Share

2. Menemukan Istri

Happy reading!

Chapter 2

Menemukan Istri

Peduli amat dengan pria tua bernama Xavier itu, pikir Andrea. Terserah saja jika pria itu terus didesak untuk menikah oleh keluarganya, itu bukan urusannya. Juga dengan perjanjian pernikahan yang sudah ditandatangani, memangnya ada pasal yang akan menjeratnya? Andrea rasa tidak ada. Yang jelas dirinya jijik jika harus menikah dengan pria tua hanya untuk menghasilkan anak. Dan masalah hubungan dengan ibunya, biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan terburu-buru meninggalkan kediaman keluarga Lane dan menuju luar kota. Tanpa tujuan, hanya mengikuti nalurinya asalkan terbebas dari pernikahan yang mengerikan itu. Lagi pula umurnya baru dua puluh tahun, terlalu muda untuk menikah.

Andrea juga masih menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, ia tidak ingin studinya terganggu oleh kehamilannya nanti. Ditambah lagi Jasmine akan mengambil anaknya, mustahil dirinya akan melepaskan begitu saja anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan kecuali dirinya tidak berbeda dengan ibunya.

Andrea memperdalam injakannya pada pedal gas, sesekali ia menoleg pada spion karena khawatir ada orang yang membuntutinya.

"Sial!" teriak Andrea ketika mesin mobilnya seperti terbatuk-batuk. "Ayolah, ini bukan saatnya kau bertingkah!" ucapnya seraya memukul setirnya, tetapi mau tidak mau menepikan mobilnya.

Kemudian wanita itu keluar, membuka kap mobil dan seketika ia terbatuk-batuk karena mesin mobilnya mengeluarkan asap.

"Shit!"

Kesialannya tidak cukup sampai di sana, ketika hendak menelepon layanan mobil derek, ponselnya mati karena kehabisan baterai. Andrea kini percaya jika hari ini adalah hari paling sial dalam hidupnya.

Ia merobek sedikit ekor gaun pengantinnya lalu berdiri di tepi jalan, melambai-lambaikan tangannya kepada setiap mobil yang lewat. Tetapi, sudah setengah jam tidak satu pun pengendara yang berhenti untuk menolongnya sementara matahari mulai terbenam.

Andrea harus secepatnya mendapatkan pertolongan atau ia terjebak malam di jalanan sunyi, ia ngeri membayangkannya. Ia mencari-cari sesuatu di dalam mobil, beruntung ia mendapatkan gunting di dalam dasbor mobil. Disobek-sobeknya gaun pengantin yang semula panjang dan berekor menjadi gaun mini lalu ia kembali berdiri di tepi jalan seraya melambai-lambaikan tangannya meminta pertolongan.

Sebuah Ferrari menepi, Andrea yakin jika pengemudinya adalah pria mesum yang menjijikkan. Terserah, siapa saja yang penting orang itu bersedia meminjaminya ponsel dan memberikan tumpangan menuju luar kota.

Kaca mobil itu terbuka dan Andrea mendekati mobil, ia mendapati pengemudinya seorang pria mungkin berusia tiga puluh tahun mengenakan kacamata hitam dengan kemeja putih dengan lengan digulung ke atas.

"Kau perlu bantuan, Nona?" tanya pria itu seraya melepaskan kacamatanya.

Suaranya berat, wajahnya sangat tampan dengan garis rahang yang tegas, alis tebal, dan mata berwarna hazel.

***

Xavier mendapatkan kabar dari kekasihnya sekaligus sekretarisnya kalau calon pengantin wanitanya melarikan diri. Jadi, ia menelepon salah satu bodyguard-nya untuk menemukan wanita yang kabur dari pernikahannya dengan cara apa pun dan secepatnya, Xavier lalu meminta sopirnya menepi dan meninggalkan sopirnya di jalanan.

Ia juga bukan orang yang baik hati sehingga bersedia menolong orang yang sedang kepayahan di jalanan, tetapi karena hari sudah sore dan yang terlihat kepayahan adalah seorang wanita, Xavier menghentikan mobil meskipun hanya untuk sekedar bermain-main. Siapa tahu suasana hatinya membaik.

Xavier biasa melakukan apa saja sekehendak hatinya saja, karena dia adalah Xavier Xarxas, anak seorang konglomerat yang terbiasa diperlakukan dengan spesial. Jadi, jika mood-nya tiba-tiba berubah, tidak seorang pun berani membuka mulut untuk sekedar mengingatkan apa lagi melayangkan protes.

"Ya, aku perlu bantuanmu," kata Andrea seraya membungkuk dan memegangi gaun di bagian dadanya. "Mobilku mogok, seperti yang kau lihat dan ponselku kehabisan baterai. Aku harus menelepon jasa derek mobil dan aku juga butuh tumpangan."

