Share

3. Permintaan

Jiro membenarkan jas hitam yang ia pakai sebelum masuk ke ruang direktur utama, melakukan pekerjaannya sebagai manajer yang biasa melapor tugas pada direktur. "Ini berkas laporannya, Pak. Saya udah sortir seperti biasa."

Pria setengah abad yang merupakan bos di perusahaannya itu mengangguk. Namanya Adam Williams. Satu-satunya orang yang Jiro segani karena telah membantunya bertahan hidup selama hampir 15 tahun.

"Apa semuanya lancar? Rekrutmen karyawan bulan ini."

Jiro mengangguk. "Seperti biasa, semua lancar. Selanjutnya tinggal pelatihan."

Pak Adam kembali mengangguk, membuka berkas yang ia bawakan sebentar untuk kemudian memijit pelipis. Jiro pikir ada yang salah dengan laporannya, tetapi sepertinya tidak begitu. Detik ini Pak Adam belum memberitahu kesalahannya.

"Anda kelihatan sedikit lelah, Pak. Apa ada masalah?" Akhirnya Jiro bertanya. Bukan untuk berbasa-basi, melainkan sungguhan peduli.

Pak Adam mengangguk. "Ya, Jiro. Saya agak pusing karena Yuri. Kamu tahu Yuri anak saya kan? Saya nggak nyangka dia pengen nikah secepat ini. Umurnya bahkan baru aja 20 tahun sebulan yang lalu."

Jiro tertegun, teringat gadis yang pernah ia lihat sekali saat kuliah semester empat. Saat itu Yuri masih kecil. Gadis itu baru saja masuk SMP. Dan sekarang, ingin menikah? Jiro benar-benar tidak menyangka waktu berjalan secepat ini. Ah, bahkan ia lupa dirinya hampir mendekati kepala tiga. Bekerja menghasilkan uang memang sering membuatnya lupa waktu.

"Anda butuh istirahat, Pak Adam. Kalau perlu bantuan bisa panggil saya." Jiro menawarkan diri untuk membantu.

Pak Adam lagi-lagi mengangguk. Beberapa detik kemudian pria baruh baya itu tertegun, berpikir sesuatu.

Tidak ingin mengganggu, lantas Jiro pamit keluar. Tetapi baru saja ingin membuka pintu, suara bosnya membuatnya berhenti.

"Jiro."

Jiro menoleh. "Ya, Pak?"

"Saya tahu ini kedengarannya gila," Pak Adam menjeda perkataannya. "..., tapi cuma kamu orang yang terlintas di otak saya untuk ngelakuin hal ini. Satu-satunya orang yang bisa saya percaya saat ini," kata Pak Adam.

Jiro mengernyitkan dahi. "Maksudnya, Pak?"

Pak Adam menghela napas panjang. Ia memutar kursi kerjanya sehingga sempurna menatap dirinya. "Jiro, apa kamu mau menikah dengan putri saya?"

Jiro terdiam. Lama. Mencerna kalimat itu berkali-kali. Menikah... Itu bukan hal sepele yang bisa iya atau tidakkan secara langsung. Dan apalagi ini. Menikahi putri bosnya? Jiro sedang tidak mimpi kan ditawari hal seperti ini?

Jiro tahu ia sudah lebih dari pantas untuk menikah. Tapi menikahi Yuri, orang yang sama sekali belum ia kenal membuatnya ragu. Tidak, apalagi gadis itu masih terlampau muda. Apa Pak Adam sungguhan ingin menikahkan anaknya di usia semuda itu?

"Anak saya nggak tahu mau nikah sama siapa. Dia pengen saya cariin suami buat dia."

Jiro tambah melongo. Ingin menikah, tetapi tidak tahu dengan siapa? Seriusan ada gadis seperti itu?

"Saya tahu ini kedengarannya seperti main-main. Tapi Yuri beneran pengen nikah meskipun saya udah tolak permintaannya berkali-kali. Saya nggak yakin sama dia, tapi dia tetep ngotot nggak mau tahu. Karena itu, Jiro. Kamu satu-satunya orang yang bisa saya percayakan buat jaga Yuri. Saya nggak bisa kasih anak saya ke orang yang nggak benar. Saya bersedia kasih Yuri ke kamu, tapi nggak ke yang lain."

Masalahnya, memang Jiro bersedia untuk menerima?

Jiro masih berdiri di tempat, tidak menjawab apa pun. Ia masih tidak percaya bosnya menawari hal se-esensial ini. Dan ya, Jiro masih cenderung untuk menolak meskipun rasanya sangat sulit. Pak Adam sudah begitu baik padanya selama 15 tahun ini. Tidak mungkin Jiro menolak mentah-mentah permintaannya.

Tapi mau bagaimana lagi. Pernikahan bukan sesuatu yang main-main. Lagi pula bukan pernikahan seperti ini yang ia inginkan. Jiro ingin menikahi wanita yang ia cintai. Wanita yang membuatnya sadar bahwa ia perlu membuka jalan untuk menjadikannya sebagai pendamping. Tapi ini? Ia sama sekali tidak mengenali Yuri, apalagi mencintai gadis itu

"Pak, sepertinya—"

"Papa!"

Ucapan Jiro terpotong ketika seseorang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia menoleh, mendapati gadis dengan senyum cerah berdiri tepat di hadapannya. Ia terdiam, menyadari siapa gerangan gadis yang sekarang sedang membungkuk sopan kepadanya.

"Perkenalkan Jiro. Ini putri semata wayang saya, Yuri Agatha Williams."

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status