Pesta di kediaman keluarga Stuart masih ramai hingga menjelang tengah malam. JC tidak tega melihat Anna yang sepertinya menggigil kedinginan karena model gaunnya yang terbuka. Dia pun membuat kesepakatan dengan gadis itu.
"Anna, bagaimana kalau aku memelukmu dari belakang? Kurasa itu akan membuatmu hangat, kau menggigil ...," ujar JC yang berdiri di samping Anna memandangi tengah ruangan yang padat oleh muda-mudi yang asik berjoget dan berbincang.
Annastacia menoleh menatap JC sembari berpikir lalu dia pun menjawab, "Tentu, tapi kuharap kau tidak akan macam-macam denganku, JC!"
"Pastinya ... tenanglah, Girl!" balas JC ringan.
Dia pun melingkarkan lengannya di pinggang ramping Anna dan menghangatkan gadis itu dalam dekapannya. Kemudian, JC menggosok-gosok lengan atas Anna dengan telapak tangannya. Kulit Anna terasa dingin ketika disentuh.
"Oohh nyaman sekali rasanya, JC. Terima kasih," desah Anna dalam pelukan pria itu. Tubuh JC yang kekar seolah menyelimuti tubuhnya yang mungil.
Mereka berdua berada dalam posisi itu cukup lama dan mengobrol satu sama lain. Anna menyukai temperamen JC yang menyenangkan dan lembut ketika berbicara. Rasanya seperti mengobrol dengan teman lama.
"JC, apa kamu sudah memiliki pacar?" tanya Anna penasaran. 'Berhubung JC seorang artis terkenal tentunya agak sulit berpacaran,' pikir Anna.
"Sayangnya profesiku sulit untuk berpacaran, ada aturan dari managemen yang melarang artis berpacaran. Kemudian, fans-fansku juga tidak akan suka bila aku memiliki seseorang yang spesial. Intinya kehidupan pribadiku tidak semanis yang orang pikirkan," tutur JC dengan nada yang menurut Anna sedikit sedih.
"Hmmm sepertinya aku mengerti sedikit tentang kehidupanmu di balik panggung yang gemerlap itu, JC. Mungkin suatu hari kau harus merelakan kepopuleranmu itu bila ingin kehidupan yang lebih sederhana dan bebas tekanan," komentar Anna mengenai kehidupan keartisan JC.
JC pun tertawa lemah mendengar komentar Anna. "Aku mau saja, bila mendapatkan pendamping hidup yang tepat. Sayangnya aku belum menemukan gadis itu hingga kini, jadi lebih baik aku bekerja keras untuk membangun istana sambil menunggunya tiba dalam kehidupanku," balas JC.
Mereka berdua pun terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Bagaimana denganmu Anna? Masih single hingga sekarang?" tanya JC sembari mengeratkan pelukannya di sekeliling tubuh Anna yang terasa begitu pas dengan tubuhnya.
"Aku memang tidak suka berpacaran, pekerjaanku menuntut jam kerja yang padat dan menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Seorang dokter bedah harus fokus ketika bekerja di meja operasi," jawab Anna apa adanya.
"Kurasa kita mirip ...," sahut JC.
Annastacia pun tertawa ringan, dia pun berpikiran sama seperti JC tadi. Mereka berdua memiliki pekerjaan profesional yang membuat kehidupan pribadi menjadi kering. Namun, selama ini memang belum ada seorang pria pun yang menarik perhatian Anna.
"Bagaimana kalau kita menjadi pacar rahasia? Apa kau setuju? Kita memiliki banyak kesamaan situasi, bukan?" usul JC seraya menatap wajah Anna dari samping.
Anna balas menatapnya lalu menjawab, "Boleh dicoba, tapi janji ya jangan bersikap yang aneh-aneh atau hubungan kita berakhir!"
"Tenanglah, mungkin aku terkenal sebagai playboy menurut majalah gosip. Namun, aku tidak seperti itu ... ya memang aku tidur dengan banyak perempuan sepanjang karirku. Hanya saja aku tidak main hati dengan mereka," ujar JC menceritakan kehidupan percintaannya.
"Aduh aku berurusan dengan playboy, jangan-jangan kau mengatakan ini hanya karena ingin tidur denganku, JC?" balas Anna meradang.
JC pun tertawa berderai. "Kau boleh berpikir semaumu, Anna. Aku tidak ingin menggiring opini ke arah yang salah sebenarnya, tapi yang terjadi selama ini seperti itu. Dan tentang tidur denganmu, aku pasti dengan senang hati mau melakukannya. Sayangnya, kurasa kau yang tidak akan mau ... benar, kan?"
