Tawaran Cinta Mafia Psikopat.
Bab:1"Target telah tiba." Sebuah pesan terdengar ke telinga Arthur melalui michrophone yang tersambung dengan anak buahnya.Arthur menggenggam gelas wiskinya erat, rahangnya menegas seiring dengan detak jantungnya yang mengencang. Anak Teri dari pesaing bisnisnya berhasil diculik untuk diserap informasinya,dendamnya akan segera terbalas."Ini, Arthur!" Bryan mendorong seorang lelaki yang kepalanya masih terbungkus kantong gandum."Bagus, buka!" Perintah Arthur dengan setengah mendesis. Bryan pun membuka penutup kepala lelaki target mereka."Jadi Kamu karyawan di Fantazio Fuel?" tanya Arthur kepada lelaki yang berlutut di hadapannya dalam kondisi terikat,lelaki itu menggeleng. Arthur pun beralih menatap Bryan dengan tajam."Ia sudah menyadari siapa kita, Arthur," tukas Bryan menjelaskan."Bagaimana bisa?" Arthur pun meminta penjelasan meskipun sebenarnya Ia tahu bahwa penangkapannya tidak semulus yang diduga."Ada yang kabur?" Arthur mengulangi pertanyaannya."Iya, satu masih menjadi buronan," jawab Bryan dengan yakin."Buronan kalian satu tapi yang memburu dari kalian tidak terhitung," decak Arthur dengan kesal."Tapi tim kita sudah berusaha semaksimal mungkin, Arthur." Bryan tidak terima karena Arthur tidak menghargai usahanya.Plak!Satu tamparan melayang di pipi kiri Bryan, hal yang biasa Arthur berikan pada anak buahnya jika kinerja mereka kurang memuaskan, Itu adalah makanan sehari-hari yang paling ringan. Tidak jarang, Arthur sampai melayangkan nyawa mereka dengan sadis."Aku tidak peduli bagaimana kalian mengerjakannya,aku hanya ingin kalian berhasil," desis Arthur."Target yang kabur tidak menutup kemungkinan bisa melapor kepada atasan mereka atau orang lain yang lebih kuat."Kita selesaikan yang ini dulu," ucap Arthur kemudian sambil menghela nafas. Ia beralih ke lelaki yang baru saja menyaksikannya menampar Bryan."Dari mana D'Fantazio mendapat bahan mentah?" tanya Arthur sembari mengangkat dagu lelaki itu dengan ujung sepatunya."Saya ... saya tidak tahu, Tuan," jawabnya dengan tubuh gemetar.Arthur memberi kode Bryan supaya melakukan sesuatu. Dengan senang hati, Bryan mengeluarkan pisau siletnya. Lelaki itu beringsut namun tidak bisa bergerak banyak karena kaki dan tangannya terikat. Bryan tersenyum miring sembari menurunkan badannya, berjongkok hingga wajahnya dan wajah lelaki itu sangat dekat."Kau sudah menemukan jawabannya?" tanya Bryan pelan, tetapi ujung pisau siletnya menempel ke pipi lelaki itu."Saya tidak tahu, Tuan. Sungguh. Saya hanya pegawai biasa," jawabnya dengan gugup."Itu karena pangkatmu diturunkan. Sebelumnya, Kau bekerja di bagian produksi. Benar bukan?" Arthur menebak dengan maksud memancing."Tidak, Tuan. Saya hanya pegawai rendahan." Lelaki itu menggeleng."Beritahu kami apapun yang Kau tahu,dari mana bahan mentah itu berasal." Arthur mengembalikan pertanyaan dari awal lagi sementara Bryan menekan ujung pisau siletnya dengan sedikit menggeser. Darah merah segar menetes dan membuat lelaki itu pucat pasi."Dari subsidi pemerintah," jawabnya mencoba memasang wajah netral.Arthur dan Bryan hanya menyeringai karena D'Fantazio Fuel sudah pasti pandai mendidik para karyawannya supaya menjaga rahasia perusahaan."Semua perusahaan pengolah minyak juga dapat subsidi dari pemerintah,tetapi dari mana pasokan utama biasa kalian dapatkan?" tanya Arthur terus menekan lelaki itu dengan berbagai model pertanyaan."Saya tidak tahu tepatnya, Tuan. Tetapi saya masih ingat pada sebuah logo di tangki yang masuk ke salah satu pabrik kami." Lelaki itu membuka suaranya karena tidak ingin pipinya hilang oleh sayatan silet.Bryan pun melunak, Ia melepaskan cengkeramannya pada kepala lelaki itu dan menyingkirkan silet yang dipegangnya."Jelaskan pada kami seperti apa logonya," ucap Arthur penuh harap.Mungkin hanya dengan logo, Ia bisa mengenali siapa yang memasok bahan mentah