Teman tapi Khilaf

Teman tapi Khilaf

Oleh:  Aggiacossito  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
87Bab
23.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ketika rasa nikmat membuat dua insan terus menerus ketagihan untuk berbuat khilaf. Seperti orang kecanduan. Padahal mereka sama-sama sadar kalau hubungan ini belum tentu berakhir indah. Namun, rasa itu terus membuncah. Hubungan yang orang-orang katakan 'terlarang' ini seolah tidak ada habisnya menciptakan rasa saling menginginkan yang kuat. Menggebu-gebu tanpa peduli kalau kekhilafan ini hanyalah kenikmatan sesaat. Kalau sudah begini ... harus bagaimana lagi?

Lihat lebih banyak
Teman tapi Khilaf Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Mbah Dien
ceritanya sangat menarik
2023-09-19 15:46:31
0
87 Bab
Bab 1 - Sentuhan dari Sepasang Tangan Kekar
"Astaga...." Gisca mengembuskan napas frustrasi.Kesialan macam apa ini? Sudah datang jauh-jauh untuk interview di sebuah perusahaan, Gisca baru mendapat kabar kalau jadwal interview-nya diundur besok.Oke, ini kelihatannya sepele karena Gisca hanya perlu datang lagi besok, bukan?Masalahnya adalah ... jarak antara rumah ke tempat interview-nya cukup jauh. Dengan menaiki transportasi umum, Gisca bahkan sengaja berangkat pagi-pagi sekali agar tidak terlambat.Rasanya Gisca ingin menginap di tempat terdekat saja agar besok tidak mengulang perjalanan yang melelahkan. Buang-buang waktu, energi dan ongkos saja.Andai Gisca punya uang banyak, wanita berusia 26 tahun itu pasti memilih mencari penginapan yang mahal. Namun, sempat menyandang status pengangguran selama beberapa bulan membuatnya berpikir ratusan kali untuk mencari penginapan sekalipun dengan harga murah."Gisca!"Itu adalah suara Sela, teman Gisca. Sela sebenarnya satu kampung halaman dengan Gisca, tapi sudah lama ia pindah ke k
Baca selengkapnya
Bab 2 - Jebakan Permulaan
Gisca sangat terkejut. Namun, detik berikutnya Gisca mulai waspada, diambilnya guling yang ada di kasur untuk berjaga-jaga siapa tahu pria itu bermaksud macam-macam padanya.Gisca mulai bepikir, siapa pun pria di hadapannya ini, sangat jelas pria tersebut memiliki akses masuk ke apartemen Sela. Jadi sudah pasti ini adalah orang yang Sela kenal.Atau jangan-jangan ... pria di hadapan Gisca ini adalah pacar Sela? Hanya itu kemungkinan yang paling masuk akal mengingat apa yang hendak pria itu lakukan cenderung mengarah pada hal vulgar. Gisca yakin, pria ini salah mengira kalau dirinya adalah Sela."Tunggu, tunggu ... seharusnya aku yang nanya begitu. Kamu siapa dan kenapa bisa ada di kamar ini?" tanya sang pria.Sial … kenapa pria itu harus top-less, sih? Jujur, ini kali pertama Gisca melihat pemandangan sialan begini secara langsung. Selama ini ia terbiasa melihatnya di serial drama favoritnya. Dan Gisca refleks menelan ludahnya.Apa Tuhan memang terkadang sengaja memberikan anugerah ga
Baca selengkapnya
Bab 3 - Mau Ngamar dulu?
