Echa mengerutkan dahi karena merasa bingung. Dia tidak tahu apa yang harus dia respon dengan ucapan Niko yang satu ini. “Siapapun yang berani menyentuhmu, menyakitimu, apalagi mau merebutmu dariku, orang itu akan habis ditanganku!” Niko mengucapkan kalimat ini dengan begitu meyakinkan. Echa masih terdiam. Dia merasa Niko berlagak seperti orang besar yang memiliki banyak koneksi. Entah, apakah lelaki itu terlalu percaya diri atau tidak sadar diri dalam memahami status dan kemampuannya sendiri? Yang jelas lelaki itu telah berubah semenjak menikah dengannya. “Apa yang kamu pikirkan?” tanya Niko, seketika membuyarkan lamunan Echa. “jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja.” “Aku berharap begitu,” balas Echa sambil memalingkan wajah ke arah lain. “Dari rumah nanti aku mau ke kantor dulu untuk meminta izin … karena hari ini sebenarnya hari pertamaku kerja, semoga diberi izin.” Mendengar hal tersebut, Niko baru teringat dengan kejadian kemarin pagi di kantor WARA Corp. Karena ingin
“Apa kalian suka uang?” tanya Niko dengan ekspresi begitu datar.“Pertanyaan bodoh! Orang mana yang nggak suka uang?” Wanita itu menertawakan Niko. “Orang miskin kayak kamu kalau disuruh makan tai dengan imbalan satu juta pasti bakalan mau.” Cibiran si sopir tak kalah pedasnya.“Oh begitu, ya?” Niko tersenyum sederhana. Niko kemudian mengeluarkan segepok uang berwarna merah dari saku celananya. Sontak mata kedua orang itu membelalak kala melihat lembaran uang yang sangat banyak.Si sopir dan wanita itu menatap penampilan Niko penuh keheranan. Sungguh mencengangkan, jelas-jelas penampilan dia seperti orang miskin tapi punya banyak uang.“Bagaimana? Apa kalian suka uang ini?” tanya Niko dengan senyuman khas-nya.“Itu benaran asli?” Wanita itu bertanya penuh keraguan. Kemudian dia menambahkan satu kalimat singkat dengan tatapan sinis. “Palingan itu cuma uang mainan. Ya, ‘kan?”Sopir taksi mengangguk setuju kemudian kembali menertawakan Niko, “Kamu mau ngeprank kami? Haha gayamu selangi
BUGH!Pukulan yang dilancarkan Niko lumayan keras, sehingga membuat mulut si sopi itu berdarah.Namun, lagi-lagi si sopir itu menjerit kesakitan untuk kedua kalinya kala kaki Niko masuk ke perutnya hingga membuatnya terpental dan membentur taksinya sendiri.Kali ini Niko benar-benar ingin membuat si sopir itu trauma. Dengan tatapan dingin, dia mendekat dan meninju kaca taksi di sebelah wajah sang sopir, menghasilkan suara pecahan yang memekakkan telinga. Kemudian, dia berkata dengan suara rendah, “Tidak ada yang lebih rendah daripada orang yang suka merendahkan orang lain!”Seluruh tubuh si sopir itu bergetar, diselimuti ketakutan. Namun, karena di pinggir jalan raya, juga aksi lelaki itu telah disaksikan pengguna jalan, lantas dia pun berani berteriak.“Tolong! Tolong!”Seketika beberapa orang yang melintas di sana menghampiri arah teriakan.“Tolong, orang ini mau ngerampokku!” si sopir itu memasang wajah ketakutan.Terprovokasi, orang-orang di sana lebih bergerak cepat dengan tatapan
Si sopir itu jelas semakin ciut nyalinya sebab seruan Niko disaksikan oleh orang-orang di sekitarnya yang juga mengawasinyaTerlebih Niko juga kembali menekankan, “Atau anda benar-benar ingin nangis darah di tangan-tangan mereka?!” dia menoleh ke sekelilingnya, dan mereka mengangguk setuju.Mendengar ancaman itu, terlebih semua orang menatapnya dengan wajah tak bersahabat, dia sampai menelan ludah dan tubuhnya semakin gemetar sejadi-jadinya.Namun, si sopir itu mencoba tersenyum mungkin. Bahkan saat berbicara dia tidak terlihat kaku, “anda suka bercanda,” ucapnya membuat Niko tersenyum culas.Dia masih melanjutkan tanpa memedulikan senyuman Niko, “Cuma masalah sepele ini, masak anda setega ini. Aku mengaku salah. Dan sebagai permintaan maafku–”Sebelum kalimatnya selesai, Niko memotongnya sambil menatap ke arah orang-orang di sekitarnya, “Maaf, Bapak-Bapak. Aku masih ada urusan yang harus diselesaikan. Tolong awasi orang sombong ini.”Niko kemudian memberikan uang sebanyak dua juta k