"Sleep with stranger bukan gayaku, JC. Aku ingin bercinta bukan sekedar having sex, itu sangat buruk bila melakukannya asal-asalan," jawab Anna menghindari tatapan JC, sementara lengan pria itu melingkari tubuhnya dengan erat seolah tak ingin membiarkannya pergi menjauh.
"Sedikit dari hatiku mulai terjatuh ke dirimu, Cantik. Itu yang kurasakan, tapi mungkin kau butuh sedikit waktu lagi untuk mengenalku yang sebenarnya," ujar JC jujur dengan perasaannya.
Rossie Stuart mendekati mereka berdua seraya berkata, "Maaf harus mengganggu momen romantis kalian, tapi aku ingin meminta JC menyanyikan satu lagu atau berapa pun yang dia mau untukku dan tamu-tamuku, Anna."
"Ohh tentu, Rossie. Dia bebas ... aku hanya kedinginan karena memakai gaun pinjamanmu. JC membantu menghilangkan rasa dingin itu."
"Pergilah, JC," kata Anna tersenyum pada JC seraya melepaskan dirinya dari dekapan pria itu.
"Oke, aku akan naik ke panggung sekarang," jawab JC lalu bergegas ke panggung mengambil microphone dan duduk di kursi tinggi yang ada di tengah panggung.
"Selamat malam, Teman-teman. Aku akan membawakan beberapa lagu untuk kalian. Check it out!" ucap JC kemudian berbicara dengan gitaris yang duduk di sebelahnya di panggung.
"Cukup sudah ... air mata sang kekasih, melihat pujaannya tak berubah ... karena cinta tak dapat dikhianati itu sebabnya ... juga cinta tak mau terbagi dua dalam keraguan ... itu sebabnya."
JC menyanyikan lagunya dengan suara merdu mendayu diiringi petikan gitar yang menghanyutkan pendengarnya. Ketika lagu itu berakhir tepuk tangan riuh rendah terdengar dari seisi ruangan pesta.
"More ... more ... more, we want JC, we want JC!" sorak sorai penggemar JC memintanya menyanyikan sebuah lagu lagi.
"Oke, satu lagu lagi ya ...," ucap JC dengan ramah sembari melepas senyum manisnya. Matanya mencari-cari sosok Anna di antara lautan manusia yang hadir di pesta malam itu.
'Sial, siapa pria itu?!' umpat JC dalam hatinya ketika melihat seorang pria mendekati Anna-nya. Mereka berdua sepertinya saling kenal.
"Rinduuu kamuuu ... pikiranku menuju ke kamu, merpati manisku ... dara cintaku .... Mengertikah kau, Kasih ...rasa ini hanya untukmu. Kembalilah padaku, Cinta Pertamaku ... kumenunggumu kini dan selamanya ...hanya kamu di hatiku ...," lantun JC dalam lagu gombal yang dia hayati sepenuhnya hingga fans-fansnya menjadi begitu baper ketika mendengarnya.
Anehnya, justru lagu itu ingin dia persembahkan kepada Anna. Gadis manis yang dia temui malam ini di tengah jalan yang membeku karena hujan salju yang begitu deras. Malaikat cantik yang menyelamatkan nyawanya dari ancaman hipotermia. 'She's just like a candy,' batin JC mendambakan Anna berada dalam pelukannya lagi.
JC sedikit cemburu ketika Anna tersenyum sambil berbicara dengan pria sialan yang sepertinya tak mampu melepaskan tatapan matanya dari tubuh molek Anna. Dan pria itu pun akhirnya menatap ke arah JC dengan tatapan yang tidak menyenangkan.
Namun, JC acuh sembari menyanyi di atas panggung seolah tidak ada yang terjadi. Kontrol suara dan penjiwaannya terhadap lagu sangat bagus sehingga fans-fansnya tidak mengetahui bila idola mereka sedang galau dan gelisah.
"Oohh hai, John! Kau datang juga ke pesta Rossie?" sapa Anna pada pria yang menyentuh bahunya yang terbuka dari arah belakang ketika dia menoleh.
"Selamat malam, Dokter Cantik. Tentu saja, aku tahu dia sahabat dekatmu. Kupikir kau pasti juga datang ke pesta ini," jawab John Bardere dengan tatapan yang mendamba pada Anna.
"Ya, Rossie memaksaku datang. Sebetulnya aku tidak ingin datang, cuaca buruk dan aku lelah bekerja seharian ... hari ini banyak kecelakaan jalan raya, kau tahu?" balas Anna dengan akrab.
"Ini hampir tengah malam, apa sebaiknya kau menginap di sini atau aku mengantarmu pulang ke apartmentmu, Anna?" saran John masuk akal.
"Aku sebetulnya datang ke sini bersama seorang teman, mungkin sebaiknya aku menanyakan terlebih dahulu kepadanya," ujar Anna dengan ragu lalu dia melihat JC melambaikan tangan kepadanya dari atas panggung.
