Share

MENGENAL TANTE LEBIH DALAM

Dua hari kemudian semenjak Roman tinggal di apartemen dan dijadikan simpanan tante Silvia, dia hanya bisa melakukan aktivitas seadanya.

Silvia melarangnya bekerja. Padahal, Roman tidak mau hidup dibawah aturan sang pacar.

Meskipun, secara finansial Roman jauh dibawah Silvia dia tidak ingin hanya berdiam diri tanpa bekerja seperti biasanya.

Jadi, pagi itu, Roman bangun lebih dulu dari sang pacar, dan menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan kekasihnya.

Semua itu tentu saja bukan karena keinginannya melainkan cara ini ia gunakan supaya bisa ikut dengan Tante Silvia untuk bekerja.

"Apa yang kau lakukan, Roman?" tanya Silvia berdiri di ambang pintu kamar saat mengetahui Roman tengah menyiapkan sarapan pagi itu.

Roman tersadar, ia menoleh dan tersenyum menyambut Silvia. "Akhirnya kau bangun juga Silvia," ucapnya seraya mengulurkan tangan, "Kemarilah, lihatlah aku siapkan semua ini untukmu."

Silvia datang mendekat, "Ya, aku tahu kau menyiapkan semua ini untukku, tapi untuk apa kau melakukan semua ini?"

"Ini bukti cintaku padamu," balas Roman.

"Tidak perlu Roman, kalau kau melakukan semua ini. Lalu apa gunanya Pembantu di sini?"

"Sttt ... Silvia ayolah, biarkan para Pembantumu beristirahat. Mari kita nikmati masakan yang susah payah aku masak ini," bujuknya agar Silvia mau.

Melihat ketulusan Roman, Silvia pun tidak banyak bicara lagi, dan ikut duduk bersama menyantap makan pagi itu.

Namun, tiba-tiba Roman teringat keinginannya untuk ikut bekerja bersama sang kekasih.

"Ehmmm ... Silvia." Roman terlihat gugup.

"Kenapa Roman? Apa ada yang ingin di bicarakan?" tanya Silvia meneliti raut wajah pria mudanya.

"Ya, Silvia."

"Katakanlah," pinta Silvia supaya Roman mengatakan apa yang akan di utarakan padanya.

"Kau tidak melupakan poin terakhir dari perjanjian kita kan?"

Dengan memberanikan diri, Roman menyinggung perihal isi surat perjanjian yang telah di sepakati.

DEG.

Silvia langsung meletakkan sendok--garpu, lalu menatap pada Roman yang tepat berada di depannya.

"Maksudnya apa menyinggung hal itu, apa kau ingin bekerja?" Silvia seolah kesal saat itu.

"Ya, aku ingin bekerja. Bukankah kau sudah sepakat waktu itu?!" Roman tidak ingin kalah dari Silvia. Lantaran, dia tidak mau hidup dalam kekangan perempuan.

"Kamu mau kerja apa memang, kamu tidak memiliki keahlian selain memijat kan?" ujar Silvia begitu meremehkan Roman.

Saat itu Roman segera bangkit, karena merasa harga dirinya terinjak.

"Jadi, kau melarangku untuk bekerja Tante Silvia?" suara Roman terdengar bergetar. "Aku cukup tahu saja ternyata Tante Silvia ini begini Orangnya ya?"

Roman berjalan meninggalkan meja makan itu.

Melihat Roman kecewa, Silvia merasa bimbang. Harus memberi pekerjaan kepada kekasihnya itu, atau harus rela reputasinya tercoreng karena telah memelihara berondong di apartemennya.

'Sial! Kenapa harus di hadapkan dengan situasi seperti ini?' batinnya kesal.

Kendati demikian Silvia tidak ingin Roman marah padanya, dan takut ditinggalkan oleh sang berondong.

"Tunggu Roman!" serunya menghentikan langkah pria muda yang kini telah jadi kekasihnya.

Roman menghentikan langkahnya, dan balik menatap pada Silvia.

"Ada apa, bukankah sudah jelas kau tidak mengizinkan aku bekerja kan? Aku terhina oleh sikap semena-mena kau Silvia!" tandas Roman marah.

Silvia segera berdiri--menghampiri Roman. "Aku mengizinkanmu, tapi di mana kau akan bekerja?"

Roman tersenyum ketika Silvia memberikan izin padanya. "Benarkah yang aku dengar ini Tante?"

Silvia menganggukkan kepalanya. "Ya, aku mengizinkan kamu, tapi kau mau kerja apa?"

