Tak terasa dua Minggu pun berlalu, saat ini Alland dan Vindy telah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah. Keduanya mengenakan pakaian formal, Alland dengan setelan jas formal berwarna putih dan Vindy memakai gaun pengantin panjang yang warnanya sama seperti pakaian sang suami. Allard beserta keluarganya sangat bahagia, sementara di pihak Vindy, hanya sang kakak saja beserta neneknya yang hadir. Arfan Daffano, dialah kakak satu-satunya yang dimiliki oleh Vindy. Arfan Daffano mendekati sang adik, Alland memberikan isyarat kepada Arfan agar dia berbicara dengan adiknya. Alland tahu hari ini Vindy dengan kakaknya akan berpisah, Arfan akan pergi ke Rusia untuk menemui kliennya. "Vindy. Hari ini kakak sangat bahagia kamu menikah dengan pria yang tepat, dia sangat mencintai kamu sayang," ujar Arfan. Arfan menatap Alland, Alland mengangguk dan tersenyum. "Dia pria yang sangat baik, sekarang Alland adalah suamimu. Vindy, berjanjilah padaku, kamu akan selalu hormat dan patuh padanya. Ak
Mereka melewati malam pernikahan dengan tertidur nyenyak, keduanya terlihat sangat lelah karena ramainya para tamu undangan yang berdatangan. Malam pertama mereka sepertinya harus tertunda dahulu, karena keduanya sama-sama lelah dan merasa sangat mengantuk. Tak terasa hari sudah pagi, pagi ini Nyonya Carlina dan Alisya sedang asik memasak untuk sarapan bersama. Keduanya tampak sangat kompak dalam hal memasak, hingga tak lama kemudian Alvian dan Allard datang. Allard langsung duduk di meja makan, lalu fokus dengan ponselnya karena dia harus mengerjakan banyak sekali pekerjaan kantor. Melihat sang suami sedang sibuk, Carlina mendekati Allard dengan membawa secangkir teh hangat manis lalu memberikannya dengan lembut. "Pagi sayang. Kau harum sekali," puji Carlina. Allard tersenyum tipis, lalu mengecup bibir Carlina dengan penuh cinta. "Aku memang harum sayang, istriku juga sangat wangi. Diriku jadi ingin menerkam dirimu!" Carlina tersenyum hangat dan berjalan mendekati Alvian, Alvian se
Tak terasa sudah hampir seminggu Alland dan Vindy menikah serta tinggal di kediaman keluarga Allard Edbert Edric. Hari ini keduanya akan pergi ke Rusia untuk berbulan madu, sekaligus menemui klien pribadi Alland untuk membicarakan bisnis penting yang sangat rahasia dan tertutup. Saat ini Alland dan Vindy sedang sarapan bersama dengan keluarga besar Edric, tampak sangat indah sekali momen di pagi hari yang cerah itu. Alland dengan balutan setelan jas formal berwarna biru, Vindy dengan setelan blazer formal berwarna putih semakin membuat mereka terlihat sangat gagah dan anggun. Allard dan Carlina tersenyum hangat melihat penampilan putra dan putrinya, jelas terlihat bahwa mereka bangga dengan kekompakan Alland dan Vindy. Alvian dan Alisya juga merasa takjub dengan penampilan adik mereka, hingga berfikir untuk pergi berbulan madu ke tempat yang berbeda. "Kalian akan pergi kapan?" tanya Allard singkat, jelas, dan padat. "Nanti siang, Daddy. Jam setengah dua belas kami sudah harus sampai
~ Moskow, Rusia ~ Arkady Sachar Vasily, pria berusia 27 tahun. Pemilik Kerajaan bisnis Vasily Corporation dan ASV Corporation, yang terkenal di Rusia hingga seluruh dunia. Dia adalah pewaris Kerajaan Vasily yang terkenal dengan peraturan dan kebijakan yang ketat, putra pertama dari Erik Sachar Vasily dan A Sachar Vasily. Arkady terlihat sangat tampan dan berwibawa, dengan balutan setelan jas formal berwarna hitam pekat. Arkady dikenal sebagai sosok yang tenang, tegas, dan berwibawa terlihat dari caranya berbicara dengan banyak orang. Arkady juga terkenal akan kekejaman dan tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun terhadap musuh, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Baginya musuh tetaplah musuh dan pengkhianat sama dengan mati. "Anda ingin makan sesuatu?" "Ya. Aku hanya ingin makan Pelmeni dan Borsch," balas Arkady dengan nada dingin. "Bagaimana dengan minuman?" "Air putih dan susu saja. Aku tidak suka Vodka," balas Arkady dengan nada tenang. Pria yang berstatus sebagai sekretaris