Anna melambaikan tangannya membalas JC. "Itu temanku yang datang bersamaku, John," kata Anna menunjuk JC di atas panggung.
John pun menoleh ke arah panggung dan bersitatap dengan JC dalam tatapan yang tajam yang hanya dipahami oleh sesama pria yang menyukai satu wanita yang sama.
Seusai menyelesaikan penampilannya di atas panggung, JC segera mendekati tempat Annastacia berdiri bersama pria yang tidak dia kenal itu."Hey, Anna. Siapa pria ini?" tanya JC dengan nada dingin. Dia tidak suka ada pria lain yang mendekati gadis yang dia sukai.Annastacia tersenyum lalu berkata dengan nada riang, "JC kenalkan ini Dokter John Bardere, kolegaku di rumah sakit dan John, kenalkan ini Jason Channing atau bisa dipanggil JC, bintang pop yang punya banyak fans."Mendengar suara Annastacia yang ceria membuat John kehilangan rasa segannya untuk mengenal pria di hadapannya itu. Diapun mengulurkan tangannya pada JC dan menyebut namanya 'John'."Jadi Anna, apa kau setuju untuk kuantar pulang?" ulang John karena sudah hampir tengah malam sekalipun acara pesta Rossie Stuart masih begitu meriah."Ehm sebentar John." Anna lalu menoleh ke arah JC sembari bertanya, "JC, kau menginap dimana? Kurasa John bisa mengantarmu pulang ke hotel tempatmu
Sebelum pergi tidur, JC menyempatkan dirinya untuk memesan sebuah buket bunga mawar merah muda untuk Anna besok pagi di aplikasi pesan antar yang dia temukan di internet. Florist itu ternyata terletak di jalan utama sederet dengan Hotel Northern Light Premiere tempat dia menginap dan buka 24 jam.Tak lama kemudian JC pun terlelap ke alam mimpi yang membawanya kembali bertemu Annastacia. Dalam mimpinya dia berkejar-kejaran sambil tertawa berderai bersama Anna di sebuah hutan di bawah hangatnya sinar matahari musim panas. Hatinya seolah begitu bahagia melihat senyuman Anna yang secerah langit biru di siang hari.Hingga mimpi indahnya itu terpotong oleh suara deringa alarm ponselnya yang begitu kencang. JC pun mengerang kesal lalu duduk di tepi ranjangnya mengucek-ucek matanya yang masih terasa berat karena kantuk.Dia menyeret tubuhnya ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah derasnya shower air dingin pagi itu. JC bersenandung asal-asalan dengan suara
Seusai sarapan lezat yang mengenyangkan, Anna berpamitan pada JC untuk berangkat kerja. Dia menyetir sendiri Mini Cooper berwarna maroon miliknya itu ke Wyndham International Hospital.JC melepas kepergian Anna di lobi Hotel Northern Light itu dengan lambaian tangan. Hari ini adalah hari terakhir tour concert JC. Dia akan tampil di sebuah mall besar di Grenada, acaranya indoor untungnya. Cuaca winter kali ini begitu buruk, salju turun terus sepanjang hari. JC tidak yakin penonton konsernya akan sebanyak biasanya.Sementara Anna menyetir mobilnya melalui jalanan bersalju dengan hati-hati. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit dia melihat banyak mobil derek beroperasi memindahkan mobil-mobil yang macet karena cuaca yang bersalju parah ini. Anna berharap pasiennya hari ini tidak akan membludak karena kecelakaan lalu lintas.Akhirnya, diapun sampai di parkiran basement Wyndham International Hospital, tempat kerjanya. Anna turun membawa buket bunga pemberian JC dan mem
Acara pertunangan sederhana itu hanya berlangsung sebentar saja karena rumah sakit itu sangat sibuk. John mengajak Anna ke ruangan kerjanya sebentar, dia masih ingin berbicara empat mata dengan gadis tunangannya itu.Mereka berdua pun naik lift ke lantai 12, lantai teratas gedung rumah sakit besar itu."Apa kau gugup, Anna?" tanya John iseng.Anna melonjak di tempatnya karena sempat melamun sebentar saat mereka berdua terdiam. "Ehh ... oohh ... tidak gugup, hanya masih merasa bingung. Segalanya berjalan di luar kendaliku," jawabnya jujur.Mereka berdua pun masuk ke ruang kantor John yang luas karena ruangan itu merangkap ruangan CEO Wyndham International Hospital. John mengambil sebuah kotak berukuran setelapak tangan berlapis beledru warna biru tua.Dia menghampiri Annastacia sembari berkata, "Anna, aku ingin memberikanmu ini.""Apa itu, John?" tanya Anna penasaran sambil mengamati kotak di tangan John.John membuka kotak itu yang te
