Ali mendengar namanya dipanggil oleh suara perempuan muda yang datang dari arah punggungnya. Ia pun lalu menoleh ke belakang.
"Minda!"Ali terperangah, ia melihat seorang perempuan cantik yang sudah ia kenal sebelumnya, perempuan bergaya modis dengan senyumannya yang manis berjalan mendekat menuju dirinya.Nama perempuan itu Minda Olivia Johnson atau biasa dipanggil Minda."Halo Al, bagaimana kabarnya?" tanya Minda masih dengan senyuman manis nan ramahnya."A-aku baik, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" jawab Ali kikuk."Aku juga baik ko." ucap minda dengan suara imutnya."Kamu bisa ada disini Da?" tanya Ali kembali."Aku mau jemput kakakku."Ali sedikit terkejut mendengar jawaban dari Minda, "Siapa kakaknya? Disini hanya ada aku saja." gumamnya."Si-siapa kakakmu?""Ka Andre.""Hah!" Ali merasa terkejut Minda menyebut nama itu, "Maksudmu coach Andre? Pe-pelatih teknik pemain depan Phoenix FC U19!" Terka Ali, "Ka-kamu ada hubungan apa dengan coach Andre?""Aku adiknya! Masa kamu lupa aku punya Kakak!" seru Minda yang sedari tadi masih belum bisa menyudahi senyum manis dari bibirnya.Mendengar hal itu Ali terkejut tidak menyangka kalau Minda adalah adik dari Coach Andre, "I-iya aku tidak tahu Da kamu mempunyai kakak." terangnya masih dengan perasaan gugup, "Ba-baiklah Kalau begitu, a-aku pulang dulu Da, bye!"Ali lalu berjalan pergi meninggalkan Minda menuju ke arah luar lapangan."Owh, ternyata hanya begitu saja!" ucap Minda yang tiba-tiba merubah nada bicaranya dan juga menyudahi senyuman manisnya, "Setelah 2 tahun lalu kamu menyatakan cinta kepadaku! Sekarang kamu ingin meninggalkan aku lagi." jelas Minda.Ali yang belum jauh berjalan dari tempat berdirinya Minda, setelah mendengar ucapan dari Minda tadi lalu menghentikan langkah kakinya.Ali kemudian membalikkan badannya kembali ke arah Minda, "Kalau menurutmu aku yang salah, aku minta maaf!" ucap Ali dengan perasaan mendalam, "Sekarang aku hanya akan fokus berlatih untuk meningkatkan kemampuan sepak bola ku." terangnya.Ali kemudian berbalik lagi dan melanjutkan langkah kakinya untuk berjalan menuju keluar lapangan.Minda yang melihat ke arah berjalannya Ali, hanya bisa merelakan Ali pergi berjalan meninggalkannya, "Kenapa kamu berubah Ali?" gumamnya dalam hati dengan perasaan sebal dan sedikit sedih.Di kediaman keluarga Abdul Ottmar Benson terlihat Ali yang sudah sampai di gerbang rumahnya, setelah pulang dari latihan sepak bola. Liana sang Ibu, seperti biasa menyambut kedatangan anak kesayangan dan satu-satunya dengan hangat sementara Abdul tetap dengan pandangan sinisnya kepada Ali, ia masih beranggapan kalau apa yang dilakukan Ali dengan mengubah posisi menjadi pemain depan hanya akan membuat karir sepak bolanya hancur.Setelah selesai dengan urusannya di lantai satu, Ali dengan cepat melangkah menuju ke kamarnya di lantai dua, ia pun langsung merebahkan tubuh di kasurnya.Ali mulai mencoba untuk berpikir, bagaimana caranya untuk mempercepat meningkatkan semua atribut yang ada dalam sistem sepak bolanya, walaupun sebenarnya ia sudah puas dengan apa yang dilakukannya sekarang.Menurut Ali, ia tadi telah melakukan tantangan harian dengan lebih baik lagi setelah diberi tahu oleh sistem dan coach Andre agar lebih stabil menjaga pergerakan tubuhnya. Namun ia harus terus berpikir bagaimana cara cepat untuk meningkatkan kemampuannya dalam bersepak bola.Ali juga mulai berpikir bahwa mulai hari ini ia hanya akan berfokus untuk melanjutkan meningkatkan kemampuan sepak bolanya, karena ia merasa seperti sudah diberikan sebuah anugerah besar dengan adanya sistem di dalam tubuhnya.Keesokan pagi hari, setelah Ali bangun dari tidurnya ia langsung mengaktifkan sistem sepak bolanya.Ting![Sistem Aktif]Ali penasaran dengan hasil dari tantangan hariannya kemarin setelah ia melakukan latihan menembak di lapangan Akademi Phoenix FC."Buka Atribut pemain"[Atribut Pemain][Shooting 5] [Red] [+8%]"Yes! Berarti kemarin hasil latihanku bertambah 6 persen, padahal hari sebelumnya aku hanya bertambah 2 persen saja!"Ting![Sistem Non Aktif]Sore hari di lapangan Akademi Phoenix FC."Coach! Aku telah siap untuk melakukan latihan menembak kembali, kali ini tembakan ku akan banyak mengenai target sasaran berupa kerucut plastik dengan jarak 20 meter itu!"Terlihat Ali yang sudah sangat bersemangat untuk melakukan pelatihan mandiri rutinnya yang sudah dalam 2 hari ini di instruksikan kepada Ali oleh Pelatih Teknik pemain depan Akademi Phoenix FC Coach Andre."Hari ini