untuk D'Fantazio. Atau setidaknya mendapat sedikit petunjuk."Lepaskan ikatan di tangannya dan beri Ia bolpoin serta kertas," perintah Arthur pada Bryan.Dengan cekatan, Bryan pun melepas ikatan di pergelangan tangan lelaki itu lalu beranjak mencari bolpoin dan kertas.Arthur kembali menyesap minumannya dengan beragam tebakan bagaimana bentuk logo yang akan digambarkan oleh lelaki itu,Bryan kembali dengan bolpoin yang Ia lemparkan dengan kasar ke depan lelaki itu."Argh!Bryan terkesiap saat lelaki itu dengan secepat kilat menusuk kakinya menembus sepatunya menggunakan bolpoin, hingga bolpoinnya patah menjadi dua bagian. Arthur langsung mengacungkan pistolnya tanda mengancam, Ia membuka pengunci pelatuknya tetapi lelaki itu sudah melompat dengan ikatan kaki yang sudah lepas.Dor..!Tembakan meleset. Bryan mengikuti Arthur mengambil pistol dari ikat pinggangnya,tanpa diduga. lelaki itu bisa menjebol pintu seng mereka hanya dengan tendangan yang memekakkan telinga. Ia berlari dan membuat Arthur mendesis."Sialan!" Umpat Bryan dengan kakinya yang sedikit pegal hingga mengganggu konsentrasinya.Arthur tidak menghentikan tembakannya dengan pistol lain yang lebih berbahaya karena mudah untuk mengelabui musuh dengan bunyinya yang teredam,mereka terlibat aksi kejar-kejaran menjauhi sebuah gedung usang yang digunakan oleh Arthur dan Bryan biasa menyimpan targetnya dalam jangka waktu sementara.Lelaki itu berlari sekuat tenaga hingga berhasil menuju ke jalan raya, namun naas kaki kirinya tertembak hingga tidak bisa melanjutkan langkahnya. Arthur dan Bryan tidak melanjutkan perburuannya terhadap lelaki itu karena akan berbahaya,mereka tidak bergerak di ruang terbuka secara terang-terangan."Gunakan helm dan buntuti Ia!" Perintah Arthur.Bryan berlari menyambar helmnya dan mengenakannya, sementara di saat yang sama, Arthur menghidupkan mesin motor hingga siap dijalankan. Bryan menuju lokasi terakhir tempat lelaki itu berhenti tepat di tepi jalan.Lelaki itu mengaduh dan terduduk lemas, darah mulai mengucur deras. Para pengendara tidak terlalu memperhatikan meskipun lelaki itu melambai-lambaikan tangan,wajar saja karena mereka yang melintasi jalan raya yang sepi itu, melaju sangat kencang. Tetapi ada seorang gadis yang berhenti lalu meminggirkan motornya."Anda tidak apa-apa?" tanya gadis bernama Livy, Ia membelalak melihat darah mengucur deras dari kaki kiri lelaki itu."Tolong," rintihnya."Aku akan menghentikan mobil," ujar Livy dengan panik.Tanpa butuh penjelasan, Livy sudah tahu bahwa kaki kiri lelaki itu ditembak. Ia melambaikan tangan, tidak lama kemudian sebuah mobil berhenti di dekat mereka. Pengendara mobil itu membuka pintu penumpang dengan remote hingga pintu pun terbuka secara otomatis."Aku bisa sendiri," gumam lelaki itu menahan sakitnya sambil berusaha berdiri. Livy memapahnya untuk masuk ke dalam mobil.Livy tidak menyadari sang sopir tersenyum menyeringai, lelaki itu yang sedang kesakitan pun tidak menyadari karena terlalu fokus pada kakinya. Pintu penumpang kembali tertutup rapat saat mobil mulai melaju."Bapak, tolong ke Rumah Sakit. Kaki orang ini terluka, terima kasih atas tumpangannya," ujar Livy mencoba berbicara dengan sopir.Bukan jawaban yang Livy dapatkan dari sopir itu, tiba-tiba saja muncul orang di belakangnya dan ketika Livy menoleh, orang itu membekapnya."Kau pikir bisa lari dari kami begitu saja?" Sopir dengan sinis menyapa lelaki itu."Bukannya selamat, Kau malah menyeret orang lain ke dalam masalahmu," lanjutnya kemudian mengencangkan laju mobilnya.Livy terkejut dengan apa yang tengah menimpa lelaki itu dan kini menyebabkannya terseret ke dalam masalahnya.BAB 2Livy menggeleng berusaha berteriak tetapi mulutnya disumpal dan tangannya terikat ke belakang. Mobil yang mereka tumpangi melaju sangat cepat. Tiba-tiba saja Ia mengantuk berat, Ia baru menyadari bahwa mereka memberi obat tidur di