Echa mengangguk pelan, “Benar, anda siapa?”“Aku Danang,” jawab lelaki itu.“Salam kenal, Pak. Tapi maaf saya mulai bekerja besok hari,” ucap Echa dengan senyuman kecil. Echa mengira lelaki itu adalah manajer HRD. Karena pikirannya yang kalut, dia tidak sadar bahwa Danang adalah direktur WARA Corp.Wajar saja Echa mengira demikian karena Danang tidak memposisikan diri sebagai seorang direktur yang terkenal dingin. Saat ini dia tampak friendly dan murah senyum.“Iya, aku–” Baru saja Danang berkata, suara Echa memotongnya.“Maaf, Pak .. aku terburu-buru. Permisi.” Echa beranjak pergi begitu saja. Danang pun merasa heran melihat ekspresi wanita itu yang kentara jelas terlihat begitu cemas.Danang pun segera masuk ke ruangan itu, dan seketika wanita yang ada di dalam sana langsung berdiri penuh hormat.“Pak Danang?” Melda terkejut dengan kedatangan sang direktur di ruangan ini. Melda langsung memasang senyuman terbaiknya. Baginya ini kesempatan untuk mengambil hati sang atasan agar jab
“Ke suatu tempat!” Berry mengucapkan sambil menatap Echa dengan penuh nafsu. “Dan kamu nggak perlu bertanya di mana tempatnya. Karena ini adalah surprise dariku untukmu. Aku menjamin kamu pasti menyukainya.”Echa tidak pandai menebak-nebak, akan tetapi dilihat dari ekspresi Berry sudah menjelaskan bahwa tempat itu adalah tempat yang akan digunakan untuk mengambil kehormatannya sebagai seorang wanita.Melihat wanita itu tak merespon, Berry mendecakkan lidahnya, “Anak buahku sudah mengintai orang tuamu. Mereka cuma menunggu perintah dariku.”Echa membulatkan matanya lebar-lebar. Jelas-jelas itu adalah sinyal bahaya untuknya dan orang tuanya.Melihat Echa ketakutan hanya karena dengan gertakan kecilnya, Berry merasa semakin berada di atas angin, “Jadi gimana, sayang? Mau ikut atau nggak?” Karena tak punya pilihan lain, Echa terpaksa mengangguk, “Tolong jangan sakiti orang tuaku. Aku akan ikut denganmu.”Berry tersenyum penuh kemenangan, “Tenang, Echa. Aku justru akan membebaskanmu dari
Kedua petugas itu menatap curiga kepada Niko. Pakaian yang dikenakannya dari atas sampai bawah terkesan sangat sederhana. Sementara, brand-brand besar, bahkan dirancang khusus oleh desainer ternama, sudah bertengger nyaman di tubuh orang lain yang keluar masuk club.Terlebih lagi Niko sudah melukai dua orang hingga tak berdaya, membuat kedua petugas itu semakin yakin bahwa Niko hanyalah orang biasa yang datang berbuat onar di Nextar Club.“Istriku dibawa orang jahat ke dalam. Tolong bukakan pintunya!” Niko memohon.“Maaf, orang yang diperbolehkan masuk ke dalam hanya orang yang memiliki kartu member club!” Petugas itu tetap bersikap profesional. “Aku bukan member club. Tapi biarkan aku masuk. Istriku dalam bahaya,” ucap Niko terlihat tidak tenang.“Tidak bisa! Peraturan tetaplah peraturan! Silahkan anda pergi dari sini!”Niko marah bukan kepalang, akan tetapi dia sadar jika memakai cara kekerasan justru permasalahannya semakin panjang, dan dia tidak bisa menyelamatkan istrinya. Dia t
“Niko?” Berry dan Echa menunjukkan ekspresi yang berbeda saat lelaki itu berhasil mendobrak masuk.Niko bernapas lega melihat Echa masih terselamatkan.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Niko memastikan.Echa tidak membalas pertanyaan Niko. Saat ini entah apa perasaannya. Dalam hati kecilnya dia bersyukur Niko datang menyelamatkan dirinya. Namun, di sisi lain dia juga panik, kedatangan suaminya bisa membuat Berry murka dan berubah pikiran untuk menyakiti orang tuanya.Juga, Echa merasa serba salah. Dia sadar diri sebagai wanita yang bersuami, seharusnya dia tidak boleh berduaan di kamar dengan lelaki lain. Namun, mengingat orang tuanya berada dalam ancaman besar, dia tidak punya pilihan lain selain melakukan ini.Sementara, Berry tercengang melihat lelaki miskin seperti Niko bisa masuk ke dalam Nextar Club. Namun, ekspresi kaget itu dengan cepat berubah menjadi kekesalan.“Hei, Babu! Aku sedang ada urusan dengan Echa. Apa kamu nggak pernah diajarkan kalau menerobos masuk ke kamar orang