Waduh! Sopo itu??? Oliv! Kasih tahu kak Upe, itu tangan sopo???
“Ini bukan urusan mu! Wanita ini milik ku!” balas si pria tidak kalah lantangnya. Jujur saja dia merasa terhina di perlakukan seperti itu oleh orang asing di depan seorang pelayan rendahan. “Kalau kau membutuhkan seorang wanita, maka akan aku berikan pada mu.” Ucap si penolong Olivia sambil mendorong kasar wanita yang sedang berdiri di sampingnya. “Kau ingin pelacurkan? Maka ambil lah pelacur itu. Dia bisa melayani mu hingga besok.” Cetus si penolong. “Cih! Kau pasti tidak mengenal ku! Berani sekali kau merendahkan ku! Cepat singkirkan tangan mu, dan jangan ikut campur urusan ini. Aku bahkan bisa membuat kau di tendang dari diskotik ini. Orang kaya nangung, berani menantang ku.” Ketus si pria dengan sombongnya. “Jody, kasih pelajaran aja pria ini! Sepertinya dia nggak kenal kamu!” seru salah seorang pria yang bernama Jody itu. “Kalau dia tahu kamu salah satu investor hotel ini, dia pasti menyesal udah buat gara-gara sama kamu!”tambah teman Jody yang lainnya. Jody tersenyum sombon
“Bacalah. Ini ada kontrak yang berisi kesepatakan yang telah kita setujui.” Samuel mendorong selembar kertas yang ada di atas meja ke arah Olivia.Olivia meraih kertas itu. Meskipun Samuel mengatakan kalau kontrak itu berisi kesepakatan yang telah mereka buat, Olivia tidak serta merta percaya begitu saja. Dia harus mengecek ulang setiap butir yang ada di dalam kontrak itu agar dirinya tidak menyesal di kemudian hari.Mata Olivia mulai mengikuti line demi line yang tertulis. Awalnya, semua tertulis persis seperti kesepakatan yang telah mereka buat. Tapi setelah memasuki line-line terakhir, Olivia sampai harus membaca berulang-ulang kalimat demi kalimat.“Ini apa?” tunjuk Olivia dengan nada sengit pada Samuel.“Apa kau tidak bisa membaca?” Jawab Samuel dengan muka cuek nya.“Tentu saja aku bisa membaca! Tapi permasalahannya, ini maksdunya apa? Kenapa kau sampai menuliskan list pekerjaan yang boleh dan tidak boleh aku kerjakan?!” Sentak Olivia marah.“Karena tidak semua pekerjaan itu ba
Samuel berusaha menenangkan dirinya sambil menatap bintang-bintang dari balkon kamarnya. Saat ini dia berusaha memahami perasaannya sendiri. Jujur saja, semenjak menyadari kalau dirinya begitu peduli dengan Olivia, dan merasakan marah saat Olivia mengatakan diri Olivia adalah wanita murahan, Samuel mulai mempertanyakan alasan sebenarnya ia tidak ingin Olivia menjadi anggota keluarganya. Atau lebih tepatnya, menjadi keponakannya. Benarkah itu semua karena Olivia di mata Samuel adalah cewek murahan? Atau jangan-jangan karena alasan lain. Pikiran Samuel pun buntu. Semakin dia pikirkan, malah semakin dia menolak jawaban yang pikiran dan hatinya berikan. “Tidak! Itu tidak mungkin!” Samuel terus memungkiri jawaban yang diberikan dari dalam sana. Samuel pun memutuskan untuk mengakhiri sesi renungan malam yang menyesatkan pikirannya ini. Dan beranjak untuk tidur sebab besok pagi di sudah harus masuk kantor, dan sorenya dia harus ke hotel untuk mengurusi hotel dan diskotik. *** Di tempa
“Tolong antarkan ini, Liv.” Pinta Cica yang sama sekali tidak tahu tentang kejadian kemarin. Olivia memang sengaja tidak bercerita apapun pada Cica. Menurut Olivia, toh itu bukan kesalahan Cica. Semua masalah memang pure dari otak sedeng enam pria brengsek itu.Hanya saja, mulai hari ini Olivia meminta pada Bagas agar dia hanya melayani tamu di ruangan utama. Tidak ada lagi yang namanya pelayanan untuk tamu VIP atau VVIP.“Oke.” Jawab Olivia, lalu mengambil minuman yang Cica persiapkan.“Liv, meja yang di pojok juga ya.” Teriak bartender yang bernama Bayu.“Titipin ke Cica dulu aja. Ntar aku ambil dan bawa ke sana.” Balas Olivia.“Udah! Biar aku aja.” Cica yang memang sedari tadi tidak melakukan apa-apa, kerena kasihan melihat Olivia mondar mandir, akhirnya berinisiatif untuk mengantarkan minuman itu meja tamu.Olivia dan Cica kemudian berjalan sambil membawa minuman ke arah yang berlawanan.Awalnya semua baik-baik saja. Olivia mengantarkan minuman di tangannya tanpa masalah. Namun s
