"Aku bersumpah akan membalas pengkhianatanmu Julian." Eleanora Wilson, menangis tersedu saat tidak sengaja mengetahui bahwa dalang dari kehancurannya adalah kekasihnya--Julian. Dia yang terlanjur sakit hari berniat akan membalas dendam pada Julian. Kehadiran Aldrich yang juga memiliki tujuan yang sama membuat Elea yakin bahwa dia bisa membuat Julian menyesal telah mengkhianatinya. Lalu, bagaimana kisah selanjutnya? Apakah Elea akan memaafkan Julian kembali seperti biasa ataukah Elea tetap memilih bersama Aldrich?
View MoreElea memalingkan wajah, tak ingin Aldrich melihatnya menangis juga malas menjelaskan apa yang sudah terjadi sebenarnya.Aldrich mengangkat anaknya, mengecupnya berulang kali, kemudian meletakkan di kereta bayi."Ada apa?" tanya nya halus. "Apa karena semalam aku tak pulang jadi kamu menangis?" Aldrich masih belum mengerti dengan situasi yang ada. Ia membawa wajah tadi agar menghadapnya."Aku sudah jelaskan, semalam hujan deras, aku tidak bisa pulang dan ponselku mati," jelasnya mengira bahwa Elea marah karena terlambat mengabari.Elea berdiri, ia merasa enggan di sentuh, ia yakin bahwa tangan itu pasti sudah menyentuh tubuh wanita lain semalam, ia yakin bahwa kegiatan panas itu begitu melelahkan sampai Rich tidur dengan sangat nyaman."El, ada apa? Kita baru berbaikan dan kamu sudah bersikap dingin lagi pada aku." Aldrich berdiri mendekat dan berdiri di hadapan sang istri. "Kamu tahu jawabannya, Rich. Jangan pura-pura merasa tidak bersalah."Aldrich semakin bingung, dia sudah meminta
"Kau sudah bangun, Rich." Olivia mendekat dan membawa secangkir kopi ke depan Aldrich. Pria itu terlihat sangat kusut juga lelah."Sudah pagi, ya?" katanya melihat sekeliling, matahari sudah terlihat bersinar."Hem, kamu sangat lelah ternyata." Olivia duduk di sebelah Aldrich. Ia kembali meminta Aldrich untuk meminum kopi buatannya. Aldrich menyesap kopinya, tenggorokan nya terasa hangat seketika. Ayah Calix itu langsung menepuk jidatnya karena melupakan satu hal. "Ya ampun, aku belum mengabari Elea kalau aku tidak bisa kembali, semalam," katanya meraih ponselnya. Semakin kesal pula dia setelah tahu bahwa ponselnya mati."Aku tidak bisa meminjamkan ponselku padamu, Rich. Kau tahu, 'kan istrimu tidak menyukaiku."Aldrich mengangguk, jika itu terjadi, bisa menjadi masalah baru untuknya. Dia dan Eleanora baru saja berbaikan, jadi memang apa yang di katakan Olivia benar. "Hem, aku tidak ingin dia kembali marah padaku," jelasnya meraih memakai kemejanya. Semalam saat membantu orang-orang
"Sayang, ini sudah hampir dua minggu kamu mendiami ku," keluh Aldrich memeluk istrinya dari belakang.Elea tetap tidak melakukan apapun. Ia tidak marah lagi karena tahu suaminya tidak akan menyakitinya. Hanya saja, ia ingin menggoda Aldrich sebentar.Aldrich menghela napas berat, ia tak tahu jika Elea bisa semarah itu padanya. Ia memang bersalah, kejadian itu memang tak ia perkirakan akan jadi seperti ini. Ia hanya panik karena mengetahui Olivia dalam masalah. Bukan karena ia ada rasa tapi semua murni karena ingin menolong.Aldrich mencium pelan tengkuk sang istri. "Maafkan aku, saat itu, aku hanya khawatir karena mendengar dia dalam masalah. Tidak ada cinta seperti yang kamu maksud sayang," katanya lagi menjelaskan.Menghela napas pelan, Elea berbalik, menatap wajah sang suami yang terlihat sangat lelah. "Ayo, aku akan siapkan air mandi mu, setelah itu kita makan malam bersama, ya.""Kamu masih marah?""Sejujurnya--," Elea sengaja menggantung ucapannya. "Ya, aku masih marah. Kamu ter
