Niko melangkah, berpindah posisi di depan istrinya. Niko melindungi, tidak akan membiarkan laki-laki lain menyentuh istrinya.Echa Armetta Ruby itu miliknya!“Minggir!” seru Berry sambil menghentikan langkahnya, hanya berjarak satu jengkal dari Niko.Berry kemudian menatap penuh nafsu pada wanita yang berdiri di belakang lelaki itu, “Aku tidak sabar ingin mencicipi bibir Echaku.”Niko membalasnya dengan tatapan dingin. Tangannya terangkat, kemudian terayun tepat ke arah kepala laki-laki itu.BUGH!Suara gedebuk keras membuat semua orang terkesiap mendengarnya. Saking kerasnya pukulan itu, Berry oleng ke samping hingga jatuh.“Ahhhhh …” Berry menjerit kesakitan sambil memegangi kepalanya.Detik itu juga, seseorang berteriak mengikuti jeritan laki-laki itu, “Darah! Kepala Berry berdarah!”“Echa, suamimu gila, ya! Suamimu sudah muak hidup, ya? Sampai berani memukul Berry hingga berdarah?! Akibat kegilaan suamimu, kamu pasti kena imbasnya!” seru Melda.Wajah Echa pucat pasi, kepalanya ter
“Tapi untuk ini ….” Niko menunjukkan kepalan tangan kanannya tepat di depan mata Berry.Mata Berry membulat sempurna, “Kamu mau apa, hah?! Mau memukulku lagi?!”“Bisa jadi. Tanganku bisa kapan saja merusak wajahmu!” balas Niko dengan tatapan intimidasi.Apa? Lagi-lagi ucapan Niko yang tak terduga ini membuat semua orang tercengang. Begitu pula dengan Echa.Bagaimana bisa? Mereka tidak salah dengar, ‘kan?Ditatap tajam seperti itu, Berry merasa gentar di hati. Namun, dia segera memasang wajah lebih garang, “Kamu ngomong apa barusan?! Aku tidak dengar!” tantangnya.Niko menjawab dengan mengayunkan kepalan tangannya ke arah kepala Berry. Tak berhenti disitu, kaki Niko juga masuk mulus ke perut lelaki itu hingga terpental membentur tembok.Detik itu juga jeritan Berry dan teriakan semua orang bersamaan menggema di ruangan tersebut.“Kepalanya bocor!” terlihat semua orang panik bukan main.Dua pukulan keras membuat darah segar mengucur deras di kepala lelaki itu.Wajah Echa pucat pasi. Sak
Sungguh mustahil! Dari awal mereka memikirkan bagaimana Niko akan segera pergi meninggalkan dunia ini, akan tetapi saat ini justru Berry yang dikawatirkan tidak selamat dari amukan sekelompok orang yang terus membabi-buta memukulnya. Ada tanda tanya besar dalam pikiran semua orang. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa situasinya terbalik? Apakah sekelompok orang itu punya hubungan dengan Niko? Atau mereka adalah suruhan musuh bisnis keluarga Berry? Sementara Di luar hotel, Niko membawa Echa naik mobil yang di kemudikan oleh salah satu orang suruhan Danang. “Bawa aku ke rumah sakit terdekat,” titah Niko, dan seketika si sopir pun menjalankan tugasnya. *** Keesokan harinya, jam 6 pagi, Niko menatap wanita yang sedang berbaring di atas ranjang pasien. “Echa, maafkan aku telah membuatmu seperti ini. Tapi aku janji ini tidak akan terjadi lagi. Kamu milikku, tidak aku biarkan lelaki manapun menyakitimu!” Niko kini dalam situasi hati yang kacau. Hatinya merasa bersalah tatkala melihat
“Untuk apa kamu ke sini lagi?!” teriak Sarah kentara jelas tidak suka melihat kehadiran Echa. “Jika kamu datang ke sini untuk minta uang, kami nggak punya!”Sarah kemudian melihat lelaki yang baru masuk menyusul Echa, “Oh Tuhan … gimana sih kamu, bisa-bisanya bawa kotoran ke rumahku!”Sarah yang melihatnya melemparkan pandangan merendahkan kepada Niko, seakan jijik dengan kehadiran pria itu di tempat tersebut.“Lagian urat malumu udah putus, ya? Ckkk sebegitu miskinnya ya kamu sampai berulang kali mengemis datang ke sini?” Tessa ikut menertawakan Echa.Echa malah menerbitkan senyuman bahagia, “Mengemis? Justru kedatanganku ke sini untuk berterima kasih kepada kalian yang sudah membayar tagihan rumah sakit Papaku. Nanti jam 9 Papa akan menjalani operasi.”“Apa?!” Sarah dan Tessa terkejut mendengarnya.“Bodoh!” Sarah marah, mengira bahwa orang yang telah membayarnya adalah suaminya sendiri. “Herman! Herman!” panggilnya kemudian.Mendengar sang istri memanggil, Herman keluar dan menghamp
