Chapter 13Nyonya MudaAndrea menatap Xavier dengan perasaan jengah, ingin sekali rasanya menyombongkan diri jika ia menyelesaikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dalam waktu empat tahun saja. Juga beasiswa masuk ke fakultas kedokteran di universitas bergengsi sehingga di usia dua puluh tahun dirinya sudah akan mengikuti ujian kompetensi, ia bahkan dulu merupakan mahasiswa termuda di angkatannya. Namun, Andrea memutuskan untuk tidak mengatakannya. Percuma saja, batinnya karena dengan kesombongan Xavier, Andrea yakin pria itu tidak akan terkesan atas pencapaiannya. Andrea menghela napasnya dalam-dalam seraya menatap jalanan yang kebetulan di depan mereka adalah halte bus. “Berhenti di sini,” ucap Andrea seraya menepuk sandaran kursi sopir di depannya, sopir pun mengurangi kecepatan mobil dan menyalakan lampu sein ke kiri. “Siapa yang mengizinkanmu menghentikan mobil?” tanya Xavier dengan nada dingin kepada sopirnya.Andrea mengalihkan pandangannya kepada Xavier d
Chapter 14Ingin menghindari Xavier Jasmine berdiri di depan mesin pembuat kopi, setelah pertemuan dengan salah satu orang kementerian perdagangan ini adalah ke dua kalinya Xavier memintanya membuatkan kopi. Xavier tidak pernah seperti itu, kecuali suasana hatinya sedang tidak baik atau kelelahan dan yang Jasmine lihat hari ini adalah bukan suasana hati Xavier yang sedang buruk. Xavier kelelahan.Jasmine tidak berani menerka-nerka, sepanjang malam ia telah berusaha sebaik mungkin agar hatinya tidak remuk membayangkan Xavier dan Andrea tidur di kamar yang sama dan mungkin melakukan hubungan suami-istri. Rasa tidak rela pria yang amat dicintainya bercumbu dengan wanita lain bak kawat berduri yang melilit jantungnya. Namun, dirinya tidak berdaya. Hanya bisa menangis dalam diam di kamarnya.Ketika dirinya mengusulkan agar Xavier menikahi wanita sembarang asalkan dapat memenuhi tuntutan keluarganya yang menginginkan keturunan dari satu-satunya penerus keluarga Xarxas, Xavier bahkan tidak
Chapter 15 Tidak Berperasaan Ketika Andrea membuka pintu kamar, Xavier baru saja keluar dari kamar mandi dan pria itu hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Mempertontonkan dadanya yang bidang, lengan yang kokoh, dan perut yang berotot. Sangat indah dipandang apa lagi dengan wajahnya yang rupawan sehingga Andrea berpikir dewa-dewa Yunani sedang cemburu karena keindahan yang Xavier miliki.Namun, sorot mata dingin Xavier membuat Andrea mengutuk dirinya sendiri yang sempat mengagumi kesempurnaan yang dimiliki Xavier, jelas pria itu akan segera membuka mulut untuk berkhotbah karena masalah makan siangnya. “Ke mana saja kau?” ucap Xavier dan tatapan dinginnya beralih pada barang beberapa tas belanja berukuran sedang yang dipegang Andrea. “Bukankah kau menyuruhku berbelanja hari ini?” jawab Andrea dengan sewot, jengkel karena hampir setengah tabungannya yang dikumpulkan dengan susah payah dari hasil kerja paruh waktu harus dibelikan barang-barang yang seharusnya tidak perl
Chapter 16 Hasrat yang AsingXavier tidak memedulikan Andrea yang tampak cemberut dan bermuka masam saat mengambil selimut dan bantal kemudian naik ke atas sofa, memasang penutup mata yang berbentuk panda kemudian merebahkan tubuhnya.Ekspresi cemberutnya lumayan menggemaskan juga, pikir Xavier yang diam-diam melirik semua gerak-gerik Andrea tanpa satu pun terlewatkan. Ia kembali memfokuskan matanya pada jejeran huruf di buku yang dipegangnya dan setelah tiga puluh menit berlalu Xavier menutup buku kemudian diam-diam melirik Andrea yang meringkuk di sofa. Wanita itu sepertinya sudah terlelap, terlihat dari napasnya yang teratur dan tidak ada pergerakan sama sekali.Bibir Xavier menyunggingkan senyum tipis seraya kepalanya menggeleng pelan. Bisa-bisanya Andrea tertidur dalam hitungan menit, pikirnya. Sementara dirinya setiap malam harus susah payah membuat mayanya lelah barulah dapat memejamkan mata hingga merasa sedikit iri melihat Andrea yang terlihat tidak memiliki beban apa pun