“Sam, lepasin tangan kamu. Kamu menyakiti dia.” Sebut Dario saat Samuel ingin menarik paksa Olivia untuk ikut bersamanya.“Dia adalah tanggung jawab ku!” balas Samuel dengan lantang.“Aku memang tidak tahu apa yang terjadi. Tapi yang pasti, saat ini kau menyakitinya. Lepaskan dia.” Tegas Dario.“Aku menyakiti nya atau tidak, itu bukan urusan mu.” Kecam Samuel lalu menarik Olivia dengan paksa, untuk pergi dari tempat itu.Dario hanya menatap datar saat Samuel membawa Olivia. Entah apa yang ada saat ini di dalam kepalanya. Tapi yang pasti, setelah Samuel dan Olivia benar-benar sudah tidak terlihat lagi, sebuah senyuman misterius terbit di sudut bibirnya.Sementara itu, Sonya yang ditinggal begitu saja oleh Samuel di diskotik itu, menatap penuh benci pada Olivia. Meskipun Olivia sudah tidak terlihat lagi, tatapan yang penuh kebencian itu tak kunjung memudar.***Samuel menyeret Olivia ke kamarnya yang berada di lantai paling atas hotel itu. Dengan kasar Samuel menghempaskan tubuh Olivia
“Bukannya itu, Arya?” Gumam Sonya, yang langsung menarik tangan Samuel di sebelahnya mendekat ke pasangan yang sedang menikmati bakmi di salah satu lapak yang ada di mall Suryamadu.“Arya kan?” Sapa Sonya dengan sangat yakin.“Sonya?”“Tuh kan! Apa aku bilang sayang. Si Arya kan?” Ujar Sonya ke Samuel yang malah terlihat fokus melihat gadis yang duduk di depan Arya.“Sam, Sonya- ayo gabung. Kenalin ini Olivia, siswa ku.” Imbuh Arya.Olivia langsung merasa ada tercekat di tenggorokannya. Dengan hati yang berdeup kencang, Olivia menunggu reaksi yang akan Samuel berikan. Akan kah Samuel akan menariknya pergi seperti tadi malam? Atau jangan-jangan Samuel akan meneriakinya wanita murahan di depan dosennya.Olivia berdoa dalam hati agar mulut sampah Samuel tidak nyerocos di sini.“Ya, tentu saja.” Jawab Samuel, yang membuat Olivia langsung menoleh padanya.Tapi setelah Olivia menoleh padanya, Samuel malah tidak bereaksi apa-apa. Malah di luar prediksi, Sonya lah yang bersuara.“Olivia?? Ast
Sonya yang bete membatalkan makan malam bersama Dario. Malam ini, dia sudah bertekat untuk membuat Samuel bercinta dengannya. Ya! Meski telah lama berpacaran, Samuel sama sekali tidak pernah menyentuh Sonya lebih dari sekedar pelukan, kecupan dan ciuman. Yang sampai saat ini, tidak Sonya ketahui apa alasannya. Tapi malam ini, apapun yang terjadi Sonya akan membuat Samuel menyentuh diri nya. “Sudah cukup kesabaran ku selama ini! Aku tidak akan membiarkan malam ini lewat begitu saja. Kau tidak bisa menghindar kali ini, Sam. Jika tadi malam kau meninggalkan ku sendirian di kamar ini dengan alasan mencari keponakan sialan mu itu, maka malam ini kau sudah tidak punya alasan lagi.” Seru Sonya dalam hati. Sonya kemudian mengganti pakaiannya dengan lingerie seksi yang memang sengaja di beli di Sydney. Sonya yakin, setelah melihat kemolekan tubuhnya, Samuel tidak akan menolak untuk bercinta. Sonya menunggu Samuel untuk masuk ke dalam kamar. Tapi setelah satu jam menunggu, Samuel tidak kunj
Pagi-pagi sekali Olivia sudah bangun. Dia tentu nya masih ingat akan tugasnya sebagai pembantu di rumah itu. Semua yang ia lihat tadi malam, dia anggap sebagai pembuktian kalau Samuel tidak lebih dari seorang pria brengsek. Pria yang beberapa jam sebelumnya menciumnya panas, tapi bisa-bisanya di tengah malam bercinta dengan wanita lain. “Harusnya aku tidak berharap apa-apa. Sudah jelas ciuman itu terjadi karena terbawa suasana. Bodohnya diri ku!” Olivia merutuki kebodohannya yang telah terbawa dalam perasaan yang tidak pernah ada. “Aah! Bodohnya diriku!!” rungutnya lalu memukul-mukul kuali dengan spatula yang ia pegang. “Tang Tang Tang Trang!” Suara sendok yang bertemu dengan kuali terdengar memenuhi dapur. “Olivia? Kamu itu bisa masak atau tidak?” Tegur Sonya yang kebutulan sudah bangun sepagi itu. Sonya sebenarnya ingin membangun Samuel yang tidur di ruang kerja, tapi karena mendengar suara ribut-ribut dari arah dapur, ia pun membelokkan langkah kaki nya ke dapur untuk mengecek