“Harusnya aku tidak menerima perjodohan ini jika akhirnya begini. Aku hanya menjadi orang ketiga di hubungan mereka.” Widuri Yasmin terpaksa menikah dengan Emran Hafiz atas perjanjian kedua orang tua mereka. Namun, baru sebulan menikah, Emran sudah menikah lagi dengan Mawar Rosdiana yang tak lain kekasihnya sendiri tanpa sepengetahuan keluarga. Dalam kehidupan pernikahannya ternyata Emran tidak bisa berlaku adil. Dia lebih sering memperlakukan Widuri dengan buruk. Kehadiran Widuri tidak pernah diharapkan oleh Emran. Dia hanya orang ketiga yang tidak seharusnya ada. Mampukah Widuri bertahan dengan status orang ketiga atau dia memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang ia cintai?
View More“GAK!! Aku gak mau!!” seru Emran. Widuri hanya diam. Mata bulatnya berulang mengerjap menatap Emran dengan seksama. Tidak biasanya Emran bereaksi seperti ini. Dulu dia selalu suka menolong dan sangat perhatian pada orang yang kesusahan. Mengapa sekarang berubah? “Aku beli rumah sengaja supaya pindah dari apartemen dan gak satu atap dengannya. Kenapa kamu malah ingin dia tinggal di rumah kita?” Emran menambahkan. Widuri menghela napas panjang dan tersenyum. “Aku hanya kasihan saja, Mas. Takut kejadian ini terulang lagi. Bukannya kata dokter tadi harus ada yang jaga dia selama 24 jam.” “Bukannya sudah ada Siti. Aku rasa dia bisa menjaga Kalina 24 jam. Toh, mereka hanya tinggal berdua. Tidak ada yang perlu dikerjakan lagi di sana.” Widuri terdiam dan membenarkan ucapan Emran. Widuri tidak tahu mengapa sifat Emran berubah. Dulu Widuri pikir, Emran akan sepenuhnya menol
“Ibu jangan ngomong aneh-aneh, deh. Aku gak bakal mengulangi kesalahanku lagi,” ujar Emran.Nyonya Sari tersenyum sambil menepuk bahu putra kesayangannya ini.“Syukurlah kalau begitu. Jangan sampai kamu membuat menantu Ibu menangis lagi. Kalau tidak, Ibu cabut semua harta warisanmu, Emran!!”Emran hanya mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya dia sama sekali tidak masalah jika kehilangan harta warisan. Namun, dia akan menyesal seumur hidup jika kembali membuat Widuri kecewa apalagi kalau sampai menyakitinya lagi.Sebulan setelah itu, Emran dan Widuri sudah pindah rumah. Meski proses renovasi belum selesai seratus persen. Namun, Emran sudah memutuskan ingin cepat pindah. Dia tidak mau terlalu lama tinggal seatap dengan Kalina.Hari itu seluruh keluarga besar berkumpul di rumah baru Emran dan Widuri. Mereka juga mengundang beberapa rekan kerja termasuk Dandy. Kali ini Dandy tidak datang seorang diri, ada Nilam yang menemaninya
“Kamu siapa? Kenapa ada di sini?” tanya salah satu sosok itu yang tak lain Nyonya Sari.Ternyata yang datang ke apartemen Emran kali ini adalah Nyonya Sari dan Tuan Sastro bersama Alif yang berdiri di belakang mereka. Kalina terdiam dan tampak bingung. Dia baru pertama kali ini bertemu dengan kedua orang tua Emran. Dengan Alif, meski sudah pernah bertemu, tapi sepertinya Kalina lupa. Apalagi Alif berdiri di belakang Tuan Sastro dan Nyonya Sari serta tampak mengantuk.“Eng ... saya ... saya Kalina, Bu.” Kalina sudah bersuara.Nyonya Sari terdiam sambil memicingkan matanya melihat ke arah Kalina. Wanita paruh baya itu menatap Kalina dari atas sampai bawah seakan sedang memindainya. Sepertinya Nyonya Sari merasa tidak asing dengan wajah dan visual Kalina. Kalina memang sangat mirip dengan Mawar. Tuan Sastro yang berdiri di sebelah Nyonya Sari hanya diam mengawasi.“Saya gak tanya nama kamu. Kamu ada hubungan apa dengan Emran? Ke
“Iya, Bu. Besok Ibu telepon saja kalau pesawatnya udah landing biar aku jemput,” ucap Emran.Hampir seminggu Kalina dirawat di rumah sakit dan kemarin dia baru saja pulang. Untuk sementara Kalina masih tinggal di apartemen Emran. Sepertinya Emran yang harus mengalah hengkang dari sana apalagi tadi Nyonya Sari telepon kalau akan datang mengantar Alif pulang besok.“Mas, siapa yang menelepon?” tanya Widuri.Mereka masih berada di kamar kali ini dan bersiap untuk beraktivitas.“Ibu, katanya besok mau ke sini sekalian antar Alif.” Widuri hanya manggut-manggut sambil sibuk merapikan hijabnya di depan cermin.Emran mendekat berdiri di belakang dan langsung memeluknya. Kemudian dia sudah mengendus tengkuk Widuri yang tertutup hijab seperti biasanya. Widuri hanya mengulum senyum sambil bergidik geli mendapat perlakuan suaminya.“Sayang ... kalau di rumah cuman kita berdua mending gak usah pake hijab, deh. Ap