Entah pria gila dari mana yang Gisca tengah hadapi saat ini, yang pasti ia masih tidak habis pikir ada pria yang berstatus sebagai 'pacar orang' kini terang-terangan sedang berusaha mendekatinya.Parahnya lagi, Saga adalah pacar dari Sela. Teman Gisca sendiri! Bukankah sangat tidak waras pria itu berusaha merayunya?Ya, apa namanya kalau bukan merayu? Dasar playboy sinting!Percuma tampan kalau ketampanannya digunakan untuk hal kotor seperti itu.Gisca tentu jangan sampai terbuai. Persetan dengan wajah tampan dan tubuh yang sempurna. Seharusnya ia tidak boleh tergoda. Sangat tidak boleh!Saat ini, tidak peduli hari sudah malam, selagi Sela belum pulang, Gisca menunggu panggilannya diangkat oleh Saga. Tentunya ia menghubungi nomor Saga yang tertera di balik kertas tadi."Halo, dengan Saga di sini," sapa Saga di ujung telepon sana yang sangat sok imut."Kamu gila?! Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?" kesal Gisca tanpa mau berbasa-basi."Wah, sepertinya aku tahu siapa yang menelepon,"
Baca selengkapnya
Bab 4 - Foto Vulgar
"Sela nelepon. Sebaiknya aku turun aja deh. Urusan kita udah selesai, bukan?""Tanggung, sebentar lagi sampai. Kamu jawab telepon saat mobilku berhenti, ya. Jangan sampai dia mendengar kalau kamu lagi dalam perjalanan."Tak lama kemudian, Saga memberhentikan mobilnya tepat di depan apartemen. Ponsel Gisca pun sudah tidak bergetar lagi, layarnya bertuliskan ada satu panggilan tak terjawab.Tentu saja Gisca bersiap turun, tapi Saga malah menahannya."Kenapa lagi?""Sela pasti nelepon lagi. Jawab di sini aja. Kalau dia udah tiba di apartemen, bilang aja kamu habis beli sesuatu ke minimarket sambil sekalian jalan-jalan cari angin."Ternyata memang benar, rupanya Sela kembali menelepon Gisca. Sebelum mengangkatnya, Gisca menarik napas sejenak. Berusaha tenang, jangan sampai gugup apalagi terdengar mencurigakan."Jawab setenang mungkin. Biasa aja," tambah Saga.Gisca tidak menjawab perkataan Saga. Ia memilih menggeser layar ke warna hijau sekarang juga."Halo, Gisca?" sapa Sela di ujung tel
Baca selengkapnya
Bab 5 - Liciknya Saga
Berawal dari kecurigaan Saga pada Sela yang belakangan ini sulit dihubungi. Ralat, dihubungi memang bisa, tapi hubungan mereka tidak seperti biasanya.Mereka memang tidak sedang bertengkar, saat menelepon pun masih sayang-sayangan. Namun, Saga merasa Sela sedang menjaga jarak bahkan menjauhinya.Saat Saga menelepon Sela untuk mengajak bertemu, dengan tegas Sela mengatakan tidak bisa lantaran sibuk bekerja. Selalu begitu. Pulang kerja pun Sela berdalih lelah.Baik, sebelum mereka berpacaran pun sebenarnya Sela sudah bekerja, tapi wanita itu biasanya masih bisa menyempatkan waktu untuk bertemu. Sekarang hampir satu tahun hubungan mereka, Sela benar-benar lebih dari sekadar sibuk sampai-sampai selalu menolak jika diajak menghabiskan waktu bersama. Intensitas pertemuan mereka sudah semakin jarang, terakhir Saga bertemu Sela yaitu sekitar seminggu yang lalu.Terkadang Saga sengaja mendatangi apartemen Sela untuk sekadar beristirahat atau menunggu pacarnya itu.Jika Sela pulang kerja Saga m
Baca selengkapnya
Bab 6 - Pertemuan Tak Terduga
Gisca yakin, ada yang tidak beres dari otak Saga! Ya, orang normal mana mungkin melakukan apa yang Saga lakukan?Gisca secepatnya sadar agar berhenti memikirkan pria sinting itu. Ia akan mencari cara untuk lepas dari Saga tanpa menimbulkan kegaduhan, terutama jangan sampai Sela tahu.Menurut Gisca, memberi tahu Sela adalah opsi terakhir. Untuk sementara ia akan mencari cara dulu supaya bisa melepaskan diri."Enak, kan?" tanya Sela pada Gisca, saat ini mereka sudah ada di apartemen Sela dan tengah menikmati jajanan yang beberapa menit lalu mereka beli bersama-sama."Lumayan juga. Enak tapi kalau tiap hari bahaya," balas Gisca.Sela terkekeh. "Aku juga nggak tiap hari, kok. Nanti timbangan naik banyak baru menyesal."Sejenak Gisca menoleh pada kantong belanjaan berisi makanan dan minuman ringan yang Saga berikan. Sial, hal itu otomatis membuatnya teringat pria gila itu lagi.Gisca memang belum memblokir nomornya. Sedari tadi pun berusaha mengenyahkan segala hal tentang Saga dalam pikira
Baca selengkapnya
Bab 7 - Tempat yang Aman
Usianya 31 tahun. Dokter perusahaan. Ya, setidaknya itu informasi yang Gisca ketahui tentang pria bernama Barra. Pria yang saat ini berjalan di sampingnya.Awalnya Gisca berpikir kalau Barra bisa jadi orang suruhan Saga yang mungkin semakin menjerumuskannya pada pria sinting itu. Namun, saat Barra memintanya untuk ikut ... Gisca seolah terhipnotis sehingga mengikuti langkah pria itu.Entah mengapa sebagian dari dirinya yakin kalau Barra bukanlah pria jahat. Terbukti saat mereka berjalan, di sepanjang perjalanan banyak karyawan Starlight yang menyapa Barra dengan penuh hormat dan dibalas dengan hangat oleh pria itu.Konyol juga kalau Barra berkomplot dengan Saga. Bukankah sangat kurang kerjaan?Namun terlepas dari itu, Gisca berusaha tetap waspada. Ia tidak boleh percaya sepenuhnya pada Barra.Melewati pintu belakang, Gisca dibawa ke salah satu mobil yang terparkir di sana. Gisca jadi baru tahu ternyata di belakang juga ada tempat parkir.Sampai pada akhirnya, Gisca sudah duduk di kurs
Baca selengkapnya
Bab 8 - Kenapa Kamu Menghindariku, Sayang?
