"Hai ... kau malaikat penyelamatku, Nona Cantik," ucap JC sambil tersenyum dengan mata berbinar-binar.
Gadis pengemudi mobil yang lewat di hadapannya itu mengenakan gaun merah yang sangat seksi. JC menelan salivanya dengan perasaan mendamba ketika menatapnya. 'Apakah dia masih single?' batin JC.
"Kenapa mobilmu, Tuan? Kenalkan, aku Anna," tanya Annastacia sembari mengulurkan tangan kanannya pada pemuda itu.
JC segera menyambut uluran tangan gadis itu dan membalas, "Namaku Jason, mobil temanku ternyata bermasalah, mungkin karena problem cuaca yang terlalu dingin sehingga mesinnya ikut mrmbeku. Apa aku boleh menumpang mobilmu hingga Anse La Raye? Ada pesta yang harus kuhadiri di sana malam ini."
"Oohhh begitu, naiklah kalau begitu, Jason. Akupun harus menghadiri pesta di sana. Jangan-jangan pesta yang sama denganmu ...," ucap Anna mempersilakan Jason naik ke mobilnya dan membuka central lock pintu mobilnya.
JC segera naik ke sebelah kursi pengemudi, tubuhnya serasa membeku karena terlalu lama berada di luar dan dia sedikit menggigil. Dia pun menggosok-gosok kedua belah telapak tangannya.
Melihat Jason kedinginan, Anna pun menaikkan suhu pemanas mobilnya. "Kuharap kau akan segera hangat kembali .... Oya pesta siapa yang akan kau hadiri, Jason?" ujar Anna.
"Pesta Rosalyn Stuart. Bagaimana denganmu, apa benar pesta yang sama denganku?" jawab JC yang mulai berhenti menggigil.
Anna pun tertawa. "Kebetulan sekali, Jason. Pestanya ternyata sama. Baguslah ... kurasa kita agak terlambat dari waktu yang tertulis di undangan pestanya."
"Biarlah ... cuaca begitu buruk, aku pun tak yakin tamunya akan banyak yang hadir di pesta itu. Ngomong-ngomong, apa kau tidak pernah melihat wajahku di televisi atau baliho iklan di jalan?" ujar JC menyelidik.
Gadis itu seolah berpikir dan mengingat-ingat di bawah tatapan JC yang penasaran. Dia pun menjawab, "Maafkan aku ... seperti aku kurang update, apa kau seorang artis terkenal?"
JC pun tertawa dengan perasaan terluka, ternyata dia tak seterkenal yang dia kira. Padahal belakangan dia membintangi puluhan jenis iklan di berbagai stasiun TV Amerika. Gadis di sebelahnya tidak pernah sekali pun melihatnya. Astaga!
"Nama panggungku JC, nama asliku Jason Channing. Baiklah tidak apa-apa, berarti aku harus bekerja lebih keras lagi agar seluruh penjuru Amerika mengenalku," ucap JC sembari tertawa kering.
JC pun bertanya lagi, "Apa pekerjaanmu, Anna?"
Sambil memperhatikan jalanan di depannya, Anna menjawab, "Aku seorang dokter bedah di Wyndham International Hospital. Kuharap kau tidak akan menjadi pasienku karena biasanya pasienku berada di batas hidup dan mati." Anna pun tertawa sendiri.
Kemudian JC pun memahami leluconnya dan ikut tertawa. "Well, pekerjaan yang berat sepertinya sampai-sampai tidak sempat menonton TV. Aku 100% sehat dan tidak butuh untuk dibedah, Anna."
Kediaman Stuart yang megah mulai nampak di depan. Anna pun menaikkan laju mobilnya agar segera sampai di sana. Penjaga gerbang membukakan pintu gerbang besi otomatis itu dengan remote. Mobil Anna pun segera masuk ke halaman rumah yang megah itu dan mencari tempat parkir yang kosong.
Ternyata perkiraan JC salah, tamu pesta itu membludak seolah abai terhadap cuaca yang membeku di luar sana.
Setelah memarkir mobilnya dengan benar, Anna pun turun masih mengenakan mantel luarnya yang berbahan bulu domba halus berwarna krem. Dia enggan mencopotnya karena gaun merah yang dikirim oleh Rossie sepertinya akan membuatnya masuk angin.
JC pun turun dari mobil Anna lalu meletakkan tangan Anna ke lengannya. Dia akan menjadikan Anna sebagai pendamping pestanya malam ini.
"Anna, temani aku di pesta ini, oke? Aku tak mengenal siapa pun, ini undangan endorse party karena aku seorang artis," pinta JC.
