Hello pembaca setia. Aku update kembali, jangan lupa tinggalkan jejak ya. Love you reader ❤️😘
Tak terasa sudah hampir seminggu Alland dan Vindy menikah serta tinggal di kediaman keluarga Allard Edbert Edric. Hari ini keduanya akan pergi ke Rusia untuk berbulan madu, sekaligus menemui klien pribadi Alland untuk membicarakan bisnis penting yang sangat rahasia dan tertutup. Saat ini Alland dan Vindy sedang sarapan bersama dengan keluarga besar Edric, tampak sangat indah sekali momen di pagi hari yang cerah itu. Alland dengan balutan setelan jas formal berwarna biru, Vindy dengan setelan blazer formal berwarna putih semakin membuat mereka terlihat sangat gagah dan anggun. Allard dan Carlina tersenyum hangat melihat penampilan putra dan putrinya, jelas terlihat bahwa mereka bangga dengan kekompakan Alland dan Vindy. Alvian dan Alisya juga merasa takjub dengan penampilan adik mereka, hingga berfikir untuk pergi berbulan madu ke tempat yang berbeda. "Kalian akan pergi kapan?" tanya Allard singkat, jelas, dan padat. "Nanti siang, Daddy. Jam setengah dua belas kami sudah harus sampai
~ Moskow, Rusia ~ Arkady Sachar Vasily, pria berusia 27 tahun. Pemilik Kerajaan bisnis Vasily Corporation dan ASV Corporation, yang terkenal di Rusia hingga seluruh dunia. Dia adalah pewaris Kerajaan Vasily yang terkenal dengan peraturan dan kebijakan yang ketat, putra pertama dari Erik Sachar Vasily dan A Sachar Vasily. Arkady terlihat sangat tampan dan berwibawa, dengan balutan setelan jas formal berwarna hitam pekat. Arkady dikenal sebagai sosok yang tenang, tegas, dan berwibawa terlihat dari caranya berbicara dengan banyak orang. Arkady juga terkenal akan kekejaman dan tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun terhadap musuh, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Baginya musuh tetaplah musuh dan pengkhianat sama dengan mati. "Anda ingin makan sesuatu?" "Ya. Aku hanya ingin makan Pelmeni dan Borsch," balas Arkady dengan nada dingin. "Bagaimana dengan minuman?" "Air putih dan susu saja. Aku tidak suka Vodka," balas Arkady dengan nada tenang. Pria yang berstatus sebagai sekretaris
~ New York, Amerika Serikat ~Vindy Marsela Dafani berjalan terburu-buru menuju sebuah ruangan yang diperintahkan oleh manager pemasaran, untuk menyerahkan surat pengunduran diri kepada pemilik Perusahaan Harrison Corporation. Vindy sengaja berlari menuju lift, karena sebentar lagi jam makan siang. Jika dia tidak buru-buru lift akan penuh sesak, dia bisa saja telat menyerahkan tugas kepada sang pemimpin. Sesampainya di lorong ruangan tertinggi di Perusahaan tersebut, dia langsung melirik ke kanan dan ke kiri. Vindy bingung luar biasa, karena di sana banyak sekali pintu ruangan yang tertutup. Vindy memejamkan matanya, lalu menghela napas panjang dan mengetuk pintu ruangan berwarna hitam pekat, terdapat ukiran singa emas yang sangat indah."Semoga saja benar ini ruangannya. Jika tidak habislah aku," batin Vindy.Vindy kembali menghela napas panjang dan mengetuk pintunya dengan penuh kelembutan. Lama ia menunggu, tetapi ketukan pertama di pintu tersebut tidak dihiraukan sama sekali."Apa
Carlina syok bukan main dengan perilaku kasar putra pertamanya, Allard wajahnya memerah dan siap meledakkan amarah luar biasa. Carlina tidak menyangka Alvian bisa berubah menjadi kasar, dan kini dia mulai meragukan bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah putra kandung pertamanya. Carlina menatap putranya dengan pandangan tidak percaya, tidak terasa air mata mengalir deras lalu Carlina pergi begitu saja meninggalkan suami dan putra pertamanya. Tatapan tajam Allard membuat Bara sedikit takut, tapi pria muda itu kembali menguasai dirinya. Allard sekali lagi melayangkan tamparan keras, tepat dikedua pipi Bara. Bara hanya tersenyum dan tertawa terbahak-bahak, seolah-olah mengatakan tamparan itu tidak ada apa-apanya."Kasar sekali kamu pada Ibunda sendiri. Jika saja Tuan Alland tahu tentang hal ini dia pasti akan marah besar!” tegas Rudolf."Aku tidak perduli sama sekali yang diriku inginkan saat ini hanyalah kekayaan Daddy Allard. Kau hanya orang luar tidak perlu ikut campur!" bentak B