Ketika dihadapkan dengan dua pilihan antara memaksa pulang dengan risiko diikuti oleh pria sinting, atau ikut dengan pria asing dengan cover baik ... sebenarnya Gisca tidak sepenuhnya yakin apakah keputusan yang dipilihnya tepat.Namun, di sinilah Gisca sekarang. Ia masih berada di kursi penumpang dan saat ini Barra sedang menyetir dengan tenang meskipun Saga terus mengikuti mereka.Barra bilang, Gisca akan dibawa ke tempat aman. Tempat yang tidak akan bisa didatangi oleh Saga. Dan Gisca berusaha percaya. Hanya itu yang bisa Gisca lakukan sekarang.Katanya, apa yang dipikirkan dan tanamkan di otak, itulah yang kemungkinan akan terjadi. Seperti sugesti. Untuk itu, Gisca akan menanamkan di otak bahwa Barra tidak seburuk Saga. Barra adalah orang baik yang kebetulan dikirim Tuhan untuk menolongnya.Untuk kesekian kalinya Gisca melirik kaca spion, dan mobil Saga masih setia membuntuti mereka. Gisca bertanya-tanya, terlepas dari tempat aman yang Barra sebutkan, sebenarnya pria itu akan memb
Baca selengkapnya
Bab 9 - Farra
Hanya satu kalimat pertanyaan via chat seperti itu saja membuat Gisca ketakutan.Belum hilang kepanikan dan rasa takut Gisca, layar ponselnya berganti tampilan lantaran ada panggilan masuk diikuti getarannya.Ekspresi takut Gisca berubah menjadi penuh frustrasi. Bukan ... yang meneleponnya bukanlah Saga, melainkan Rumina."Iya?" sapa Gisca hati-hati."Kamu udah kerja?"Sungguh pertanyaan yang sangat to the point, tanpa basa-basi."Belum, Bu. Interview-nya diundur. Baru hari ini, bukan kemarin.""Masa bodoh, nggak peduli mau kapan aja, yang penting kamu kerjanya kapan? Gajiannya setiap tanggal berapa? Kapan mulai kirim uang?"Astaga...."Pengumuman penerimaannya aja belum, mending Ibu doain aja supaya aku diterima.""Kapan pengumumannya?" cecar Rumina terus."Paling lambat lusa, Bu. Sekarang pun aku mau pulang dulu, sambil nunggu pengumuman. Lagian barang-barangku masih di rumah.""Buang-buang ongkos aja. Seharusnya kamu bawa sekalian barang-barangnya!" marah Rumina. “Udah tahu keuanga
Baca selengkapnya
Bab 10 - Gadis Susah diatur!
Barra sempat terdiam selama beberapa saat, sampai kemudian ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi.“Farra itu?” Gisca bertanya karena Barra terus bungkam.Berbagai kejadian seperti berputar dalam otak Barra. Bagai kilasan film yang bergantian menayangkan adegan demi adegan di masa lalu. Satu hal yang pasti. Ia tidak siap menceritakannya."Apa yang terjadi padanya itu sesuatu yang buruk. Sangat buruk. Lebih buruk dari yang kamu alami," sambung Barra.Ada kepedihan sekaligus dendam dari nada bicara Barra, yang membuat Gisca tahu diri untuk berhenti bertanya lebih detail."Untuk itu saya ingin menyarankan agar kamu jangan tinggal di kota ini," tambah Barra.Gisca terkejut. "Apa?""Saya tahu saya terkesan lancang dan ikut campur urusan pribadi kamu. Tapi itu lebih baik daripada kamu harus terlibat dengan pria gila seperti Saga.""Tapi aku ingin kerja di Starlight, Pak," kata Gisca. "Selain itu, Bapak pikir ini adil? Saga yang jahat, kenapa aku yang harus mengorbankan harapanku untuk be
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status