Anna pun menoleh menatap JC. 'Dia memang tampan, kurasa memang dia pernah kulihat di TV entah kapan.'
"Oke, deal. Mari kita masuk dan mulai berpesta," jawab Anna seraya melepas senyumnya ke JC.
'Gadis yang manis.' batin JC ketika melihat senyum Anna.
Mereka masuk ke ruang pesta yang begitu meriah dan berisik dengan musik DJ yang berdentum-dentum. Mayoritas tamu pesta itu dari kalangan anak muda. Mereka asik berjoget dan mengobrol di seluruh penjuru ruangan.
Seorang pelayan menawarkan untuk menyimpankan mantel mereka berdua. Dengan enggan, Anna menyerahkan mantel bulunya yang hangat dan mengerang dalam hatinya ketika hawa dingin menyentuh punggungnya yang terbuka.
JC melihat model gaun merah yang dikenakan oleh Anna dan merasakan hasrat di tubuhnya bangkit secara spontan. Dia menelan salivanya sekali lagi melihat kemolekan tubuh pendamping pestanya malam itu.
"Anna, apa kau sadar dengan model gaun yang kau pakai saat ini?" tanya JC penasaran.
"Maafkan aku, Jason. Ini gaun pinjaman dari tuan rumah pesta. Aku tak pernah menghadiri pesta sosialita seperti ini. Dia mengancam akan memutuskan persahabatan kami bila aku tidak hadir ke pesta. Semoga kau paham dengan situasiku." Anna mengendikkan bahunya menatap JC dengan wajah menderita.
JC pun mengerti alasan Anna mengenakan gaun yang sangat menantang itu. Sepertinya dia harus menjagai gadis itu malam ini dari serangan predator-predator wanita cantik. Bahkan, dia pun begitu terprovokasi ketika melihat tubuh Anna yang molek di dalam gaun merah itu.
"ANNAAAA!" panggil seorang wanita muda dari arah tengah lantai dansa. Dia sang tuan rumah pesta ini.
Anna pun bergegas ke lantai dansa ditemani oleh JC. Kedua wanita itu berpelukan dan saling mengecup pipi kanan dan kiri dengan akrab.
"Wow, kau hebat Anna! Apa kau mengenal JC? Dia selebritis terkenal di Amerika," ucap Rossie Stuart dengan nada kagum.
"Haaahh benarkah? Kami bertemu di jalan tadi, mobilnya macet dan aku memberinya tumpangan kemari, Rossie," jawab Anna dengan nada biasa.
JC pun mengulurkan tangan kanannya kepada Rossie sembari berkata, "Kau pasti Rosalyn Stuart, salam kenal, Nona! Terima kasih sudah mengundangku. Aku beruntung bertemu sahabatmu di jalan tadi, udara di luar membeku dan mobilku mogok."
"Oohh syukurlah kau bisa sampai ke tempatku. Aku akan merasa sangat bersalah bila kau sampai celaka karena hipotermia di luar sana."
Rossie pun meraih tangan Anna lalu mengajaknya ke meja sajian pesta. "Kau pasti lapar, Anna. Selamat menikmati hidangan pestanya. Temani dulu JC sebentar, Anna. Dia pasti juga lapar," bisik Rossie dengan volume rendah di dekat telinga Anna.
"JC, selamat menikmati sajian pestanya. Kuharap kau mau menyanyikan sebuah lagu untukku nanti," ujar Rossie kemudian berpamitan dengan Anna dan JC untuk menyambut tamu yang baru datang.
"Oke, JC atau Jason? Kita lebih baik mengisi perut terlebih dahulu, aku memang lapar ...," ajak Anna seraya mengambil piring kosong dan mengisinya dengan menu makanan prasmanan yang tersedia.
"Ohh lamb chop, aku suka menu itu juga," ujar JC ketika melihat Anna mengambil 2 batang daging rusuk domba yang dimasak panggang.
"Makanlah yang kenyang, Jason. Itu bisa menambah kalori untuk dibakar melawan hawa dingin, pesan dari Dokter Anna. Hahaha," saran Anna sembari tertawa. Dia mengisi piring kosongnya dengan potato wedges, saute veggies, lamb chops serta udang goreng tepung yang tampak lezat lalu menambahkan mayones dan saus sambal.
JC tertawa melihat piring yang dipegang Anna, gadis itu sungguh memiliki napsu makan yang bagus, pikirnya. Dia pun melakukan hal yang sama kemudian mengajak Anna mencari meja dan kursi kosong di ruangan itu untuk makan dengan cara yang lebih nyaman dibanding berdiri.
