayan.

"Baik, Tuan."

"R-Rich, tunggu!"

Aku mencoba mengejarnya tapi sebelum aku berhasil melangkah, dua pelayan itu langsung menghalangi jalanku.

"Perkenalkan saya Joseph, kepala pelayan di rumah ini. Dan ini Mayes, pengurus rumah tangga," ucap pelayan laki-laki, memperkenalkan diri.

"Senang bertemu dengan Anda, Nona."

"Nona, silakan ikuti saya. Saya akan membawa Anda ke kamar Anda," ucap pelayan bernama Mayes, membimbingku ke suatu tempat.

"Eh? Aku... aku tidak sekamar dengan Richard?"

Aku bertanya, kebingungan. Bukankah aku sekarang istrinya? Jadi kenapa aku tidak tinggal satu kamar?

O-oh? Apakah aku akan dibawa ke ruang bawah tanah??

Memikirkan hal itu, tubuhku langsung merinding.

"Untuk saat ini, saya menunggu instruksi dari tuan Richard lebih dahulu."

Jawaban Mayes membuat tubuhku semakin lemas karena yakin bahwa aku mungkin akan ditempatkan di ruang bawah tanah seperti ucapan Richard tadi.

"Oh, baiklah," jawabku dengan suara kecil.

Namun, dugaanku ternyata salah besar. Mayes membawaku ke sebuah kamar mewah yang membuat aku terkejut setengah mati.

Ini... ini kamarku??

Sungguh, aku tak pernah membayangkan akan tinggal di kamar semewah ini!!

Saat aku masih terbengong-bengong dengan kondisi kamarku, beberapa pelayan masuk dan Mayes mengatakan bahwa dia akan memandikan diriku seperti intruksi dari Richard tadi.

"Apa!? Tunggu sebentar!"

Para pelayan lain yang muncul dari suatu tempat tadi, langsung memimpinku dengan lancar dan tegas ke sebuah ruangan.

Sebelum aku bisa memahami apa yang sedang terjadi, aku sudah mendapati diriku yang kini sudah tenggelam dalam bak mandi.

"M-Mayes, ada yang tidak beres... "

"Ya ampun, kulitmu tampak agak halus. Bagaimana caramu mempertahankannya?"

Mayes malah membahas kulitku.

"B-biarkan aku melakukannya sendiri?" pintaku, tapi lagi-lagi Mayes membahas hal lain.

"Saya melihat kapalan di tangan Anda. Apakah Anda sering mengerjakan banyak dokumen? Jika Anda mengoleskan krim ini, itu akan melembutkan kulit Anda."

"Terima kasih...."

Gugup karena tak pernah dilayani orang, aku menjawab.

"Anda lebih suka aroma jasmine atau aroma rose, Nona?"

Pelayan yang memandikan diriku bertanya.

"Emmm, jasmine?"

"Kalau begitu, saya akan mengoleskan

minyak jasmine untuk membuat tubuh Anda rileks."

Percakapan mengalir begitu lancar, dan tingkah laku mereka begitu anggun sehingga aku pun tidak punya ruang untuk menolak.

Aku benar-benar belum bisa merespon apa yang sebenarnya telah terjadi, tahu-tahu sekarang aku sudah berada di kamar dengan gaun tidur yang cukup tipis dan badan yang begitu lembut dan wangi karena pijatan para pelayan.

Saat aku masih duduk dengan wajah terbengong-bengong, Mayes yang tadi memperkenalkan diri sebagai pengasuh Richard, berkata dengan suara yang sopan dan sopan.

"Baiklah. Semua persiapan sudah selesai. Saya undur diri dulu. Anda bisa menggunakan telepon di sana untuk memanggil kami jika ada keperluan," ucapnya dengan badan membungkuk dan undur diri bersama beberapa pelayan yang tadi membantu aku mandi.

"B-baik. Terima kasih," jawabku, yang tak pernah ada di posisi diperlakukan dengan sopan seperti ini, dengan suara canggung.

Setelah semua orang pergi dan aku ditinggalkan di kamar yang begitu mewah dan luas sendirian, aku memandang langit-langit kamar mewah itu sambil menarik napas panjang.

"Haaaa. Apa ini? Aku kira aku akan dimasukkan ke penjara bawah tanah begitu menjadi istrinya, tapi, perlakuan bawahannya cukup baik?" gumamku, keheranan.

Sungguh, perkataan dan perlakuan Richard sangat penuh kontradiksi. Dia bilang ingin balas dendam dan menghukumku, tapi kenapa menempatkan diriku di ruang mewah seperti ini dan memerintahkan pelayan untuk memperlakukan diriku seperti seorang majikan?

"Dia orang aneh," ucapku, menggeleng sendiri.

Aku lantas memandang kamar tidur besar di samping, yang ukurannya bahkan jauh lebih besar dari ranjang yang biasa aku tiduri seumur hidup.

"Apa benar-benar tidak apa-apa aku mengambil langkah ini?" bisikku, yang masih merasa takut dengan ancaman Richard.

"Ahhh, tak tahulah. Yang paling penting sekarang, nyawaku selamat."

Aku mengatakan hal itu sambil melihat sekeliling, lalu bergumam sendiri lagi.

"Tapi... aku sekarang di mana, ya? Apakah ini rumah Richard selama ini? Woah, gila. Dia ternyata sekaya ini!"

Sialan.

Seandainya waktu itu aku tidak gegabah dan tidak buru-buru mencuri uang dari ibunya lalu memanfaatkan cinta Richard yang membabi buta, mungkin aku sudah menikmati semua kemewahan ini, pikirku.

Namun, sekarang aku adalah istrinya. Jadi aku bisa menikmati semua ini, kan?

Pikiran jahat selintas berseliweran di kepalaku, tapi aku langsung menampar pipiku dengan keras agar berhenti melakukan hal bodoh karena tergiur dengan uang.

"Tidak, tidak. Bodoh! Aku mikir apa. Aku hanya istri tawanan, bagaimana bisa tadi aku sempat berpikir akan menikmati semua kemewahan sebagai istrinya?"

Aku mencoba berpikir rasional dan dewasa, terlebih lagi, aku harus tetap siaga.

Setelah berkeliling sebentar di kamar yang luasnya seperti lapangan sepak bola ini, aku yang kelelahan akhirnya melemparkan diri ke ranjang.

"Whoaaaa, empuk sekali!"

Aku tanpa sengaja berteriak dengan wajah sumringah saat merasakan betapa empuknya ranjang kamar di rumah Richard.

Saking senangnya, aku sampai bermain-bermain di sana dengan mengepakkan tanganku seperti seekor burung.

Pada saat itulah, tiba-tiba suara dingin terdengar.

"Sepertinya kamu sangat menikmati ranjang rumahku."

Mendengar suara itu, punggung bawah ku langsung terasa dingin dan aku pun bangkit dengan wajah ketakutan.

"R-Rich?!"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lil Seven
makasih banyak sudah memberikan komen yang membuat semangat penulisnya ya kak~
goodnovel comment avatar
Zul Kifli
benar2 cerita ini membuat aku penasaran, alurnya di tata sedemikian rupa hingga sulit untuk di tebak, the best.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status