Share

Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan
Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan
Author: Diana Mogami

Prolog

“Pokoknya kita nggak akan nikah sebelum Adek nikah duluan. Cowoknya harus yang bisa kita percaya buat jagain dan sayang sama Adek. Karena kalau kita nikah duluan, pasti nanti Adek bakal sembarangan milih cowok tanpa kita tahu gimana cowok itu, keluarganya, kerjaannya. Yah, intinya bibit, bebet, dan bobotnya.”

Raika mengerutkan keningnya ketika kakak sulungnya mengatakan hal tidak masuk akal tersebut di depan orang tua mereka. Dan kedua kakaknya yang lain malah mengangguk setuju tanpa ragu. Membuat kepala gadis itu tiba-tiba menjadi pening tanpa diminta. Bahkan Raika belum bisa berkata apa-apa untuk menyanggah ucapan kakaknya tersebut karena masih terkejut.

Bukan tanpa sebab kakaknya mengatakan hal itu. Semua ini karena bibi mereka yang tiba-tiba menawarkan Raika untuk dikenalkan pada anak laki-laki teman sang bibi. Ketiga kakak laki-lakinya tentu saja tidak setuju, karena menurut mereka Raika tidak boleh sembarangan dikenalkan pada laki-laki. Padahal bibi mereka bilang jika laki-laki tersebut anak keluaran pesantren. Sudah pasti lelaki tersebut soleh, agamanya baik, dan tidak mungkin macam-macam.

Tetapi dasar memang ketiganya ini protektif pada Raika, mereka tetap menyatakan ketidaketujuannya. Padahal Raika sendiri belum mengatakan apa pun dan ketiganya seperti tidak ingin mendengar pendapat adik bungsu mereka. Sungguh kakak-kakak yang sangat pengertian sekali.

Dan sekarang tanpa diskusi terlebih dahulu, mereka mengatakan hal konyol tentang tidak akan menikah sebelum dirinya. Ingin rasanya tertawa tepat di depan wajah ketiganya dan menoyor kening mereka. Apa mereka sadar bahwa yang mereka katakan sangat berbanding terbalik dengan kenyataannya? Bahkan Raika ragu akan mendapatkan lelaki yang tepat dalam waktu dekat ketika mengetahui semua lelaki itu akan diseleksi oleh ketiga kakaknya.

Bagaimana Raika akan mendapatkan lelaki yang sesuai kriteria kakak-kakaknya? Bahkan lelaki keluaran pesantren saja ditolak mentah-mentah oleh ketiganya. Apalagi laki-laki lain? Entah standar seperti apa yang mereka inginkan. Padahal Raika sendiri tidak punya kriteria atau standar untuk lelaki yang akan mendekatinya atau menjadi pacarnya nanti. Membayangkannya saja sudah sulit karena dirinya akan langsung teringat ketiga kakaknya ketika ada laki-laki yang mencoba mendekatinya.

Selama ini Raika sangat sulit mendapatkan seorang pacar karena ketiga kakaknya selalu ikut campur. Padahal untuk urusan yang lain ketiga kakaknya sangat terbuka. Namun, jika urusannya tentang lelaki, ketiganya akan sangat tegas dan tidak pernah mau mendengarkan pendapatnya. Meski terkadang kesal, dirinya mengerti jika ketiganya hanya terlalu menyayanginya dan tidak ingin adiknya disakiti oleh lelaki manapun.

“Dan kenapa adek kalian harus setuju dengan semua kata-kata kalian? Adek kalian itu bebas untuk menentukan siapapun pasangannya nanti,” komentar sang ayah seraya melipat kedua tangannya di dada.

“Karena itu semua untuk kebaikan Adek,” balas si kakak sulung.

“Kebaikan apanya? Selama ini tiap aku punya cowok selalu kalian jahatin,” tukas Raika setengah emosi.

“Bukan ngejahatin, Dek. Kita itu menjaga kamu dari laki-laki yang berpotensi berbuat kurang ajar sama kamu,” ucap kakak kedua Raika meluruskan sanggahan sang adik.

Wajah gadis itu berubah cemberut kala ucapannya diputarbalikan dengan mudah. Kini Raika kembali menatap ayahnya untuk mendapat pembelaan. Sementara ibunya lebih banyak diam. Perempuan paruh baya itu hanya mendengarkan perdebatan anak-anaknya.

“Ayah bisa aja setuju dengan ucapan kalian,” ujar sang ayah tenang.

Raika menatap tidak percaya pada ayahnya dan wajah ketiga kakaknya sekarang berubah cerah mendengar ucapan mereka mendapat sedikit angin segar dari ayah mereka.

Gadis itu ingin menyuarakan pendapatnya ketika sang ayah melanjutkan, “Tapi apa kalian harus sampe segininya? Merelakan kehidupan asmara kalian sendiri untuk Adek?”

Suara lelaki paruh baya itu terdengar sedikit sendu. Tentu ia ingin semua anaknya memiliki pasangan, bukan hanya anak perempuannya. Mendengar ucapan anak sulungnya membuat lelaki itu bangga sekaligus sedih. Bangga karena ketiganya begitu menyayangi adik mereka meski ketiganya terkadang berlebihan. Merasa sedih karena ketiganya menjadi tidak ada keinginan untuk mencari pasangan untuk diri mereka sendiri.

Anggukan mantap dari ketiganya menjadi jawaban atas pertanyaan sang ayah. Melihat bagaimana kegigihan ketiga kakaknya membuat Raika bagai ditindih dua batu besar di pundaknya. Namun perempuan itu juga tidak bisa mengecewakan ketiganya yang ia tahu sangat menyayangi dirinya.

Ayah menganggukkan kepalanya. “Oke. Ayah ngerti.” Mata lelaki itu menatap ketiga anak lelakinya bergantian seraya mengacungkan telunjuk kanannya. “Dengan satu syarat. Ketika adik kalian sudah menemukan pasangan pilihannya, kalian harus menerima keputusan tersebut. Dan ayah nggak mau dengar penolakan apapun dari kalian soal ini,” katanya dengan tegas.

Tanpa berpikir dua kali ketiganya serentak menganggukkan kepalanya.

“Adek?” panggil ayahnya pada Raika. “Gimana?”

Sang anak yang ditanya berpikir selama tiga detak jantung sebelum menganggukkan kepalanya. Meski ragu, tapi tidak ada salahnya untuk setuju Setidaknya ayah mereka memberi jalan tengah untuk ucapan janji konyol kakaknya.

Karena sudah seperti itu akhirnya semua-ayah, ibu, Raika- setuju (secara terpaksa) pada keputusan sang anak sulung dengan syarat yang diajukan ayah mereka. Wajah ketiganya yang terlihat senang berbanding terbalik dengan wajah Raika yang cemberut dan sinis pada ketiganya.

Kini Raika bingung harus mengambil langkah bagaimana supaya keinginan ketiga kakaknya bisa terwujud. Sekarang saja dirinya tidak sedang dekat dengan lelaki mana pun. Apalagi memiliki seorang pacar yang jelas jauh dari angan-angannya. Bisa saja Raika meminta dikenalkan dengan laki-laki pada temannya, tapi jelas tidak akan mudah jika ketiga kakaknya nanti mengetahuinya. Malah ucapan konyol ketiganya seperti menjadi beban untuk Raika sendiri meski Raika tidak mengucapkannya.

“Ya Tuhan, tolong dekatkanlah jodohku dan berilah ketiga kakakku hati yang terbuka untuk menerima lelaki pilihanku dan yang sudah Engkau ridhoi. Dan wahai jodohku, datangnya jangan lama-lama, ya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status