kain yang digunakan untuk menyumpal mulutnya. Obat itu mulai bereaksi.Saat terbangun, Ia sudah duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat. Ia juga melihat lelaki yang kakinya tertembak berada di ruangan yang sama. Darah berceceran di lantai karena luka lelaki itu masih menganga. Seorang lelaki berperawakan tinggi besar masuk ke ruangannya."Siapa anak ini?" tanya lelaki itu sembari menunjuk Livy dengan dagunya."Ia ada di sana bersamanya, mungkin sedang menolongnya, Arthur," jawab lelaki lainnya yang Livy ingat menyetir mobil."Tidak mungkin, di zaman seperti ini tidak ada orang yang sudi berhenti di pinggir jalan kecuali petugas," decak Arthur tidak percaya."Kukira juga begitu," tanggap lelaki lainnya yang Livy tahu membekap dirinya."Kita tanya
"Tenang, Ia tidak berbahaya," ucap Arthur menghentikan Archie. Archie pun menurunkan pistolnya.Livy bernafas lega merasa nyawanya baru saja terselamatkan. Semua orang disini sangat melindungi Arthur dan tidak segan-segan melayangkan nyawa orang lain demi lelaki itu. "Pastikan kita tidak terlacak gara-gara handphone itu. Setelahnya, Kau tahu apa yang harus Kau lakukan untuk membungkam gadisku." Arthur berbicara dengan santai kepada Archie. "Oke," gumam Archie kemudian keluar ruangan lagi sambil membawa pergi handphone Livy. Kata terakhir yang disebutkan dalam ucapannya barusan, cukup membuat bingung Livy. Lelaki itu dengan entengnya berkata 'gadisku' pada dirinya. "Aku tidak melakukan hal yang buruk kepadamu. Tetapi Kau menculikku dan menghancurkan barang-barang milikku," ucap Livy dengan suara yang membuat Arthur sedikit iba, tetapi hanya beberapa saat. Arthur kembali memasang wajah datar."Itu salahmu sendiri telah membantu lelaki buronan ku untuk kabur," jawab Arthur. "Aku tid
Tawanan Cinta Mafia Psikopat bab:4.Satu minggu terlewati, Livy telah berhasil masuk ke D'Fantazio dan menjadi salah satu karyawan di sana. Hari-harinya berjalan seperti normal, Ia bekerja, pulang, tidur, kerja lagi, dan seterusnya. Arthur juga tidak pernah menghubunginya atau bahkan memberi perintah apapun. Terbersit di pikiran Livy, mungkin Ia memiliki kesempatan untuk kabur dengan mudah. "Jangan coba-coba untuk kabur. Aku akan tahu kemanapun Kau pergi." Pesan Arthur mendarat di layar handphone-nya.Livy menggigit bibir, Arthur mungkin mengendus niatnya. Padahal keinginan itu baru terbersit di dalam hatinya saja. Livy memandang langit melalui jendela yang lebar. Posisi lantai apartemennya memiliki view yang sangat bagus. Ia bisa memandang bintang-bintang di langit sepuasnya selagi tidak mendung. Tiap sore, Ia juga bisa menikmati pemandangan matahari terbenam."Masih sayang ibumu?" Pesan Arthur kembali muncul.Livy menghembuskan nafas kasar sembari melemparkan handphone-nya ke ran
Tawanan Cinta Mafia Psikopat bab:5."Semua karyawan D'Fantazio Fuel hari ini dimohon untuk mengenakan pakaian hitam dalam rangka menghormati kematian Mr. Aleksander, Manajer Produksi." Begitulah inti pengumuman yang disampaikan melalui pesan kepada seluruh karyawan, termasuk kepada Livy. Gedung pencakar langit D'Fantazio Fuel, salah satu anak cabang D'Fantazio Group, nampak hening. Semua orang mengenakan pakaian hitam. Livy keluar dari lift dan langsung ikut doa bersama di sebuah aula. "Sayang sekali ya, padahal masih muda," ucap orang-orang di sekitar Livy.Dari yang Livy dengar, Mr. Aleksander meninggal karena kecelakaan maut saat solo traveling ke luar kota. Mr. Aleksander mengambil jatah cutinya untuk jalan-jalan sendiri. Namun, betapa terkejutnya Livy ketika melihat foto yang terpajang di bagian depan tempat mereka doa bersama. "Orang itu?" gumam Livy tidak percaya, untung saja suaranya sangat pelan sehingga hanya dirinya yang mendengar.Wajah foto yang dipajang di sana tentu