Malam semakin larut dan pesta seolah semakin meriah dengan tamu-tamu pesta baru yang berdatangan.
Restoran kelas atas itu sangat terkenal di Amerika Utara, hanya orang-orang penting dan kalangan jetset yang bisa mendapatkan reservasi di restoran itu. Antrean panjang di bagian pintu masuk tidak menyurutkan tekad para pengunjung restoran Golden Bloomingdale untuk makan di restoran itu.Dokter Philip Brighton mendapatkan undangan dari atasannya di rumah sakit tempat dia bekerja untuk makan bersama di Golden Bloomingdale Restaurant. Dokter Justin Baldere mengajak putera sulungnya, John untuk bertemu dengan pria itu."Halo, Philip. Sudah lama menunggu?" sapa Justin sembari mengambil tempat duduk di seberang Philip."Ohh halo, Justin, John. Tidak, aku baru saja sampai di sini," jawab Philip sembari membetulkan kaca matanya yang merosot.Waiter restoran itu menghidangkan makanan pembuka untuk meja mereka. Semua menu appetizer hingga dessert sudah termasuk dalam reservasi di awal sehingga mereka tidak perlu pusing memilih menu ketika datang ke restoran
Pesta di kediaman keluarga Stuart masih ramai hingga menjelang tengah malam. JC tidak tega melihat Anna yang sepertinya menggigil kedinginan karena model gaunnya yang terbuka. Dia pun membuat kesepakatan dengan gadis itu."Anna, bagaimana kalau aku memelukmu dari belakang? Kurasa itu akan membuatmu hangat, kau menggigil ...," ujar JC yang berdiri di samping Anna memandangi tengah ruangan yang padat oleh muda-mudi yang asik berjoget dan berbincang.Annastacia menoleh menatap JC sembari berpikir lalu dia pun menjawab, "Tentu, tapi kuharap kau tidak akan macam-macam denganku, JC!""Pastinya ... tenanglah, Girl!" balas JC ringan.Dia pun melingkarkan lengannya di pinggang ramping Anna dan menghangatkan gadis itu dalam dekapannya. Kemudian, JC menggosok-gosok lengan atas Anna dengan telapak tangannya. Kulit Anna terasa dingin ketika disentuh."Oohh nyaman sekali rasanya, JC. Terima kasih," desah Anna dalam pelukan pria itu. Tubuh JC yang kekar seolah me
Seusai menyelesaikan penampilannya di atas panggung, JC segera mendekati tempat Annastacia berdiri bersama pria yang tidak dia kenal itu."Hey, Anna. Siapa pria ini?" tanya JC dengan nada dingin. Dia tidak suka ada pria lain yang mendekati gadis yang dia sukai.Annastacia tersenyum lalu berkata dengan nada riang, "JC kenalkan ini Dokter John Bardere, kolegaku di rumah sakit dan John, kenalkan ini Jason Channing atau bisa dipanggil JC, bintang pop yang punya banyak fans."Mendengar suara Annastacia yang ceria membuat John kehilangan rasa segannya untuk mengenal pria di hadapannya itu. Diapun mengulurkan tangannya pada JC dan menyebut namanya 'John'."Jadi Anna, apa kau setuju untuk kuantar pulang?" ulang John karena sudah hampir tengah malam sekalipun acara pesta Rossie Stuart masih begitu meriah."Ehm sebentar John." Anna lalu menoleh ke arah JC sembari bertanya, "JC, kau menginap dimana? Kurasa John bisa mengantarmu pulang ke hotel tempatmu
Sebelum pergi tidur, JC menyempatkan dirinya untuk memesan sebuah buket bunga mawar merah muda untuk Anna besok pagi di aplikasi pesan antar yang dia temukan di internet. Florist itu ternyata terletak di jalan utama sederet dengan Hotel Northern Light Premiere tempat dia menginap dan buka 24 jam.Tak lama kemudian JC pun terlelap ke alam mimpi yang membawanya kembali bertemu Annastacia. Dalam mimpinya dia berkejar-kejaran sambil tertawa berderai bersama Anna di sebuah hutan di bawah hangatnya sinar matahari musim panas. Hatinya seolah begitu bahagia melihat senyuman Anna yang secerah langit biru di siang hari.Hingga mimpi indahnya itu terpotong oleh suara deringa alarm ponselnya yang begitu kencang. JC pun mengerang kesal lalu duduk di tepi ranjangnya mengucek-ucek matanya yang masih terasa berat karena kantuk.Dia menyeret tubuhnya ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah derasnya shower air dingin pagi itu. JC bersenandung asal-asalan dengan suara