"Bisakah aku kerja di Perusahaanmu, bukankah kau seorang pengusaha? Masa tidak ada pekerjaan untukku di Kantormu?" Roman kembali membujuk Silvia, dengan sikap melunaknya.

"A--apa kau serius dengan Ucapanmu Roman? mau bekerja di Perusahaanku?" Silvia gagap saat itu.

"Ya, aku ingin bekerja di perusahaanmu! Apa bisa?"

"Bisa, tapi--,"

"Aku tidak mau kau mencari alasan Silvia, yang aku ingin hanya kepastian." cetus Roman menyela ucapan Silvia.

Silvia mengusap wajahnya, dan lantas pergi lebih dulu.

"Baik, ayo bersiap. Aku akan ajak kamu ke kantorku!" Silvia segera berjalan menuju lift.

"Tidak bisakah kau menungguku untuk bersiap?"

"Aku tunggu kau di mobil!" ujar Silvia segera menekan tombol lift.

"Baiklah," ucap Roman mengganti pakaian dengan setelan Kantoran.

Setelah itu ia pun menyusul Silvia yang sudah menunggunya di mobil, tetapi saat ia berjalan di koridor apartemen tidak sengaja bertemu dengan gadis belia yang terus menatapnya. Ia pun menyapa gadis itu.

"Hai," sapanya hangat.

Akan tetapi, gadis itu tidak merespon melainkan hanya menatap dengan tatapan yang sama sekali tidak dapat di artikan.

'Kenapa dengan Wanita itu? Ekspresinya seperti tidak menyukaiku?' ucapnya dalam hati tanpa rasa curiga. Roman pun lantas bergegas menuju basemen parkir gedung itu.

"Hai Roman ... kenapa kau masih berdiri di sana? Cepatlah, kemari!" pinta Silvia melambaikan tangannya terhadap Roman.

Roman segera datang, dan memasuki mobil tante-tante itu.

"Apa kau sudah siap bekerja di Perusahaanku Roman?" Silvia kembali memastikan jika Roman ingin bersungguh-sungguh dalam bekerja.

"Tentu saja aku siap bekerja, untuk apa aku meminta pekerjaan padamu kalau tidak siap Tante," ucapnya seraya duduk di samping Silvia.

Kemudian, Silvia meminta sang sopir untuk segera bergegas menuju kantornya.

Kurang lebih memakan waktu perjalanan sekitar satu jam, Silvia telah sampai bersama Roman di perusahaannya. Dia di sambut hangat oleh para pegawainya, tetapi semua orang bingung dengan adanya Roman di samping Silvia.

"Kenapa kalian melihat kami seperti itu?" tanya Silvia melirik pada salah seorang karyawan yang terlihat tampak heran.

"Tidak Buk, tidak kenapa-kenapa," salah seorang karyawan menyahutinya.

Tidak mau Roman jadi pusat perhatian para karyawannya, ia pun segera mengajak Roman menuju ruangannya.

"Ayo Roman, aku akan memberitahumu bagaimana pekerjaanmu di sini," Silvia menggenggam tangan berondong itu.

Ceklek!!!

Sungguh tidak menyangka ketika Silvia membuka pintu ruangannya, ia di pertemukan dengan mantan suaminya yang saat ini sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menatap, kemudian tersenyum menyeringai.

Silvia tercengang melihat mantan suaminya, yang tiba-tiba berada dalam ruangan. "Mau apa kau datang kemari? Ada urusan apa hah?"

Silvia memelototi mantan suaminya.

Mantan suami Silvia pun lantas bangkit, dan melirik dari ujung kaki hingga ujung kepala Roman yang dia curigai sebagai kekasih baru mantan istrinya itu.

"Apa dia mainan barumu Silvia? Kulihat dia jauh lebih muda darimu?" cibirnya terhadap Silvia.

"Bukan urusanmu! Cepatlah pergi dari Ruanganku, jangan pernah kau menampakkan wajahmu lagi!" ujar Silvia mengusir Freddy--mantan suaminya.

"Oughhhh." Freddy malah tersenyum meremehkan. "Jadi, seleramu kini berubah Silvia?"

"Sama sekali bukan urusanmu Fred!" tukasnya geram. "Cepat pergi!"

Namun, mantan suaminya membebal tidak mau pergi dari ruangan itu.

"Aku tidak akan pergi sebelum mempertemukan kamu dengan seseorang Silvia, kau harus bertemu dengannya!"

"Siapa? Apa Orang itu penting bagiku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status