Share

Terjebak Gairah Paman Billionaire
Terjebak Gairah Paman Billionaire
Author: Adinasya Mahila

Bab 1 : Wanita Pemuas Nafsu

"Om, Jangan! Ini sakit!"

Shanaya bingung dengan apa yang terjadi padanya. Saat ini gadis itu sedang terbaring di atas ranjang kamar sebuah hotel sambil menahan dada seorang pria agar tidak mencium bibirnya.

“Om, lepaskan!”

Pria itu lagi-lagi berhasil mencumbu ceruk leher Shanaya, meninggalkan tanda merah keunguan yang kentara. Kepala Shanaya terasa berat, dia tahu ini salah tapi tubuhnya malah menggeliat seolah menikmati sentuhan pria itu.

Dengan sisa kewarasan yang dimiliki, Shanaya berusaha menolak. Ia menggeleng, tapi tangannya malah memegang erat lengan pria asing itu.

"Aku sudah membayarmu mahal! Seharusnya kamu tidak mabuk atau mengonsumsi stimulant seperti ini.”

“Membayar mahal?” Kata-kata itu terlukis jelas di kepala Shanaya. Ia menggeleng kemudian memohon untuk yang kesekian kali,” Om, aku … “

Bibir Shanaya terbungkam oleh ciuman yang sedikit kasar dari pria itu. Untuk beberapa saat mata mereka bersirobok. Meski pandangan Shanaya sedikit kabur, tapi dia sadar tidak seumuran dengan pria yang sedang berada di atas tubuhnya.

"Aku mohon lepaskan!" Pinta Shanaya di sisa harapan agar malam itu masih bisa menjaga kehormatannya.

“Apa ini salah satu trik yang diajari mamimu? Bertingkah sok polos?”

Pria itu malah menganggap Shanaya sedang berakting. Dia memulas seringai, kabut birahi sudah menghilangkan akal sehat.

Pria itu lagi-lagi mengumpat karena tingkah Shanaya semakin membuat gairahnya naik sampai ke ubun. Dia tak peduli. Lagi pula dirinya sudah membayar mahal untuk menikmati tubuh seorang perawan seperti apa yang diinginkan.

"Banyak wanita yang ingin tidur denganku, jadi jangan menolak dan nikmati saja! Kamu pasti tidak akan melupakan malam ini, tidak akan ada pelangganmu nantinya yang sehebat permainanku."

Pria itu mengecup dada, sehingga tanpa sadar Shanaya mendesah. Shanaya lengah, setelah sentuhan itu dia memekik tertahan dengan buliran kristal bening yang mengalir di sudut mata.

Sementara dirinya merasa sakit, pria yang sudah merenggut kesuciannya tampak sangat puas, sudah lama dia tidak mendapatkan wanita malam dengan status perawan seperti ini.

Pria matang itu tampak tersenyum bangga mendapati gadis yang tengah dia tiduri mulai hilang kendali. Jika saja Oriaga tidak ingat memiliki status sosial yang tinggi, dia berminat menjadikan Shanaya sugar baby.

“Cantik,” pelan Oriaga berkata melihat wanita yang berada di bawahnya. Dia terpesona dengan wanita itu.

Oriaga memeluk tubuh Shanaya. Mencium kembali bibir dengan rakus lantas tersenyum bangga. Pria berumur 41 tahun itu masih terus berusaha menuntaskan gairah, bahkan tidak puas hanya sekali menikmati.

Shanaya sendiri terus bertanya-tanya di sisa kesadaran yang dimiliki. Mimpikah ini semua? Namun, dia bisa merasakan dengan jelas gerakan tubuh pria di atasnya.

Shanaya masih menganggap apa yang terjadi padanya hanyalah mimpi, sampai saat dia terbangun di pagi hari dengan sekujur tubuh yang terasa tidak nyaman. Shanaya menarik selimut, bercak merah di sprei membuatnya sadar kejadian semalam adalah kenyataan.

Gadis itu menangis memeluk lutut, berada di posisi yang sama sampai lelah dan merasa tangisannya sia-sia.

Setelah mampu meredam sesak di dadanya, Shanaya pun bangkit dari ranjang untuk mengumpulkan baju yang berceceran di lantai. Dia melihat tasnya berada di atas meja kopi dan mendekat. Di sana, Shana, biasa orang-orang memanggilnya, mendapati segepok uang yang ditinggalkan Oriaga.

"Aku bukan pelacur,”gumamnya.

Shanaya kembali menangis, merasa jijik dengan diri sendiri. Dia datang ke hotel itu kemarin untuk menghadiri ulangtahun teman kuliahnya, tapi setelah menenggak minuman yang disajikan tiba-tiba Shanaya kehilangan setengah kesadaran. Dia diantar masuk ke dalam lift oleh temannya dan malah berakhir mengalami nasib buruk dinodai pria tak dikenal.

Di sisi lain, Oriaga datang ke kantor dengan wajah sumringah. Ia pernah menikah, tetapi bercerai, namun ia belum pernah merasakan perasaan senikmat ini selama pernikahannya dulu.