Seusai sarapan lezat yang mengenyangkan, Anna berpamitan pada JC untuk berangkat kerja. Dia menyetir sendiri Mini Cooper berwarna maroon miliknya itu ke Wyndham International Hospital.JC melepas kepergian Anna di lobi Hotel Northern Light itu dengan lambaian tangan. Hari ini adalah hari terakhir tour concert JC. Dia akan tampil di sebuah mall besar di Grenada, acaranya indoor untungnya. Cuaca winter kali ini begitu buruk, salju turun terus sepanjang hari. JC tidak yakin penonton konsernya akan sebanyak biasanya.Sementara Anna menyetir mobilnya melalui jalanan bersalju dengan hati-hati. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit dia melihat banyak mobil derek beroperasi memindahkan mobil-mobil yang macet karena cuaca yang bersalju parah ini. Anna berharap pasiennya hari ini tidak akan membludak karena kecelakaan lalu lintas.Akhirnya, diapun sampai di parkiran basement Wyndham International Hospital, tempat kerjanya. Anna turun membawa buket bunga pemberian JC dan mem
Acara pertunangan sederhana itu hanya berlangsung sebentar saja karena rumah sakit itu sangat sibuk. John mengajak Anna ke ruangan kerjanya sebentar, dia masih ingin berbicara empat mata dengan gadis tunangannya itu.Mereka berdua pun naik lift ke lantai 12, lantai teratas gedung rumah sakit besar itu."Apa kau gugup, Anna?" tanya John iseng.Anna melonjak di tempatnya karena sempat melamun sebentar saat mereka berdua terdiam. "Ehh ... oohh ... tidak gugup, hanya masih merasa bingung. Segalanya berjalan di luar kendaliku," jawabnya jujur.Mereka berdua pun masuk ke ruang kantor John yang luas karena ruangan itu merangkap ruangan CEO Wyndham International Hospital. John mengambil sebuah kotak berukuran setelapak tangan berlapis beledru warna biru tua.Dia menghampiri Annastacia sembari berkata, "Anna, aku ingin memberikanmu ini.""Apa itu, John?" tanya Anna penasaran sambil mengamati kotak di tangan John.John membuka kotak itu yang te
Kafetaria Rumah Sakit Wyndham International siang itu ternyata penuh dikunjungi dokter-dokter yang berpraktik di rumah sakit itu. Bagi Anna yang lebih sering terlambat makan siang, bahkan melewatkan makan siang, itu pemandangan yang tidak biasa.John mengajak Anna duduk di salah satu meja yang kosong di pojok ruangan. Mereka berdua menunggu menu pesanan diantar ke meja mereka."Hey, kalian ... selamat ya untuk pertunangan pagi tadi," ujar Dokter Isaac Beneton, dokter spesialis bedah saraf di rumah sakit itu.Anna dan John berdiri menerima jabat tangan dan pelukan hangat ucapan selamat kolega mereka itu. "Terima kasih, Dok," ucap Anna.Dokter-dokter yang duduk semeja dengan Dokter Isaac pun memberikan ucapan selamat mereka juga ke Anna dan John.Ketika menu makan siang mereka datang, mereka pun mengakhiri ramah tamah basa-basi itu dan kembali ke tempat duduk masing-masing."Anna, apa kau nyaman dengan segala perubahan status yang mendad
Sebelum memulai operasi pembukaan rongga thoracoabdomen itu, Dokter Annastacia memeriksa kondisi vital pasien, masker oksigen terpasang di bagian hidung Ian. Setelah yakin kondisi tubuh secara umum cukup stabil, dia memulai pembukaan rongga thoracoabdomen itu dengan sayatan lapis demi lapis yang rapi karena nanti dia akan menjahitnya kembali.Residen bedah yang menemani Anna siang menjelang sore itu adalah dokter muda Joshua Kremlin, cerdas dan cekatan. Dia membantu Anna mengamankan lapisan demi lapisan yang dibuka oleh Anna dengan allis forceps sembari terus mengikuti setiap proses yang dieksekusi oleh Dokter Annastacia, seniornya.Robekan di selaput diafragma yang memisahkan rongga dada dan perut itu ditemukan oleh Anna. Lebarnya berdiameter sekitar 3 cm, Anna segera menutup lubang itu dengan jahitan rapi benang mikro. Dia memeriksa dengan lampu di kepalanya apakah masih ada lagi lubang lain yang abnormal di selaput diafragma itu. Ternyata tidak ada lagi, maka Anna m