Share

BAB 5

Darren terlihat serius sedang membaca berkas-berkas perkara Kliennya. Siang ini dia jadwal Sidang untuk kasus  penipuan yang dituduhkan kepada Klieennya. Ketika ia sedang fokus tiba-tiba dari arah luar ruangan kerjanya terdengar suara ketukan pintu.

Tok...tok....tok....

"Ya masuk," ucap Darren.

Masuklah Tania asistent Darren bersama seorang wanita cantik  yang modis, Darren agak sedikit terpukau dengan kecantikannya hanya saja ia tidak terlalu tertarik karena di hatinya sudah ada Carrisa, entah kenapa segala hal yang berbau Carrisa pasti akan membuat Darren tertarik, Dareen seringkali dikelilingi wanita cantik tetapi ia selalu menolakk dan berusaha menghindar untuk menghargai Carrisa bagaimanapun  didepan Carrisa ia tidak ingin dicap playboy.

"Pak ini Nona Zelin dia ingin bertemu Pak Darren untuk konsultasi masalah perceraian dengan suaminya," ucap Tania.

"Oh ya silahkan duduk," perintah Darren.

"Terimakasih," ucap Zelin pada Darren yang langsung duduk dikursi depan meja kerja Darren.

"Pak, saya permisi keluar dulu," ijin Tania.

"Silahkan, Tania tolong buatkan teh untuk Nona zelin," perintah Darren.

"Baik Pak," ucap Tania kemudian pergi ke luar ruangan.

*

Jack sudah bersiap untuk berangkat ke Rumah sakit dengan menggunakan jubah putih kebesarannya, Jack benar-benar terlihat tampan dengan kacamata kecil yang  ia pakai  sangat terlihat sempurna untuk penampilan Dokter, maka banyak yang tergila-gila padanya di Rumah sakit. Namun bukan Jack namanya jika ia  tidak bersikap dingin pada para wanita yang selalu mendekatinya. Ia selalu mengahabiskan waktu hanya denga teman-temannya bahkan ada kabar yang mengatakan Jack itu memiliki kelainan seksual mengingat hampir jarang terlihat dari masa SMA hingga menjadi seorang Dokter tak pernah satupun wanita yang pernah ia kencani. Ia selalu berdalih jodohnya sendiri yang akan datang padanya bila memang sudah berjodoh dia pasti akan datang sendiri. Entahlah mungkin itu prinsipnya.

Pukul 09.30WIB

Jack bersiap meninggalkan kediamannya untuk melajukan mobilnya ke rumah sakit, tapi seketika ia mengingat Carrisa yang menginap dirumah Anya belum kembali, walaupun Carrisa selalu membuatnya kerepotan tapi ia sangat menyayangi adik semata wayangnya. Salah satu bukti rasa sayangnya ketika ia lulus SMA Papa Mamanya memaksa Carrisa untuk melanjutkan kuliah  di fakultas kedokteran , dan ia malah menolak dengan alasan tidak bisa mencium bau ethanol dan tidak bisa melihat darah.

Penolakannya saat itu membuat kedua orangtuanya marah besar dan akan mengirim Carrisa untuk kuliah ke luar negeri. Carrisa yang tidak mau kuliah di luar negeri memohon pada Jack untuk bicara kepada kedua orang tuanya. Jack yang tidak pernah bisa melihat Carrisa bersedih pun membujuk orangtuanya agar Carrisa tidak dikirim ke luar negeri hanya saja akibat permohonannya tersebut untuk membatalkan Carrisa ke luar negeri, ia harus bersedia mengurus dan mengambil alih Rumah sakit yang diJakarta, karena Orangtuanya saat ini sedang fokus untuk kemajuan Rumah sakit di Singapore yang baru mereka dirikan bersama sahabat mereka satu tahun lalu.

Jack mengambil ponselnya dari dalam saku jas putihnya ia mulai menghubungin Carrisa tetapi nomor ponsel Carrisa tidak aktif. Ia pun terpikir untuk menghubungi Anya hampir 3x panggilan telepon tidak diangkat, panggilan ke empat akhirnya dijawab oleh Anya.

(Hallo Anya?)

(Iya Kak Jack,)

(Apa Carrisa menginap disana)

(O-oh iya Kak, tapi Carrisanya lagi mandi Kak)

(Baiklah sampaikan padanya untuk aktifkan ponselnya, dan setelah itu langsung pulang ke rumah)

(Baik Kak Jack, nanti Anya sampaikan)

(Terimakasih)

Jack menutup panggilannya, ia sempat melirik jam tangannya sekilas kemudia ia melajukan mobil sedan mewah berwarna hitam miliknya keluar dari pelataran rumahnya menuju rumah sakit milik keluarganya.

