Share

Bab 4

            Pada minggu pagi, seperti biasanya Lyona sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri lalu berhenti dan menatap langit-langit kamarnya. Ia ditinggal sendirian oleh kedua orang tuanya yang sedang berkunjung ke paman Lyona di kota. Juki merupakan kakak kedua dari ayah Lyona yang merantau ke kota setalah lulus sekolah untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar daripada di desa. Ayah Lyona tinggal di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan ia merantau ke pesisir untuk menjadi pelaut. Mimpi ayahnya itu bermula ketika ia diajak kakek Lyona berlibur ke pantai dan ia melihat para pelaut yang sedang berlayar dan nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan dengan perahu. Ayah Lyona sangat suka menaiki perahu dan suasana laut. Dalam benaknya, ia merasa sangat luas ketika berlayar di laut. Oleh karena itu, ia pun mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelaut namun sayangnya ia tidak lolos tes untuk menjadi seorang pelayaran. Karena ia merupakan orang yang ikhlas dan gigih, akhirnya ia pun tetap menetapkan diri untuk bekerja di pesisir dan akhirnya menjadi nelayan. Hingga sekarang, ia masih menyukai laut. Karenanya walaupun uang yang dihasilkan tidak seberapa dibandingkan gaji pelaut, ia tetap dengan tekun melakukannya dengan hati yang ikhlas.

          Lyona membuka ponselnya dan masuk ke situsnya. Ia melihat dengan seksama dan situsnya belum ada yang mendaftar. Lalu ia pun bangkit dan mengambil handuk. Ia mengambil sepasang baju ganti dan bergegas mandi. 15 menit kemudian ia kembali ke kamarnya dengan berlari kecil. Lalu ia membuka laptopnya dan masuk ke situsnya. Ia menunggu dengan sabar para calon anak didiknya. Lama ia menatap, akhirnya ia bosan dan perutnya lapar. Lyona pun keluar kamarnya dan mengambil nasi juga lauk, dimakannya dengan lahap. Lyona jika sudah makan, maka ia tidak akan teralihkan oleh apapun dan akan fokus ke makanannya apalagi jika sudah menu favoritnya. Ia makan dengan lahap dan melahap sesendok dan sesendok lainnya dengan teratur. Makanannya pun telah habis dan ia mengambil segelas penuh air. Ia kembali duduk dan minum air di gelasnya dengan seteguk demi seteguk. Ia menaruh gelasnya di atas meja dan menuju kamarnya, ia melihat laptopnya dan situsnya masih tetap seperti sebelumnya. Ia pun kembali ke meja makan dan membersihkan piring dan gelasnya. Ia membawa peralatan makannya ke wastafel untuk dicuci dan selesai mencuci, ia mengambil lap untuk mengalap meja makan.

          Lyona kembali ke kamarnya dan menghela napas panjang. Ia kembali duduk di depan laptopnya dengan hilang semangat. Namun, ketika ia melihat menghidupkan laptopnya, ia melihat ada yang mengirim pesan kepadanya. Mata Lyona menemukan cahayanya kembali dan ia menganga tidak percaya. matanya terbelalak dan ia menutup mulut menganganya dengan tangan. Ia bergetar tidak percaya, ia mencoba menarik napas menenangkan diri dan menghembuskannya. Ia pun membalas klien pertamanya itu. Masih tidak percaya, ia berkali-kali membaca pesan tersebut dan senyumnya semakin melebar.

          “Ini beneran? Astaga…..” ucapnya tidak percaya.

          Klien pertama yang Lyona terima terasa sangat berharga baginya. Ia pun dengan antusias menunggu klien tersebut menjawab pesannya dan ia akan berusaha untuk seramah mungkin. Ia pun mulai menanyakan nama, jenjang pendidikan, dan mata pelajaran yang kliennya pilih. Selama 2 menit belum ada jawaban. Lalu Lyona berdiri dan mengambil segelas air, ia mendadak merasa gugup menyambut klien pertamanya. Lalu kliennya menjawab, ia bernama Malva dan duduk di bangku SMP. Lyona berpikir bahwa ini sangat pas, mengingat dirinya yang masih SMA dan pastinya sudah paham dengan materi-materi SMP. Lyona kembali membalas dan menanyakan mata pelajaran apa yang akan ia ambil serta waktu lesnya. Malva menjawab bahwa ia ingin semua mata pelajaran, namun spesifik ke matematika dan ia ingin sekitar pukul 19.00. Lyona pun berpikir sejenak. Ia merasa sedikit lupa dengan materi-materi mata pelajaran SMP. Namun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan berusaha semaksimal mungkin dan akan membantu kliennya hingga ia bisa. Lalu masalah waktu, Lyona masih berpikir cara untuk membagi waktunya dengan mengerjakan tugas-tugasnya. Akhirnya ia mengiyakan keinginan kliennya tersebut, namun ia juga menuliskan bahwa ia tidak bisa setiap hari mengadakan les. Klien tersebut tidak langsung menjawab.