Elea mematung, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Suaminya, ia pikir tadi sedang khawatir soal pekerjaan. Tapi, di depan matanya---"Rich, kamu ...."Tubuh Aldrich juga sama terkejutnya. Ia dan seseorang yang sedang dalam situasi tidak baik, segera saling menjauh dan menoleh pada sumber suara."El, kamu ... Di sini?" Perlahan Aldrich menjaga jarak, berjalan mendekati sang istri dengan ekspresi seperti biasa. Manis dan hangat.Elea tak menjawab, tapi bisa menangkap reaksi berbeda dari wanita di atas ranjang, senyum kelicikan mulai terlihat di sana. "Jadi, kamu menjenguknya sampai meminta aku pulang, Rich?" tanya nya mendongak, menatap suami nya yang masih tetap memberi senyum tanpa bersalah."Rich, kamu khawatir seperti itu karena dia? Bukankah kamu bilang padaku, kalau dia tidak terlalu penting untukmu, tapi yang aku lihat sangat berbeda."Elea mendesis kesal, dia tidak menyukai Olivia sudah lama, sejak wanita itu datang pertama kali ke mansion dan membuat kegaduhan.Ya, wa
"Kau lelah? Kemarikan Calix, aku merindukan putraku." Aldrich meraih putranya dan menuntun sang istri duduk di sofa. Tadi, salah seorang dari orang suruhannya mengabarkan apa yang terjadi di pusat perbelanjaan. Untuk itu, Aldrich langsung meminta Eleanora ke kantor bersama dengan putra nya. Awalnya Elea menolak karena tak ingin mengganggu tapi Aldrich memaksa karena merindukan Calix."Tidak. Bagaimana mungkin aku lelah, aku tidak berjalan kaki, Rich," ucapnya menatap sayang kedua pria kesayangan. Calix sudah semakin besar, ketampanannya semakin terlihat jelas seperti ayahnya. Aldrich tertawa rendah. Istrinya memang paling pandai menjawab kata-katanya. Tidak lama, pintu diketuk, dan terlihat wanita cantik membawa susu juga teh untuk Elea. "Silakan nyonya." kembali berdiri tegak setelah meletakkan teh dengan hati-hati di hadapan istri bosnya. Terlihat jelas, Elea yang menatap sinis Aldrich, apakah ini alasan sang suami sering sekali lembur? Wanita ini begitu molek dan juga ca
Di ujung sana, pria dengan mata elang masih menatap tajam pada mangsa. Kemanapun si wanita bergerak, ia terus mengikuti secara diam-diam. Rasa rindu, sudah tidak bisa ia tahan. Langkah maju terarah ke depan. Namun, saat melihat wanita yang sangat ia kenal mendekat. Ia menghentikan langkah dan mundur. Sementara itu, "Hai, tidak kusangka kita akan bertemu di sini, bagaimana kabarmu?" sapanya seperti biasanya. Wanita yang juga sama terkejutnya, tersenyum tipis. "Aku baik. Sudah lama tidak saling sapa, kau baik-baik saja kan, Fera?"Fera, wanita dengan potongan rambut sebahu itu mencoba tersenyum. Ia menghela napas menetralkan perasaannya. Bagaimana pun di hadapannya adalah wanita yang masih sangat suaminya cintai. Dia adalah--Eleanora. "Seperti yang kamu lihat. Aku, ah ... Mungkin kamu sudah mendengar rumor, El. Julian ingin bercerai denganku," ucapnya dengan menahan sesak. Sungguh sakit sekali setiap kali ia mengingat kata-kata Julian. Bahkan tatapan pria itu tak sehang
