Share

3. Hari yang Sial

Chapter 3

Hari yang Sial

"Istri?" tanya Andrea.

Namun, pertanyaannya hanya menguap bersama udara yang dihirup karena beberapa pelayan yang berseragam menggiringnya menjauhi Xavier menuju lantai atas melewati tangga yang didesain meliuk dengan bagian handrail berwarna hitam, sedangkan bagian balusters berwarna emas, dan lantai dari batu granit berwarna putih dengan corak abu-abu pudar.

Terdapat dua tangga yang sama di ruangan itu, keduanya meliuk dan di tempat di tengah antara dua tangga terdapat sebuah meja kaca berukuran besar yang terdapat vas bunga dari keramik di atasnya. Kemudian tepat di atas vas yang berisi bunga segar itu terdapat lampu gantung kristal yang menyala.

Andrea semakin terbengong-bengong saat tiba di lantai atas, seluruh furniture di sana adalah sesuatu yang baru pertama kali dilihat olehnya hingga rasanya seperti sedang menonton tur keliling rumah keluarga artis Hollywood ternama.

Tiba di sebuah kamar, Andrea mengamati suasana kamar yang didominasi dengan warna putih, beberapa furnitur di sana bernuansa abu-abu muda dan kusen-kusen berwarna hitam sementara lampu gantung di langit-langit berwarna putih cerah dan lampu berwarna kuning di sudut-sudut ruangan.

Lalu seorang pelayan menyusul mereka di kamar itu dengan membawa dua kotak yang berisi pakaian dan sepatu, Andrea semakin kebingungan. Pakaian di dalam kotak itu berwarna biru laut, bukan berwarna hitam putih seperti yang dipakai pelayan. Sepatunya bahkan sangat cantik, ujungnya runcing dengan hak setinggi 7 cm berwarna putih gading.

"Bisakah aku bicara dengan majikan kalian?" kata Andrea.

Andrea baru saja mendapatkan firasat buruk karena sepertinya ia telah meminta pertolongan pada orang yang salah. Masih segar dalam ingatan Andrea kalau dia menawarkan balas jasa dengan menjadi pelayan.

"Tuan Muda menyuruhmu untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaian. Dia akan membawamu pergi ke jamuan makan malam."

Andrea mengangkat pakaian berbahan satin yang masih terlipat di dalam kotak lalu mengamatinya. "Apa ada pakaian yang lain?"

"Anda tidak menyukainya?" tanya pelayan.

Bukan tidak suka, tetapi ia terbiasa mengenakan kemeja dan kaus. Bukan gaun tanpa lengan dengan belahan dada yang rendah seperti itu. "Ini tidak cocok untukku."

"Tapi, Tuan Muda...."

"Persetan dengan Tuan Muda kalian!" dengus Andrea.

"Maaf, Nona. Kami hanya patuh pada Tuan Muda."

Sepertinya percuma berdebat dengan pelayan. "Kalian keluarlah, aku bisa mengganti pakaian sendiri."

"Tapi, Tuan Muda menyuruh kami untuk terus mengawasimu."

Mengganti pakaian adalah urusan mudah, tidak perlu repot-repot dibantu orang lain karena dirinya bukan Tuan Putri dan dia juga tidak akan bisa melarikan diri dengan keadaan seperti itu. Tidak ada mobil, ponsel, dan tidak tahu sekarang berada di mana.

"Aku harus berganti pakaian, apa kalian mau menontonku berganti pakaian?"

"Tuan Muda juga menyuruh kami membersihkan tubuhmu."

Memangnya aku sangat kotor? Andrea sampai mengamati dirinya yang tidak terlihat payah-payah amat. "Aku bisa mandi sendiri."

"Kami harus memastikan kau benar-benar bersih," kata pelayan.

Andrea jengkel bukan main mendengarnya. Ia calon dokter, tentunya paham betul seperti apa kebersihan itu. Tetapi, ia tidak ingin melawan lagi karena tidak ada gunanya melawan pelayan yang sepertinya sangat patuh, lagi pula jika berniat melarikan diri juga percuma, mobilnya entah berada di mana. Ponselnya juga kehabisan daya dan rumah di mana dirinya berada sangat jauh dari jalanan utama. Ia tidak bisa lagi ke mana-mana selain mengikuti alur yang dibuat pria bermata hazel itu.

Andrea lalu bersikap patuh, berdiam diri di dalam bathtub seraya mengamati detail kamar mandi itu dengan saksama sementara pelayan menggosok tubuhnya. Hari yang sial, batinnya.

Setelah mengenakan pakaian yang kebetulan sangat pas di tubuhnya, Andrea lalu mengenakan sepatu yang juga pas dan nyaman di kakinya kemudian duduk di kursi di depan meja rias.

"Nona, biar kubantu kau merapikan riasanmu," kata salah satu pelayan yang terlihat telah berumur. "Dan kalian keluarlah," katanya pada pelayan lain.

Pelayan itu dengan cekatan mengeringkan rambut Andrea, menyisirnya lalu menatanya dengan gaya sederhana.

"Nona, kau terlihat sangat cantik. Tuan Muda tidak salah memilihmu."

Andrea menelan ludah, pujian itu seperti pohon berduri yang melilit di tubuhnya. Menyakitkan. Andrea hanya bisa tersenyum simpul menanggapinya.

"Nyonya di sini... maksudku ibu Tuan Muda adalah orang yang sangat perfeksionis, dia mungkin akan menyulitkanmu. Tetapi, jika kau bisa mengambil hatinya dan tidak menyinggungnya, aku jamin kau tidak akan kesulitan apa pun ke depannya," kata pelayan itu.

Andrea tidak peduli dengan itu, dirinya adalah Andrea Bougenville yang bisa menyelesaikan masalah dengan cara apa pun. Dari cara yang biasa, tidak biasa, bahkan konyol sekali pu. Ia diam-diam menyusun rencana agar segera mungkin dapat pergi dari tempat itu secepatnya.

Tiba-tiba pintu terbuka, Andrea menoleh ke arah pintu dan ia tertegun melihat siapa yang berdiri di ambang pintu kamar. Jasmine Lane, kakak tirinya.

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan Rate!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis!

🍒😊🌸

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Putry Ismayanti
aduhhhh ketemu
goodnovel comment avatar
kak rose
what?? ngapain jasmine lane ada di rmh itu? wow makin penasaran aku
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status