Kafetaria Rumah Sakit Wyndham International siang itu ternyata penuh dikunjungi dokter-dokter yang berpraktik di rumah sakit itu. Bagi Anna yang lebih sering terlambat makan siang, bahkan melewatkan makan siang, itu pemandangan yang tidak biasa.John mengajak Anna duduk di salah satu meja yang kosong di pojok ruangan. Mereka berdua menunggu menu pesanan diantar ke meja mereka."Hey, kalian ... selamat ya untuk pertunangan pagi tadi," ujar Dokter Isaac Beneton, dokter spesialis bedah saraf di rumah sakit itu.Anna dan John berdiri menerima jabat tangan dan pelukan hangat ucapan selamat kolega mereka itu. "Terima kasih, Dok," ucap Anna.Dokter-dokter yang duduk semeja dengan Dokter Isaac pun memberikan ucapan selamat mereka juga ke Anna dan John.Ketika menu makan siang mereka datang, mereka pun mengakhiri ramah tamah basa-basi itu dan kembali ke tempat duduk masing-masing."Anna, apa kau nyaman dengan segala perubahan status yang mendad
Sebelum memulai operasi pembukaan rongga thoracoabdomen itu, Dokter Annastacia memeriksa kondisi vital pasien, masker oksigen terpasang di bagian hidung Ian. Setelah yakin kondisi tubuh secara umum cukup stabil, dia memulai pembukaan rongga thoracoabdomen itu dengan sayatan lapis demi lapis yang rapi karena nanti dia akan menjahitnya kembali.Residen bedah yang menemani Anna siang menjelang sore itu adalah dokter muda Joshua Kremlin, cerdas dan cekatan. Dia membantu Anna mengamankan lapisan demi lapisan yang dibuka oleh Anna dengan allis forceps sembari terus mengikuti setiap proses yang dieksekusi oleh Dokter Annastacia, seniornya.Robekan di selaput diafragma yang memisahkan rongga dada dan perut itu ditemukan oleh Anna. Lebarnya berdiameter sekitar 3 cm, Anna segera menutup lubang itu dengan jahitan rapi benang mikro. Dia memeriksa dengan lampu di kepalanya apakah masih ada lagi lubang lain yang abnormal di selaput diafragma itu. Ternyata tidak ada lagi, maka Anna m
Pukul 08.00 PM saat Anna akan meninggalkan kamar perawatan JC, manager artis itu, Max Brury masuk ke dalam ruangan."Aahh Dokter Annastacia, bagaimana kondisi JC?" sapanya seraya berjabat tangan dengan Anna."Well, Jason sudah tersadar sejak tadi, tapi masih belum boleh makan hingga besok pagi pukul 08.00 AM. Tolong jangan beri dia makan, Mr. Brury. Pastikan dia tidak banyak bergerak apalagi berjalan-jalan. Kuharap lukanya tidak akan membekas dengan buruk. Salep untuk bekas luka jahitan itu ada di nakas, harus dioleskan 3 kali sehari," jawab Anna dengan profesional."Max, sepertinya Anna gemar menyiksa pasiennya," sahut JC sambil terkekeh di atas ranjang masih dengan posisi telungkup."Itu adalah hobiku, Jason! Sudah malam, Tuan-tuan. Saya akan pulang ke rumah sekarang. Sampai jumpa besok!" ujar Anna sembari tertawa berderai lalu meninggalkan ruang perawatan JC.Anna naik lift ke lantai 3 tempat praktiknya lalu mengambil tas serta baran
Pagi harinya, Dokter Annastacia mengunjungi pasien pasca operasinya satu per satu. Setiap hari dia melakukan operasi dan jarang mengambil hari libur, jadi kunjungan visit paginya sangat lama. JC adalah pasien terakhir yang harus dia kunjungi dari total 12 pasien lama dan baru.Anak-anak koasistensi bedah mengikutinya dari belakang untuk mencatat status kondisi pasca operasi. Ketika mereka tiba di ruang perawatan JC, mereka pun mendadak heboh melihat popstar ganteng itu.Sementara JC hanya tersenyum simpul seperti menghadapi fans-fansnya biasanya. Dia masih harus berbaring telungkup di ranjang pasien sesuai perintah Anna. Itu cukup menyiksa karena sangat membosankan dan membuat sebagian tubuhnya pegal serta kaku."Selamat pagi, Jason. Sepertinya kau punya banyak penggemar calon dokter," sapa Anna riang.JC terkekeh menanggapi ucapan Anna. "Pagi, Anna. Ya begitulah, makanya aku heran ketika tahu kau tidak mengenaliku. Kau yang terlalu serius dengan pekerjaa