Julian meremas rambut nya kuat. Fakta bahwa Fera sedang mengandung anaknya membuatnya gusar. Ia sedang berperang dengan hati dan pikirannya."Eleanora, bagaimana aku meyakinkanmu kalau aku mencintaimu! Aku menyesal, aku ingin kita kembali bersama dan mengulang semuanya dari awal," engahnya dengan dada bergemuruh sesak. Ia menyesal, sungguh ia sangat menyesal karena dulu berpaling dari kekasihnya dan tergoda dengan kemolekan serta hidangan yang Fera berikan. "Shit! Semua karena Aldrich sialan itu. Dia membalasku dengan merebut Elea, kekasihku. Berapa kali aku katakan padanya, bahwa dia, tak pernah dicintai, dulu dan sekarang, wanita-wanita itu hanya mencintai ku."Di raihnya sebuah kertas, di mana itu adalah gambar rekaman bayi yang dikandung Fera, ada nyawa tak bsrdosa di dalamnya. Namun, sungguh, Julian hanya ingin kembali pada Elea, bahkan ia rela mengakui anak Elea adalah anaknya. Ia berjanji akan merawat dan membesarkan anak itu dengan sepenuh hati, asalkan Eleanora k
"Ayo sarapan bersama!" Aladrich mengusap lengan Eleanora lembut. Ia tahu, kejadian kemarin malam membuat suasana hati istri nya tak baik-baik saja. Apalagi, dengan ibunya yang langsung memaksa pulang karena Rea tak mendapat kan maaf. Aldrich tentu paham dengan kondisi Elea, juga paham dengan perasaan ibunya. Tapi, yang masih menjanggal adalah, Rea yang tak merasa bersalah sedikitpun."Mama marah padaku, bahkan semalam ia kembali menatapku sinis, Rich," desahnya palan. Ia baru saja menidurkan Calix dan masih enggan meninggalkan anaknya."Jangan dipikirkan. Mama itu hanya terlalu sayang pada Rea hingga tak sadar kalau Rea selalu membuat masalah untuknya."Elea menoleh, ia mendelik tak percaya karena Aldrich yang tak membela adiknya sama sekali. Bukankah ini sangat aneh. "Dia adikmu, harusnya kau bela dia."Aldrich membalik Elea, mengangkat wajah istrinya dengan perlahan, di sana tampak keresahan dan rasa penyesalan yang dominan. "Kau merasa bersalah karena mama memilih pe
"Kak aku ingin pulang!" Rea menatap kesal pada Aldrich yang baru saja membuka pintu. Gadis itu memang tahu kalau Aldrich yang akan membuka pintu kamarnya."Bersiaplah, aku akan mengantarmu pulang," jawab Aladrich langsung mengangguk. Jack yang berada di sana akhirnya lega, ia tidak perlu menunjukkan itu, tapi Rea tahu.Rea berdiri dengan lemah, dia hanya makan sedikit karena tidak menyukai makanan yang selalu dibawa untuknya. Yah, Alarich mengurung adiknya selama tiga hari, dan selama itu, Rea harus memakan makanan biasa. Tidak ada daging seperti biasanya.Rea melewati Jack begitu saja. Rasanya ingin sekali Rea memukul kepala asisten kakaknya ini, terlalu banyak bicara yang tidak masuk akal.Meninggalkan kediaman rumah kayu, Rea dan Aldrich satu mobil. Hari sudah gelap ketika Aldrich sampai. Jika ia berubah pikiran maka bisa dipastikan Rea akan menginap ke empat malamnya."Maafkan Rea, Kak," katanya menunduk dan meremas jari-jari tangannya."Katakan itu nanti di hadapan kakak iparmu,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.