          Lyona menatap layar monitor sekitar 5 menit menunggu jawaban, namun belum juga dijwab oleh kliennya. Lalu ia merasa mengantuk dan akhirnya membuka pemutar musik dan memutar musik di ponselnya. Lalu Malva membalas, ia mengiyakan permintaan Lyona tersebut. Senyum Lyona kembali melebar setelah membaca pesan kliennya. Lalu belum sempat membalas, Malva menanyakan berapa biaya untuk lesnya. Lyona pun sadar ia belum memperkirakan biayanya dan ia mengetuk-ketukkan jari-jarinya. Ia pun mencari di G****e berapa biaya les online dan ia mendapatkan pencerahan. Ia pun menawarkan 50 ribu untuk 1 jamnya dan itu sudah mencakup semua mata pelajaran. Lalu Malva menjawab akan menanyakannya dahulu kepada ibunya. Lyona pun bangkit dari tempat duduknya dan membawa laptopnya ke ranjangnya dan ia merebahkan diri di sebelah laptopnya sambil menunggu kliennya.

          Hampir tertidur, ia seketika bangun setelah mendengar notifikasi pesannya. Kliennya setuju dan ingin sekitar 1-2 jam setiap les. Lalu Lyona menjawab dengan senang. Lalu Malva bertanya apakah les tersebut bisa offline atau tidak. Lyona pun menjawabnya dan mengatakan untuk saat ini hanya bisa lewat online saja. Walaupun kliennya mengiyakan, namun Lyona tahu bahwa ia pasti sedikit kecewa. Akhirnya ia menawarkan untuk sesekali zoom pada saat-saat tertentu dan akan selalu mendampinginya, dan ketika ia kesulitan Lyona akan mudah untuk mengajari dan memberikan solusi. Lyona pun juga menuliskan bahwa ia akan membantu kliennya tersebut untuk bisa dan paham dalam mata pelajaran yang dirasanya sulit. Malva membalas dengan sangat ramah dan berterima kasih kepada Lyona dan memberikan emoji love. Lyona merasa gemas dengan kliennya ini, dan ia pun membalasnya dengan menggunakan emoji juga. Ia merasa sangat tidak sabar untuk memulainya segera.

          Lyona membuka new tab pada G****e-nya dan mencari materi-materi kembali SMP agar ia bisa memberikan sekaligus belajar lagi saat memulai lesnya. Ia menggulirkan halaman barunya dengan melihat-lihat materi apa saja yang sekiranya pas untuk ia bagikan nanti.

          “Apa ya kira-kira?” tanyanya pada diri sendiri.

          “Udah kelamaan gak SMP jadi lupa,” ucapnya. “Astaga. Gak boleh. Pokoknya aku harus inget dan bisa ngajarin muridku,” tegasnya pada dirinya.

          Ia pun menyalin beberapa link yang menurutnya cocok untuk diberikan nanti kepada muridnya. Secara khusus, Lyona ingin menyebut Malva sebagai murid daripada klien. Namun ia akan memanggilnya ‘adik’ saja agar lebih enak dan nyaman. Ia pun membuka link-link tersebut dan mempelajari materi-materi tersebut satu-persatu. Ia tidak ingin mengecewakan sedikit pun kliennya.

          “Ini gimana ya dulu?” ia mengetuk-ketukkan jari-jarinya di sebelah touchpad laptopnya untuk mengingat-ingat.

          “Harus dicatat dan dipelajari kembali ini.” Lyona pun turun dari ranjangnya.

          Ia mengambil notebook miliknya yang masih kosong dan mengambil alat tulis di tasnya. Ia pun kembali ke ranjangnya dan menatap dengan serius monitor yang ada di depannya. Ia mencatat dan menggulir-gulirkan perlahan materi-materi itu. Ia sangat serius hingga rasa kantuknya hilang. Selama beberapa lama, ia tetap seperti itu dan fokusnya teralihkan sewaktu ada notifikasi dari ponselnya. Ia melirik layar ponselnya dan melihat apa notifikasi yang masuk. Notifikasi tersebut berasal dari grup kelasnya dan berisikan informasi-informasi dari sekolah yang dikirim ke grup kelas. Ia mengabaikan dan melanjutkan mecatatnya

De_anothe

Maaf aku baru bisa update sekarang. Soalnya lagi sibuk banget akhir-akhir ini. Oh ya, terima kasih kepada para readers yang sudah membaca dan selamat membaca bab baru.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status