“IBU!!!” seru Dandy.Dia sangat terkejut dan urung bersalaman dengan wanita manis di depannya ini. Dandy menoleh ke arah Bu Ami dan Pak Ridwan. Kedua orang tua Dandy tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Iya, Dandy. Ayah, Ibu dan pamanmu sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Nilam.” Bu Ami kini bersuara.Dandy hanya diam sambil melihat wanita manis yang masih menundukkan kepala di depannya ini.“Nilam baru saja lulus kuliah. Usianya baru dua puluh tiga gak papa selisih jauh denganmu. Ibu yakin kamu bisa mengayomi dan membimbing Nilam nantinya.”Dandy masih tidak menjawab dan hanya melihat wanita di depannya. Dandy sama sekali tidak bisa melihat wajahnya. Namun, dari postur tubuhnya terlihat kalau Nilam sangat merawat dirinya. Rambutnya hitam legam sebahu terlihat rapi tergerai. Bentuk tubuhnya juga porposional sesuai dengan tingginya. Tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu kurus. Kulitnya yang sawo matang
“Sayang ... kamu yakin kita harus balik sekarang?” tanya Emran.Usai mendapat telepon dari Siti, Widuri langsung memanggil Emran dan mengajaknya bicara di kamar. Widuri bahkan memutuskan untuk kembali lebih cepat dari rencana mereka.“Iya, Mas. Aku takut terjadi sesuatu dengan Kalina.”Emran berdecak sambil menggelengkan kepala. “Tadi kan Siti sudah menelepon ambulan, kamu juga sudah menghubungi Tante Rima untuk membantu mereka. Aku yakin semua sudah terkendali. Pasti Kalina sudah di rumah sakit dan berada dalam penanganan dokter. Kenapa mesti khawatir?”Widuri diam dan menoleh ke arah Emran. Emran diam memperhatikan. Hanya helaan napas yang kini keluar dari bibir Widuri.“Aku ... aku pernah di posisi Kalina, Mas. Hamil tanpa suami, tanpa ada orang terkasih yang menemani itu menyedihkan. Hanya saja aku lebih beruntung dari Kalina. Aku masih punya Tante Rima, Ayah, Ibu dan juga Dandy. Sementara dia. Dia seba
“Emran, semalam kok Ibu mendengar suara gaduh di lantai dua. Ada apa?” tanya Nyonya Sari pagi itu.Hari ini Emran dan Widuri masih berada di kediaman keluarga Emran. Mereka tengah menikmati sarapan bersama. Sepertinya semalam Nyonya Sari mendengar saat Alif berulang menggedor pintu minta dibukakan.Emran tersenyum sambil melirik Alif yang duduk di sebelah Widuri. Bocah kecil nan tampan itu kini tengah menunduk. Dari raut wajahnya sudah menunjukkan penyesalan yang amat dalam. Pelan Alif mengangkat kepala dan melihat ke arah Nyonya Sari.“Maaf, Nek. Semalam, Alif yang membuat gaduh.” Tiba-tiba Alif bersuara lebih dulu padahal Emran sama sekali tidak marah dan tidak berniat menyalahkannya. Namun, putra kecilnya malah mengakui kesalahannya lebih dulu.Nyonya Sari dan Tuan Sastro melihat ke arah Alif dengan kedua alis yang mengernyit.“Alif gak bisa tidur dan pengen tidur bareng Ayah sama Bunda. Maafin Alif ya, Nek.”
“BUNDA!! AYAH!!!” seru Alif.Usai acara ijab kabul dan resepsi sederhana di rumah Widuri. Emran gegas mengajak Widuri dan Alif ke rumahnya. Nyonya Sari dan Tuan Sastro memang sudah menyiapkan pesta sederhana untuk mereka. Kini baru saja Emran dan Widuri masuk kamar dan beristirahat, Alif sudah mengganggunya. Bahkan Emran baru saja memulai cumbuannya saat suara Alif dan ketukan di pintu sudah menginterupsi mereka.Emran menarik napas panjang sambil berdecak. Ia meraup wajah dengan kasar sambil mengusir tatapan sayu nan penuh hasrat. Widuri yang melihatnya hanya tertawa. Wanita manis itu menarik selimut untuk menutupi tubuh sambil tak melepas pandangannya dari Emran.“Aku lupa kalau udah punya Alif. Harusnya aku keloni dia dulu tadi,” gumam Emran.“Udah buruan bukain pintunya, Mas. Kalau gak, dia malah gedor pintu nanti.”Emran berdecak, dengan ogah-ogahan dia memakai kembali celana piyamanya dan berjalan menuju pi
“Aku ... aku menerimamu, Mas,” lirih Widuri. Ucapan Widuri memang sangat pelan dan hampir tak terdengar, tapi Emran sudah mendengarnya dengan baik. Pria tampan itu tersenyum, gegas menarik dagu Widuri hingga mata mereka bertemu. “Bisa diulangi lagi apa yang kamu katakan tadi?” Widuri terdiam, matanya mengerucut menatap Emran dengan sebal. Apa mantan suaminya ini tidak tahu kalau saat ini banyak rasa bercampur di dadanya dan dia malah bicara menyebalkan seperti itu? “Kalau kamu gak dengar ya sudah. Aku malas mengulangnya.” Widuri melengos, menarik wajahnya dari tangan Emran. Emran malah terkekeh melihat reaksi Widuri yang seperti anak kecil. Tanpa banyak bicara, Emran mendekatkan wajahnya dan langsung mencium bibir Widuri. Seketika Widuri memelotot dan mendorong tubuh Emran menjauh. Mereka sedang berada di rumah sakit di depan kamar rawat inap mengapa juga malah asyik berciuman seperti ini? Apa lagi dia seorang wanita berhijab apa kata orang yang melihatnya. Emran terkekeh sambil
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.