bab:6.Setelah satu bulan berlalu,livy kini kembali ke rumahnya berkumpul bersama keluarganya, Arthur membebaskannya dengan syarat livy harus tetap bekerja di perusahaan D' Fantazio. Tentu saja livy menolak karena dia merasa tugasnya sudah selesai, meskipun kini dia tidak lagi di tawan di apartemen milik Arthur.Seorang Arthur tidak ingin mendengar penolakan dan lagi-lagi Arthur mengancamnya akan menghabisi keluarganya jika livy tidak menuruti perintah nya. Dan terpaksa livy kembali bekerja di D' Fantazio.Perusahaan minyak terbesar di Amerika itu akan mengadakan pesta menyambut kepulangan putri dari CEO atau pemilik dari D' Fantazio.Tepat saat ini pesta pun digelar di kediaman Stewart yang mewah, seluruh tamu saat ini memenuhi kediaman Stewart dihadiri oleh para pebisnis serta politikus membuat topik mereka tak lebih membahas tentang dunia monopoli dan politik negara.Di balik keramaian pesta terdapat dua orang gadis yang sedang bercengkrama,livy terlihat begitu cantik dengan balut
Tawanan CM Psikopat bab:7Malam Panas+21.PLAK!!" Dasar pria gila,hik.." umpat livy dengan cegukan, tangannya menunjuk ke arah wajah Arthur.Tingkah livy seperti itu bukannya membuat Arthur marah, tetapi dia semakin gemas melihat gadis yang dulu seperti kelinci yang ketakutan berubah menjadi kucing betina yang galak,dan tentu saja itu karena efek alkohol yang dikonsumsinya.Detik kemudian,Arthur mengangkat livy seperti seonggok karung beras. Livy berteriak meronta-ronta sembari tangannya memukul punggung Arthur,lalu Arthur pun memasukkan livy ke dalam mobil." Dasar kau pria…_?" Sshh!" Arthur meletakkan jarinya di bibir livy." Diamlah dan jangan nakal," ucapnya dengan mengecup bibir livy, sehingga membuat livy terdiam.Arthur membawa livy ke sebuah mansion yang sangat besar dan megah, bangunan nya seperti istana raja Inggris dengan sebuah pintu pagar besi yang menjulang tinggi. Ketika mobil Arthur hendak memasuki mansion, gerbang besi itu terbuka dengan sendirinya, Arthur keluar dar
Tawanan CM Psikopat Bab:8Livy terus mengerang pada setiap hentakan yang didorong masuk ke dalam miliknya, senjata Arthur seperti benda tajam,sakit saat menusuk namun terasa nikmat saat dirasakan.Bagaimana bisa menolak ketika pria itu bermain dengan handal,dia tak dibiarkan bernafas dengan lega, Arthur seperti menjelma bagai iblis neraka." Akhh..sialan,kau nikmat sekali livy!" Erang Arthur semakin menusuk. Dia memutar tubuh livy dan berubah gaya menjadi doggy-style,livy pun terlihat pasrah dengan apa yang dilakukan Arthur karena saat ini dia tengah dalam efek alkohol.PLASHSatu tamparan erotis memekikkan telinga, Arthur menelungkupkan punggung livy dan kembali menusuk liang surga yang sudah menganga dengan sisa-sisa darah yang menempel di sana, tanpa rasa jijik sedikitpun Arthur membersihkannya dengan lidahnya." Yeah…yes…Arthur," desah livy." Kau menyukainya baby?Menarik tengkuk leher, Arthur kembali menyambar bibir livy dengan gerakan doggy-style gadis itu menolehkan kepala ke
Tawanan CM psikopat bab:9Seorang pria terlihat tak berdaya dengan banyaknya luka di sekujur tubuhnya." Ini akibatnya jika kau tidak menuruti perintahku!" Teriak pria tampan bertubuh besar dan tinggi, mempunyai rahang yang tegas dengan memegang cambuk di tangannya." Ma-af.." pria tak berdaya itu hampir kehilangan nyawanya karena sebuah peluru telah bersarang di perutnya." Sekarang katakan padaku? Dimana lokasi gudang tempat menyimpan pasokan bahan mentah D' Fantazio?" Tanya Arthur dengan nada dingin." Di..di San Jose," ucap pria tersebut dengan kerongkongan yang seperti tercekat,darah terus keluar dari mulut serta perut dia sehingga lantai di penuhi dengan darahnya." Bagus,aku menyukai orang yang penurut." Ucap Arthur dengan menepuk-nepuk rahang pria itu.Arthur membalikkan badan,lalu dia mengeluarkan pisau kecilnya,detik kemudian dengan gerakan cepat. Arthur menyayat leher pria itu sehingga pria itu menggelepar dengan darah yang mengalir dari lehernya,pria itu terlihat seperti s