"Kenapa mukamu masam seperti itu? Apa kamu sudah bosan menjadi sekretarisku? Kalau iya bilang saja, aku akan minta dicarikan sekretaris baru.” Presiden direktur Pradipta Grup itu menatap dingin pada sang lawan bicara.

Aston menggeleng cepat. Ia menggaruk belakang kepalanya, Aston bukan bosan menjadi sekretaris atasannya ini, tetapi ia hanya bingung. Pekerjaannya adalah sekretaris, tetapi Oriaga gemar memberi pekerjaan aneh di luar tugas pokoknya sebagai sekretaris.

Aston baru sadar, pantas tidak ada yang betah menjadi sekretaris presdirnya ini lebih dari tiga bulan, karena ternyata selain mengatur jadwal dan pekerjaan, sebagai sekrertaris juga harus mengurus kebutuhan lainnya.

Aston juga merasakan hal itu kemarin ketika Oriaga meminta dicarikan wanita malam yang masih perawan.

"Pak, em ... anu — "

"Apa?"

Oriaga bertanya tanpa menoleh. Ia melepas jas lantas menggantungnya di tempat biasa, bibirnya tiba-tiba memulas senyum manis memikirkan percintaan panasnya semalam.

Oriaga menyerongkan tubuh kemudian berkata,” Oh ya, kamu ternyata pandai melakukan tugas mencarikanku kupu-kupu malam. Aku merasa sangat terhibur. Jadi hari ini aku akan membiarkanmu pulang lebih awal."

"Apa, Pak?"

Aston terperanjat mendengar ucapan Oriaga. Padahal baru saja dia ingin meminta maaf dan menjelaskan kalau wanita malam yang sudah dia pesan tidak bisa dihubungi, bahkan memblokir nomornya setelah diberi duit pangkal.

“Tapi jika dipikir miris sekali. Zaman sekarang gadis semuda itu sudah memilih pekerjaan menjadi pelacur,” ucap Oriaga.

"Pak, maaf! Sebenarnya semalam saya sudah menghubungi Anda, tapi Anda tidak menerima panggilan itu. Saya ingin memberitahu kalau wanita yang sudah saya booking untuk Anda memblokir nomor setelah diberi DP," papar Aston lalu menunduk ketakutan.

"Apa kamu bilang?"

Tentu perkataan Aston membuat Oriaga terperanjat. Semalam wanita bayaran itu jelas-jelas datang ke kamar yang memang dikhususkan untuknya di hotel. Mereka bahkan bercinta sampai pagi.

"Jangan bercanda! Wanita itu datang bahkan sudah menungguku di depan pin .... "

Oriaga melebarkan manik mata. Dia seketika panik mengingat bagaimana tingkah Shanaya yang memang berbeda dari wanita-wanita malam yang biasa dia tiduri.

“Tunggu! Apa kamu punya foto gadis yang sudah memblokir nomormu itu?” Tanya Oriaga. Ia menarik napas mencoba untuk tenang meski terasa sedikit sulit.

Aston bergegas mendekat untuk menyodorkan ponsel. Tak lama sekretaris berkacamata minus itu tersentak mundur karena kaget mendengar sang atasan mengumpat. Oriaga tampak bingung lalu melempar ponsel Aston ke meja.

“Bawakan aku rekaman kamera pengawas King hotel semalam! Aku harus mengecek siapa gadis yang tidur denganku!”

Kepala Oriaga mendadak pening. Ia seketika malas bekerja, bahkan sekadar membubuhkan tanda tangan di berkas yang sudah diperiksa pun enggan.

Pria itu hanya duduk menunggu Aston sambil mengingat malam menggairahkan yang dilaluinya bersama Shanaya. Ia terlalu nafsu sampai tidak curiga kenapa seorang wanita bayaran mabuk dan menenggak obat perangsang saat melayani pelanggan

Satu jam kemudian Aston datang membawa rekaman yang dia minta.

Tanpa menyuruh si sekretaris, Oriaga menyalakan laptop dan menghubungkan flash disk ke lubang USB. Tangan kanannya mulai sibuk menggeser kursor untuk membuka data rekaman, sedangkan tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja untuk meredam kegelisahan.

“Gadis ini … “

Oriaga sampai mendekatkan wajah ke layar untuk memastikan. Ia melihat rekaman yang menunjukkan Shanaya berjalan dari lobi menuju area kolam renang beberapa jam sebelum dirinya datang.

“Gadis itu sepertinya menghadiri pesta yang diadakan keponakan Anda,” ucap Aston.

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Isti Khomah
lanjut Thor
goodnovel comment avatar
Sari 💚
akhirnya punya waktu juga buat singgah. kasihan banget kamu Shanaya, lain kali jangan terlalu percaya meski itu teman. kamu dikerjain temanmu kayaknya. Untung saja Aston langsung ngasih tau yang sebenarnya sama Oriaga
goodnovel comment avatar
Nellaevi
wah siapa ini yg menjebak shana
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status