*

Carrisa dan Marco sedang berada didalam mobil menuju arah rumah Carrisa, di dalam mobil Carrisa selalu saja berisik terus bertanya pada Marco tentang apa saja yang terjadi semalam. Membuat Marco pusing dan akhirnya Marco mengatakan bahwa Carrisa sudah menciumnya di Club semalam. Ucapan Marco membuat Carrisa kaget ia merasa benar-benar harga dirinya runtuh seketika jika memang itu benar.

"Tapi sepertinya memang benar, karena jika tidak Kak Marco tidak akan menawarkanku untuk mengecek CCTV Club," dalam hati Carrisa yang  benar-benar lemas mendengar perkataan Marco.

"Oh ya satu lagi pertanyaanku Carrisa apakah kau menyukai salah satu dari kami?" tanya Marco.

"Maksud Kak Marco, kami?" tanya Carrisa bingung.

"Iya antara aku dan Darren," perjelas Marco, Carrisa tiba-tiba terbatuk mendengar ucapan Marco.

"Uhuk,,uhuk wah Kak Marco, sangat spesial sekali pertanyaanya membuatku kaget," ucapan  Carrisa  yang membuat senyuman manis di wajah Marco.

"Aku hanya bertanya, apakah pertanyaanku benar kamu menyukai salah satu diantara kami.  Aku hanya ingin tahu siapa orang itu dan aku ingin kau menyebutkan namanya padaku sekarang, walaupun aku sudah tahu siapa dia karena semalam saat kau mabuk kau sangat terbuka sekali mengatakan perasaanmu," pancing Marco sambil tersenyum meledek dan pastinya masih dalam keadaan fokus menyetir mobilnya.

Pertanyaan Marco membuat wajah Carrisa memerah bagai tomat dan merutuki dirinya sendiri dalam hati.

 "Akh sial apa gue juga ngomong gue suka Kak Marco, Risa bodoh kenapa mulut lo ember sih, apa gue jujur aja apa ya? jujur aja deh kepalang tanggung dia juga udah pasti tahu kalo gue suka dia, dia pasti sengaja mancing gue kaya gini, biarinlah zaman udah modern  enggak masalah cewek nembak cowok iya 'kan," dalam hati Carrisa dan masih terdiam dan memikirkan ucapan selanjutnya.

"Hey Risa, jawab pertanyaan aku jangan malah bengong," Marco membuyarkan lamunanku.

"Iya-iya, apa semalam aku mengatakan aku menyukai Kak Marco? Kalau iya betul aku mengatakan itu, aku memang menyukai Kakak, terserah tanggapan Kakak tentangku bagaimana aku tidak perduli , aku juga tidak terlau berharap rasa sukaku dibalas denganmu, aku cukup tahu diri akan hal itu," jujur Carrisa dengan wajah merah seperti tomat.

Pengakuan Carrisa membuat hati Marco senang setidaknya dia tahu perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan, karena sejujurnya ia sudah  menyukai Carrisa sejak lama.

"Benarkah kamu tidak terlalu berharap aku membalas perasaanmu? tapi semalam ucapanmu berbeda, apa kau tidak ingat saat kau bangun dari tidurmu aku sudah disampingmu.

 "Akh ternyata aku bisa tahu bagaimana kamu menahan perasaanmu selama ini, jika kulihat dari caramu menciumku," pancing Marco.

Sejujurnya Marco berbohong malam itu tidak terjadi apa-apa mereka berciuman hanya di Club saja, dan Carrisa tidak pernah menyebutkan nama laki-laki yang ia sukai, ia hanya menyebutkan nama Jack saja, Marco berbohong hanya ingin tahu siapa pria itu, pria yang Carrisa sukai .

"Kak bisa nggak, enggak usah dibahas lagi, aku sadar diri untuk berharap rasa sukaku dibalas lagi oleh Kakak, belum lagi nanti aku harus berurusan dengan Jack jika dia tahu aku memiliki perasaan khusus padamu bisa mati aku," gerutu Carrisa yang kesal Marco selalu membahas ciumannya.

"Bagaimana jika aku ingin membalas perasaanmu? apakah kau bersedia menerima perasaanku," tanya Marco tersenyum dan memberhentikan laju mobilnya dipinggir jalan.

Bersambung,

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status