Chapter 1Kabur dari Pernikahan "Ma, aku tidak mau menikah," ucap Andrea seraya nanar menatap gaun pengantin di tangan ibunya. Ingin sekali rasanya mencabik-cabik gaun itu. "Nak, kita sudah membicarakannya. Kau sudah tidak memiliki waktu lagi untuk berbalik arah." Ucapan Lilian Lane, ibu kandung Andrea memang terdengar sangat lembut. Tetapi, di balik kelembutan itu terdengar penekanan yang dengan gamblang dapat Andrea rasakan. "Mama mohon, Sayang. Tolonglah Mama sekali ini saja," sambung Lilian."Menolongmu atau menolong anak tirimu itu?" tanya Andrea tanpa menyembunyikan kekesalan. Lilian meletakkan gaun pengantin yang masih terbungkus plastik dengan hati-hati ke atas tempat tidur lalu menghampiri Andrea. Tangan wanita itu terulur untuk membelai rambut Andrea dan berkata, "Sayangku, Mama tidak akan meminta apa pun darimu lagi hingga seumur hidupku. Mama berjanji, hanya kali ini saja. Oke?" Andrea menghela napasnya dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan oksigen sebanyak mung
Happy reading!Chapter 2Menemukan Istri Peduli amat dengan pria tua bernama Xavier itu, pikir Andrea. Terserah saja jika pria itu terus didesak untuk menikah oleh keluarganya, itu bukan urusannya. Juga dengan perjanjian pernikahan yang sudah ditandatangani, memangnya ada pasal yang akan menjeratnya? Andrea rasa tidak ada. Yang jelas dirinya jijik jika harus menikah dengan pria tua hanya untuk menghasilkan anak. Dan masalah hubungan dengan ibunya, biarlah waktu yang akan menjawabnya.Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan terburu-buru meninggalkan kediaman keluarga Lane dan menuju luar kota. Tanpa tujuan, hanya mengikuti nalurinya asalkan terbebas dari pernikahan yang mengerikan itu. Lagi pula umurnya baru dua puluh tahun, terlalu muda untuk menikah. Andrea juga masih menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, ia tidak ingin studinya terganggu oleh kehamilannya nanti. Ditambah lagi Jasmine akan mengambil anaknya, mustahil dirinya akan melepaskan begitu saja anak yang telah dikandungny
Chapter 3Hari yang Sial "Istri?" tanya Andrea.Namun, pertanyaannya hanya menguap bersama udara yang dihirup karena beberapa pelayan yang berseragam menggiringnya menjauhi Xavier menuju lantai atas melewati tangga yang didesain meliuk dengan bagian handrail berwarna hitam, sedangkan bagian balusters berwarna emas, dan lantai dari batu granit berwarna putih dengan corak abu-abu pudar.Terdapat dua tangga yang sama di ruangan itu, keduanya meliuk dan di tempat di tengah antara dua tangga terdapat sebuah meja kaca berukuran besar yang terdapat vas bunga dari keramik di atasnya. Kemudian tepat di atas vas yang berisi bunga segar itu terdapat lampu gantung kristal yang menyala. Andrea semakin terbengong-bengong saat tiba di lantai atas, seluruh furniture di sana adalah sesuatu yang baru pertama kali dilihat olehnya hingga rasanya seperti sedang menonton tur keliling rumah keluarga artis Hollywood ternama. Tiba di sebuah kamar, Andrea mengamati suasana kamar yang didominasi dengan warna
Chapter 4Xavier Murka Seperti Andrea yang terkejut melihat kedatangannya, Jasmine Lane juga tidak kalah terkejut melihat Andrea. Bagaimana mungkin ada kebetulan yang sangat di dunia ini? Andrea kabur dari pernikahan. Wanita berambut pirang dengan tubuh tinggi dan kaki jenjang itu melemparkan senyum sinis kepada Andrea seraya mendekat dengan anggun lalu berkata, "Ramona, tinggalkan Nyonya Muda denganku. Biar aku yang mengurusnya." Pelayan itu mengangguk lalu pergi, sementara Andrea meletakkan kertas ke atas meja lalu berdiri di belakang Andrea. Dipegangnya bahu Andrea dengan lembut dan membungkuk, wanita itu mendekatkan bibirnya ke telinga Andrea. "Kau pikir kau bisa lari dariku, Anak Jalang?" bisik Jasmine sementara Andrea hanya bisa menelan ludah. "Aku sudah mendengar bagaimana Xavier menemukanmu di pinggir jalan, kau ini benar-benar sial, ya?" Jantung Andrea seperti berhenti sesaat. Pria itu Xavier Xarxas? Kekasih kakaknya? Pria tua—yang ia kira pria tua. Nyatanya adalah pria