Alland dan Vindy saat ini sedang berada di ruangan pertemuan, suasana di ruangan itu terasa dingin dan sunyi. Banyak sekali barang-barang mewah dan megah yang tertata rapi, belum lagi toples-toples cantik berisi kue yang menghiasi meja. Bunga Lily, Matahari, Mawar, dan Tulip juga ikut menghias agar ruangan itu terasa indah. Di dalam ruangan itu keduanya disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing, Alland dengan laptopnya sementara Vindy sibuk dengan berkas-berkasnya. Tak lama kemudian pintu ruangan diketuk dari luar, dengan tegas Alland menyuruh orang itu untuk masuk. Alland menatap Vindy yang sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya, pintu kemudian terbuka dan menampilkan sosok pria muda yang Alland kenal.”bagaimana kabarmu, Alland?" tanya pria itu.”Seperti yang kamu lihat, Aaron," balas Alland, "Bagaimana kabarmu sendiri?""Ya, diriku baik-baik saja. Aku kemari untuk mengundang dirimu makan malam di sebuah Restoran terkenal," ujar pria itu.”Kapan itu?" tanya Alland dingin."Besok
Satu Minggu pun berlalu dengan cepat, setelah pertemuan menegangkan itu keduanya tidak saling bertemu kembali. Erland pergi ke Rusia untuk melakukan pertemuan dengan kliennya, Erland sengaja tidak mengajak Vindy. Jika Vindy ia bawa maka Perusahaan tidak ada yang memimpin, jadi dia memutuskan untuk pergi sendirian saja. Vindy juga jarang sekali bertemu dengan ketiga sahabatnya, mereka seperti disibukkan dengan urusan penting masing-masing. Saat ini Vindy sedang berlibur di Taman Hiburan anak-anak, dia mengenakan pakaian santai tetapi tetap tertutup untuk melindungi dirinya sendiri. Saat dirinya asik mengambil beberapa gambar, tiba-tiba saja seorang anak laki-laki tidak sengaja menabraknya sehingga ponselnya jatuh ke tanah. Anak itu tampak ketakutan, wajahnya pusat pasi, dan tangan mungil itu gemetar hebat."Aunty maafkan Robert. Aku tidak sengaja menjatuhkannya. Ada musuh Uncle Kelvin yang mengejar diriku dan ingin menculik Robert," ujar Robert.Vindy menatap Robert dengan penuh kelemb
Setelah kejadian tadi di Toko Ice Cream, Vindy hanya diam saja tidak ada pembicaraan apa-apa dari ketiganya. Baik Amilia, Vindy, dan Alland semuanya hening. Amilia menatap kedua kakak-kakaknya, dan dia sedang memikirkan sesuatu agar kedua kakaknya itu saling berbincang-bincang satu sama lain. Tak lama kemudian Amilia tersenyum tipis, karena dia telah menemukan ide yang bagus. Amilia mengambil Tablet miliknya lalu bermain game, Vindy mulai tertarik dengan apa yang dimainkan oleh seorang gadis berusia 12 tahun itu. Alland juga mulai tertarik dengan kedua gadis dihadapannya, Amilia bersorak gembira dalam batinnya dan dia mulai mematikan tabletnya. Alland dan Vindy langsung diam seketika, lalu menatap Amilia."Ami. Kenapa dimatikan gamenya?" tanya Vindy."Bosan kakak. Bagaimana kalau kita main di tempat lain saja?" balas Amilia."Mau main di mana? Apa mau ke Toko Bunga," ujar Alland.Amilia menggeleng pelan, Vindy jadi gemas dan memeluk erat Amilia. Amilia tersenyum dan membalas pelukan V
Bara tiba-tiba saja datang dari kamarnya, dia menatap Alland dan Vindy dengan penuh kemarahan. Vindy mundur beberapa langkah, saat Bara mulai berjalan kearahnya. Vindy tidak tahu apa maksud dari Bara, dengan mendekati dirinya seperti ini, menimbulkan rasa takut yang dalam dihatinya. Erland mengerti dengan isyarat tatapan mata Vindy, dengan gerakan cepat dirinya sudah berhadapan dengan Bara. Allard yang merasakan suasana hati Alland yang penuh emosi dan kemarahan langsung mendekat, Carlina juga mendekati Bara. Saat ini ketiga pria dan dua wanita saling berhadapan, Bara tersenyum nakal pada Vindy. Vindy langsung bersembunyi dibalik tubuh kekar, seorang Erland Dallin Harrison. Erland memberikan isyarat kepada Vindy, untuk masuk ke dalam mobil mewah miliknya. Vindy yang mengerti isyarat tersebut, cepat-cepat masuk ke dalam mobil.Erland kembali menatap Bara, kedua tangannya mengepal kuat. "Jangan menatapnya seperti itu. Kau tahu dia tidak nyaman saat ditatap olehmu!"Bara tersenyum menyer