Niko menahan pukulan Herman dengan tangan kirinya, “Terkadang umur tidak bisa dijadikan patokan kedewasaan seseorang!” sindirnya dengan tatapan mata tajam. Herman susah payah menelan ludahnya, ternyata lelaki rendahan seperti Niko tidak bisa dianggap remeh. “Mau apa kamu, Babu?! Lepaskan tangan suamiku!” Karena sering berteriak emosi, suara Sarah menjadi parau. Niko mengabaikan teriakan wanita itu. Tatapan tajamnya masih mengintimidasi Herman. “Aku menghormati anda karena anda lebih tua. Aku menahan diri untuk tidak memukul anda karena anda Om-nya istriku! Tapi …” Raja mengangkat kepalan tangan kanannya tepat di depan mata Herman. “Aku juga tidak ragu mengirim anda ke rumah sakit!” Ancaman Niko dengan aura dominannya berhasil membuat Herman gemetar. Sarah dan Tessa pun merasakan demikian. Mereka tidak menyangka, bukankah lelaki itu hanyalah seorang pembantu yang diminta menikahi majikannya? Tapi mengapa auranya terlihat sangat berwibawa dan kuat? Nyali Sarah yang mendadak menc
Echa mengerutkan dahi karena merasa bingung. Dia tidak tahu apa yang harus dia respon dengan ucapan Niko yang satu ini. “Siapapun yang berani menyentuhmu, menyakitimu, apalagi mau merebutmu dariku, orang itu akan habis ditanganku!” Niko mengucapkan kalimat ini dengan begitu meyakinkan. Echa masih terdiam. Dia merasa Niko berlagak seperti orang besar yang memiliki banyak koneksi. Entah, apakah lelaki itu terlalu percaya diri atau tidak sadar diri dalam memahami status dan kemampuannya sendiri? Yang jelas lelaki itu telah berubah semenjak menikah dengannya. “Apa yang kamu pikirkan?” tanya Niko, seketika membuyarkan lamunan Echa. “jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja.” “Aku berharap begitu,” balas Echa sambil memalingkan wajah ke arah lain. “Dari rumah nanti aku mau ke kantor dulu untuk meminta izin … karena hari ini sebenarnya hari pertamaku kerja, semoga diberi izin.” Mendengar hal tersebut, Niko baru teringat dengan kejadian kemarin pagi di kantor WARA Corp. Karena ingin
“Apa kalian suka uang?” tanya Niko dengan ekspresi begitu datar.“Pertanyaan bodoh! Orang mana yang nggak suka uang?” Wanita itu menertawakan Niko. “Orang miskin kayak kamu kalau disuruh makan tai dengan imbalan satu juta pasti bakalan mau.” Cibiran si sopir tak kalah pedasnya.“Oh begitu, ya?” Niko tersenyum sederhana. Niko kemudian mengeluarkan segepok uang berwarna merah dari saku celananya. Sontak mata kedua orang itu membelalak kala melihat lembaran uang yang sangat banyak.Si sopir dan wanita itu menatap penampilan Niko penuh keheranan. Sungguh mencengangkan, jelas-jelas penampilan dia seperti orang miskin tapi punya banyak uang.“Bagaimana? Apa kalian suka uang ini?” tanya Niko dengan senyuman khas-nya.“Itu benaran asli?” Wanita itu bertanya penuh keraguan. Kemudian dia menambahkan satu kalimat singkat dengan tatapan sinis. “Palingan itu cuma uang mainan. Ya, ‘kan?”Sopir taksi mengangguk setuju kemudian kembali menertawakan Niko, “Kamu mau ngeprank kami? Haha gayamu selangi
BUGH!Pukulan yang dilancarkan Niko lumayan keras, sehingga membuat mulut si sopi itu berdarah.Namun, lagi-lagi si sopir itu menjerit kesakitan untuk kedua kalinya kala kaki Niko masuk ke perutnya hingga membuatnya terpental dan membentur taksinya sendiri.Kali ini Niko benar-benar ingin membuat si sopir itu trauma. Dengan tatapan dingin, dia mendekat dan meninju kaca taksi di sebelah wajah sang sopir, menghasilkan suara pecahan yang memekakkan telinga. Kemudian, dia berkata dengan suara rendah, “Tidak ada yang lebih rendah daripada orang yang suka merendahkan orang lain!”Seluruh tubuh si sopir itu bergetar, diselimuti ketakutan. Namun, karena di pinggir jalan raya, juga aksi lelaki itu telah disaksikan pengguna jalan, lantas dia pun berani berteriak.“Tolong! Tolong!”Seketika beberapa orang yang melintas di sana menghampiri arah teriakan.“Tolong, orang ini mau ngerampokku!” si sopir itu memasang wajah ketakutan.Terprovokasi, orang-orang di sana lebih bergerak cepat dengan tatapan