Share

Bab 7

Aku pun langsung masuk dan berganti baju. Namun ada sedikit ragu, apakah benar yang di katakan Rama, secepat itukah mereka berubah pikiran? Dan bisa menerima ku dengan kehamilan ini, ah semoga saja memang benar begitu adanya. Aku pun memakai jeans dan tshirt, pakaian yang selalu ku gunakan sehari hari, karena aku tak pernah memakai gaun atau rok dan semacamnya, aku memang sedikit tomboy.

"Aku sudah siap. Tak apakah kalau aku berpakaian begini saja?"

"Tak apa Yank. Kamu itu sudah cantik apa adanya. Tak perlu jadi orang lain Yank. Ayok segera berangkat, mereka sudah menunggu kita dari tadi."

Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh menit, tibalah kami di rumah Rama. Kami memasuki rumah dengan pagar tinggi, di halaman depan terdapat banyak pepohonan dan juga tanaman tanaman hias. Rumah dua lantai bercat putih itu tergolong mewah dari pada rumah rumah di sekitarnya.

Keluarga Rama memang keluarga yang kaya dan terpandang di daerah ini, selain karena Papa nya seorang kepala sekolah sebuah SMA NEGERI terkenal di Surabaya, mereka juga memiliki usaha ternak burung walet , dan dua toko grosir pakaian di Pasar Kapasan, yang terkenal sebagai pusat grosir pakaian di Surabaya itu.

"Ayok Yank," katanya sambil mengengam tanganku masuk kedalam rumah itu.

Ternyata Mama dan Kakak perempuanya telah menungguku di ruang keluarga, dua orang perempuan cantik sedang duduk menonton televisi. Saat kami berdua masuk, mereka melihatku, namun tatapan mata itu menunjukkan ketidaksukaan.

"Ma, Kak, ini Siska. Siska, ini Mama dan ini Kakakku, Kak Ratih. Duduklah disini," kata Rama memperkenalkan kami, aku pun mencium tangan Mama dan Kak Ratih.

Sorot mata tak suka itu kembali kurasakan dari mereka. Aku merasa sangat tak nyaman disini.

Aku pun duduk disamping Rama, tepat dihadapan mereka.

"Sudah berapa minggu usia kandunganmu itu?" tanya Mama dengan wajah datar.

"Belum saya periksakan Tante, saya hanya mengecek saja pakai testpack tadi pagi. Tapi saya sudah telat haid selama dua mingguan," jawabku takut takut.

"Kamu aslinya dari mana?" tanya Kak Ratih.

"Dari Kediri Kak, disini saya nge kost di kost Intan, di Jalan Tantular dekat kampus," jawabku lagi, Rama hanya diam saja disampingku.

"Berarti orang tuamu belum tahu ya, tentang kehamilanmu ini? Bagaimana kalau mereka sampai tahu?," tanya Mamanya lagi tanpa memandangku.

"Belum Tante. Saya memang telah melakukan perbuatan yang salah. Saya akan mengabari orang tua saya, besok bersama Mas Rama,"

"Kira kira bener nggak tuh yang ada di dalam kandunganmu itu anaknya Rama? Bisa saja kan itu hasil hubunganmu dengan cowok lain, namun kamu meminta pertanggung jawaban Rama, karena dia anak orang kaya." kata Kak Ratih.

Sungguh perkataanya membuat hatiku sakit sekali, aku tak pernah melakukan hal ini dengan laki laki lain selain Rama. Aku tak kuasa menjawab pertanyaaan itu, hanya air mata yang mulai menetes di pipiku. Sementara Rama pun hanya diam saja di sampingku.

"Benar juga apa katamu Ratih, kita kan tidak tahu anak siapa sebenarnya itu. Rama, apa kamu benar benar yakin kalau itu adalah anakmu?" kata sang Mama.

Semakin perih rasa hatiku, tadi Rama mengatakan bahwa mereka telah merestui hubungan kami, namun tidak menurutku, mereka mengundangku kesini hanya untuk menyakiti hatiku saja. Rama pun mengenggam tanganku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status