Bibir Xavier mengulas senyum miring, sepertinya wanita muda pengendara mobil bobrok itu sedang ditimpa malapetaka yang bertubi-tubi sore ini. Mengenaskan sekali, tapi bukan urusannya.

"Aku bisa memanggil jasa derek mobil untukmu, tapi aku tidak bisa memberimu tumpangan, Nona," ujar Xavier seraya menatap gaun yang dikenakan Andrea. Sangat minim, wanita itu tahu cara mendapatkan tumpangan dengan cepat, pikirnya.

"Kumohon, aku sangat memerlukan tumpangan," kata Andrea.

"Kurasa kau lebih baik menjual mobilmu ke tukang loak dibandingkan menggunakan jasa derek langgananku. Aku tidak yakin kalau kau bisa membayarnya."

"Aku tidak memerlukan penghinaan darimu saat ini, Tuan" ucap Andrea dengan ketus.

Xavier menangkap kekesalan di wajah wanita yang tidak dikenalinya itu dan merasakan kesenangan tersendiri menyaksikannya. Alis Xavier terangkat. "Selamat tinggal, Nona."

Namun, saat ia hendak menutup kaca mobilnya, wanita menghalanginya. Xavier menatap wanita berambut cokelat terang cenderung kemerahan itu dengan gusar, berani-beraninya wanita itu menyentuh mobil mahalnya.

"Kau harus menolongku kali ini," ucap Andrea memohon.

"Harus? Sejak kapan aku harus menolong orang yang tidak kukenal?" tanya Xavier dengan sinis.

"Dengar, Tuan. Orang tuaku baru saja memaksaku untuk menikahkan aku dengan pria tua yang mesum dan aku tidak mau, aku melarikan diri. Aku bahkan tidak tahu harus ke mana untuk sementara," ucap Andrea cepat-cepat.

Sungguh ada kebetulan di dunia ini, pikir Xavier. Dirinya baru saja ditinggalkan kabur oleh calon istrinya. Sekarang di depannya seorang wanita mengaku kabur dari pernikahan dan meminta pertolongannya.

"Kau benar-benar sedang sial, aku tidak ingin kesialanmu menular padaku," ejek Xavier.

"Aku akan melakukan apa saja sebagai tanda terima kasihku. Ah, iya. Aku bisa memasak, membersihkan rumah, atau pekerjaan lainnya. Aku akan melakukannya asal kau mau menolongku. Please, kumohon...."

Wanita ini lumayan juga, pikir Xavier seraya mengamatinya. Tubuhnya indah, wajahnya cantik dengan mata berwarna biru cerah berbingkai hitam dan bibir yang penuh. Sayang sekali jika dijadikan asisten rumah tangga.

Xavier berdehem. "Kau serius dengan ucapanmu?"

"Aku hanya bercanda," kata Andrea lalu mendengus. "Apa kau tidak melihat gaun ini?" Ia berputar lalu membungkuk dan mengangkat sisa-sisa sobekan gaun pengantin yang teronggok di atas tanah. "Lihat, aku baru saja menghancurkan gaun pengantinku."

Xavier mengambil ponselnya, menggeser layarnya seraya berkata, "Orangku akan menjemputmu."

"Hah?" kata Andrea.

"Apa kau tidak mendengar?"

"Kenapa harus menunggu orangmu?"

"Cih, memangnya kau pantas duduk di sampingku?"

Kemudian Xavier meninggalkan Andrea dan tiga puluh menit kemudian orang suruhannya membawa Andrea ke hadapannya di sebuah vila berukuran besar yang luar biasa megah bak istana.

Xavier duduk di sofa dan menumpangkan sebelah kakinya, ditatapnya Andrea dari ujung kepala sampai ujung kaki dan mata Xavier terpaku pada kaki jenjang Andrea.

"Di mana sepatumu?"

Andrea menatap kakinya yang bertelanjang. "Aku membuangnya."

Kedua alis Xavier nyaris bertautan dan merasa jijik. "Bersihkan tubuh istriku dan siapkan pakaian untuknya," kata Xavier kepada pelayan yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk lalu mengambil ponselnya kemudian menelepon seseorang. "Ma, aku dan istriku sudah di rumah."

Bersambung....

Jangan lupa untuk meninggalkan komentar, rate, dan apa aja deh!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis!

🌸🍒😊

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Putry Ismayanti
hahahahaha seru juga
goodnovel comment avatar
Elisa Icakgm
seru ya...apa udah tau ya kalo itu calon istrinya yang kabur
goodnovel comment avatar
kak rose
apakah xavier sdh menyadari klo andrea adl calon istrinya yg kabur??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status