Share

5. Pria Angkuh

Chapter 5

Pria Angkuh

Tatapan Xavier begitu dingin pada Andrea yang sedang menuruni tangga dengan hati-hati dan pria itu bersumpah di dalam benaknya tidak akan melepaskan wanita yang begitu berani menghinanya.

Bagaimana jika kabar seorang Xavier Xarxas yang memiliki segalanya ditinggalkan mempelai wanitanya tersebar? Reputasinya sebagai pria angkuh yang tidak pernah bisa didekati oleh wanita di California akan hancur.

Sementara Andrea merasakan tatapan dingin Xavier terasa menembus jantungnya bahkan merasakan nyeri di tulangnya hingga langkah kakinya menuruni tangga menjadi semakin berat.

"Kapan terakhir kali kau memakan kacang?" tanya Xavier seraya bangkit dari sofa ketika Andrea berada di anak tangga.

Seperti tidak ada pertanyaan lain, pikir Andrea dan ia juga tidak ingat kapan terakhir makan kacang. Yang ia ingat hanya tidak diizinkan makan kacang selama menjadi istri Xavier.

"Mungkin beberapa hari yang lalu," jawab Andrea secara acak.

Pelayan yang melayani Andrea mendekati tangga dan mengulur-ulur tangannya kepada Andrea membantunya turun lalu berkata, "Tuan, apa perlu kusemprotkan desinfektan pada Nyonya?"

Xavier menatap Andrea dari atas hingga ke bawah dengan ekspresi datar. Tetapi, meskipun wajah dan postur tubuh Andrea cukup menawan di matanya bukan berarti itu menurunkan kewaspadaannya.

Xavier adalah orang yang gila kebersihan sejak kecil. Ia selalu waspada terhadap siapa pun yang mungkin membuatnya dalam bahaya. Namun, bukan bahaya secara harfiah. Di mana pun dan kapan pun, selain di tempat tinggal dan kantor, setiap benda yang akan disentuh olehnya harus dibersihkan terlebih dahulu oleh pengawalnya yang jumlahnya tidak sedikit. Ia juga menjaga jarak saat bicara dengan orang lain karena khawatir terkontaminasi kuman dari lawan bicaranya.

"Ya. Semprotkan dan deteksi kebersihannya," sahut Xavier.

Sementara Andrea melotot. Tidak senang dengan perlakuan itu. "Aku sudah dimandikan oleh pelayanmu, apa masih kurang?"

Mata Xavier menyipit menatap Andrea. "Setelah melarikan diri, kau masih punya nyali untuk bicara padaku, ya?"

Kabur dan mengatai Xavier pria tua yang mesum, Andrea menyadari ketololannya. Ia lalu berdehem pelan. "Itu karena...."

"Singkirkan kuman-kuman darinya," potong Xavier lalu dengan malas menjauh seraya memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celananya.

"Hentikan! Aku ini mahasiswa kedokteran! Kalian pikir aku tidak mengerti kebersihan?" gerutu Andrea kepada pelayan yang sedang menyemprotkan cairan desinfektan kepadanya lalu berlari menyusul Xavier.

Mereka mengendarai sebuah Maserati, suasana cukup canggung. Xavier duduk dengan santai seraya memangku tabloid yang tidak dibuka halamannya sementara Andrea tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia merasa sangat bosan di dalam mobil itu.

Tiba-tiba Xavier berkata, "Di tempat yang akan kita datangi nanti, kuperingatkan kau untuk tidak berbicara dengan siapa pun."

"Lalu, bagaimana jika ada orang bertanya padaku? Apa aku juga harus tetap diam?" tanya Andrea dengan sedikit ketus.

"Kau hanya tinggal menurut apa kataku," ucap Xavier dengan nada dingin. "Ingat kontrak kita, kau hanya harus menjadi istriku beberapa bulan sampai kau melahirkan anakku."

"Tapi, kita belum menikah, seharusnya kontrak itu belum berlaku."

"Oh. Jadi, kau ingin sekali segera menjadi istriku, ya?" sinis Xavier dibarengi senyum mengejek.

Siapa yang dapat menolak pesona Xavier Xarxas. Di samping memiliki wajah yang rupawan dengan rahang yang tegas, alis yang lebat, dan bola mata yang menawan, menjadi istri Xavier Xarxas pastinya menjadi keinginan wanita kebanyakan termasuk dirinya.

Wanita yang menjadi istri Xavier Xarxas pastinya tidak perlu lagi bersusah payah bekerja karena harta kekayaan yang akan diwarisi Xavier Xarxas mungkin cukup untuk membiayai kehidupan tujuh generasi. Sayangnya dirinya tidak semujur itu, dirinya hanya akan dijadikan alat berkembang biak.

Mereka tiba di sebuah mansion yang besarnya melebihi tempat yang baru saja ia tinggalkan dan Andrea tidak berani bertanya untuk apa mereka ke tempat itu. Hanya bisa menebak mungkin Xavier mau memamerkan rumahnya yang lain.

Sopir keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Xavier, sementara Andrea membuka pintu mobil sendiri lalu ia menghampiri Xavier dan pria itu memberikan kode pada Andrea untuk menggandeng sikunya tetapi Andrea tidak merespon.

"Apa ini juga rumahmu?" tanya Andrea.

Xavier tersenyum miring dan merasa jengkel karena Andrea tidak menggamit lengannya. Dari mana Jasmine mendapatkan wanita lugu seperti itu, pikirnya.

"Ini rumah orang tuaku."

Matilah dirinya! Dia baru saja melakukan kesalahan dan sekarang harus menghadapi orang tua Xavier. Andrea merasakan kepanikan.

"X-xavier, aku...."

"Jangan bicara lagi, gandeng lenganku," potong Xavier.

Andrea hampir gemetaran, jika beberapa menit yang lalu ia merasa sanggup menghadapi kemarahan keluarga Xarxas, sepertinya tidak untuk sekarang. Ia dengan linglung mengangguk lalu dengan hati-hati menggamit lengan Xavier, dari jarak yang begitu dekat Andrea dapat merasakan aroma parfum Xavier. Pria itu beraroma kayu-kayuan dan rempah. Pasti parfum mahal, pikir Andrea dan jantungnya berdenyut lebih cepat.

"Ingat pesanku untuk tidak berbicara dengan siapa pun," lanjut Xavier dengan nada dingin. "Apa kau mendengar?"

"Iya. Kau tidak perlu terus-menerus mengingatkanku, aku bisa menjaga mulutku, oke?" jawab Andrea dengan nada jengkel.

"Aku tidak suka wanita yang banyak bicara dan tidak patuh."

Andrea mencebikkan bibirnya. Tidak menyukai kacang, tidak menyukai wanita cerewet, sepertinya tidak ada yang disukai Xavier Xarxas, pikir Andrea.

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan rate.

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

😚😊🍒🌸

Komen (1)
goodnovel comment avatar
kak rose
hahaha...ayo andrea, qt bwt xavier bucin ke kamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status