~ New York, Amerika Serikat ~Vindy Marsela Dafani berjalan terburu-buru menuju sebuah ruangan yang diperintahkan oleh manager pemasaran, untuk menyerahkan surat pengunduran diri kepada pemilik Perusahaan Harrison Corporation. Vindy sengaja berlari menuju lift, karena sebentar lagi jam makan siang. Jika dia tidak buru-buru lift akan penuh sesak, dia bisa saja telat menyerahkan tugas kepada sang pemimpin. Sesampainya di lorong ruangan tertinggi di Perusahaan tersebut, dia langsung melirik ke kanan dan ke kiri. Vindy bingung luar biasa, karena di sana banyak sekali pintu ruangan yang tertutup. Vindy memejamkan matanya, lalu menghela napas panjang dan mengetuk pintu ruangan berwarna hitam pekat, terdapat ukiran singa emas yang sangat indah."Semoga saja benar ini ruangannya. Jika tidak habislah aku," batin Vindy.Vindy kembali menghela napas panjang dan mengetuk pintunya dengan penuh kelembutan. Lama ia menunggu, tetapi ketukan pertama di pintu tersebut tidak dihiraukan sama sekali."Apa
Carlina syok bukan main dengan perilaku kasar putra pertamanya, Allard wajahnya memerah dan siap meledakkan amarah luar biasa. Carlina tidak menyangka Alvian bisa berubah menjadi kasar, dan kini dia mulai meragukan bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah putra kandung pertamanya. Carlina menatap putranya dengan pandangan tidak percaya, tidak terasa air mata mengalir deras lalu Carlina pergi begitu saja meninggalkan suami dan putra pertamanya. Tatapan tajam Allard membuat Bara sedikit takut, tapi pria muda itu kembali menguasai dirinya. Allard sekali lagi melayangkan tamparan keras, tepat dikedua pipi Bara. Bara hanya tersenyum dan tertawa terbahak-bahak, seolah-olah mengatakan tamparan itu tidak ada apa-apanya."Kasar sekali kamu pada Ibunda sendiri. Jika saja Tuan Alland tahu tentang hal ini dia pasti akan marah besar!” tegas Rudolf."Aku tidak perduli sama sekali yang diriku inginkan saat ini hanyalah kekayaan Daddy Allard. Kau hanya orang luar tidak perlu ikut campur!" bentak B
Alland dan Vindy saat ini sedang berada di ruangan pertemuan, suasana di ruangan itu terasa dingin dan sunyi. Banyak sekali barang-barang mewah dan megah yang tertata rapi, belum lagi toples-toples cantik berisi kue yang menghiasi meja. Bunga Lily, Matahari, Mawar, dan Tulip juga ikut menghias agar ruangan itu terasa indah. Di dalam ruangan itu keduanya disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing, Alland dengan laptopnya sementara Vindy sibuk dengan berkas-berkasnya. Tak lama kemudian pintu ruangan diketuk dari luar, dengan tegas Alland menyuruh orang itu untuk masuk. Alland menatap Vindy yang sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya, pintu kemudian terbuka dan menampilkan sosok pria muda yang Alland kenal.”bagaimana kabarmu, Alland?" tanya pria itu.”Seperti yang kamu lihat, Aaron," balas Alland, "Bagaimana kabarmu sendiri?""Ya, diriku baik-baik saja. Aku kemari untuk mengundang dirimu makan malam di sebuah Restoran terkenal," ujar pria itu.”Kapan itu?" tanya Alland dingin."Besok
Satu Minggu pun berlalu dengan cepat, setelah pertemuan menegangkan itu keduanya tidak saling bertemu kembali. Erland pergi ke Rusia untuk melakukan pertemuan dengan kliennya, Erland sengaja tidak mengajak Vindy. Jika Vindy ia bawa maka Perusahaan tidak ada yang memimpin, jadi dia memutuskan untuk pergi sendirian saja. Vindy juga jarang sekali bertemu dengan ketiga sahabatnya, mereka seperti disibukkan dengan urusan penting masing-masing. Saat ini Vindy sedang berlibur di Taman Hiburan anak-anak, dia mengenakan pakaian santai tetapi tetap tertutup untuk melindungi dirinya sendiri. Saat dirinya asik mengambil beberapa gambar, tiba-tiba saja seorang anak laki-laki tidak sengaja menabraknya sehingga ponselnya jatuh ke tanah. Anak itu tampak ketakutan, wajahnya pusat pasi, dan tangan mungil itu gemetar hebat."Aunty maafkan Robert. Aku tidak sengaja menjatuhkannya. Ada musuh Uncle Kelvin yang mengejar diriku dan ingin menculik Robert," ujar Robert.Vindy menatap Robert dengan penuh kelemb