kamu tidak akan melakukan pelatihan mandiri lagi, pelatih kepala menginginkan latih tanding untuk semua pemain di akademi ini." ucap Andre kepada Ali."Hari ini kita akan melakukan latih tanding dengan membagi dua para pemain dari Akademi ini!" seru Kepala Pelatih Phoenix FC U19 kepada seluruh pemain Akademi."Siap Coach!!!" seru serentak para pemain Akademi Phoenix FC bersemangat.Sementara itu, terlihat Ali yang tidak terlalu senang dengan sesi latihan hari ini, karena dengan berubahnya metode pelatihan mandiri yang biasanya ia lakukan, akan mengurangi persentase jumlah tembakan yang mengenai sasaran untuk menyelesaikan tantangan harian hari ini."Ah, kenapa harus ada latih tanding saat ini." keluh Ali.Dalam latih tanding ini tim akan di bagi dua, yaitu tim dengan rompi berwarna merah 11 orang dan tim dengan tim dengan rompi berwarna biru 11 orang. Mereka akan saling bertanding 2 babak selama 60 menit.Ali akan bermain di tim dengan rompi berwarna biru dan dijadikan sebagai pemain depan. Berbeda dengan Ali, teman sekolahnya Reza akan bermain di tim dengan rompi berwarna merah."Tim dengan rompi berwarna merah akan menjalankan strategi menyerang, sementara tim dengan rompi berwarna biru akan menjalankan strategi bertahan!" seru kepala pelatih kepada semua pemain muda didikannya.Bila dilihat dari komposisi pemainnya, jelas terlihat bahwa pemain yang memakai rompi berwarna merah adalah pemain inti dari Phoenix FC U19, sementara pemain yang memakai rompi biru merupakan pemain cadangannya. Tim rompi merah sebagai tim yang menyerang akan memakai formasi 4-3-3, sementara tim rompi merah sebagai tim bertahan akan memakai formasi 4-5-1.Dalam pertandingan latih tanding ini, Ali yang merupakan satu-satunya pemain depan dari tim rompi biru, ia akan berhadapan langsung dengan Johnson yang merupakan bek tangguh dari Phoenix FC U19 yang bertubuh gempal.Johnson adalah orang yang selalu mencemooh kemampuan Ali sebagai kiper cadangan ketika tim nya Phoenix FC U19 berhadapan dengan tim Rockets FC U19 minggu lalu, yang berkesudahan 0 - 8 untuk kemenangan tim Rockets FC U19.Priit!Pertandingan pun dimulai.Seperti yang sudah diduga sebelumnya pada menit-menit awal pertandingan tim rompi merah langsung memainkan tempo cepat untuk melakukan serangan yang bertubi-tubi ke arah
Latih tanding antara tim rompi merah melawan tim rompi biru dari Akademi Phoenix FC, saat ini skor sementara adalah 2 - 0 untuk kemenangan dari tim rompi merah yang diisi oleh pemain inti.Setelah gol kedua dari tim rompi merah, terlihat Ali kali ini ia berinisiatif untuk membantu pertahanan dari tim rompi biru, karena ia merasa tidak memiliki manfaat kalau harus terus menunggu bola di pertahanan tim lawan rompi merah dan dengan staminanya yang sangat tinggi apabila dibanding dengan pemain-pemain lainnya dari Akademi Phoenix FC, Ali selalu bisa berlari dan terus berlari untuk dapat memotong umpan-umpan dari pemain tengah dari tim rompi merah.“Ali!” teriak Reza sang kapten pemain tengah dari tim rompi merah kepada Ali, “Kenapa kamu malah turun menjaga pertahanan!” ungkapnya kesal karena saat ini Ali sedang menjaga dirinya dengan ketat.“Aku tidak ada manfaat apabila terus berada di depan kotak penalti lawan, lebih baik aku turun untuk membantu pertahanan.” jawab Ali.Dengan adanya ban
Namun Ali lalu melangkahkan lagi kakinya untuk berjalan kembali meninggalkan Minda, "Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk terus fokus pada sepak bola, dan tidak akan terganggu dengan hal-hal lainnya." Pikirnya menguatkan ambisinya untuk menjadi pesepak bola profesional.Minda pun untuk kedua kalinya harus rela dan pasrah melihat Ali tidak memperdulikannya setelah hari kemarin pun mendapatkan perlakuan yang sama dari Ali, "Ali kamu memang sudah benar-benar berubah, kamu bukan dirimu yang dulu lagi. Kamu dulu baik, sangat ringkih dan hanya aku yang bisa menjaga dan menolong saat kamu di injak-injak oleh teman-teman mu saat SMP." ungkapnya dalam hatiAli saat ini memang sudah semakin ambisius dan sangat berpikir keras untuk bagaimana caranya agar kemampuan sistem sepak bolanya bisa meningkat dengan cepat, dan tidak ingin ada masalah apapun yang bisa menghambatnya.Keesokan pagi hari.Ting! [Sistem Aktif]"Buka Atribut pemain"[Atribut Pemain][Shooting 5] [Red] [+12%]"Yah, han
Abdul dan Liana mendapatkan laporan dari SMA Bright Sky tempat Ali menimba ilmu akademik pendidikannya, bahwa sudah tiga hari ini Ali tidak pernah masuk ke sekolah untuk belajar di kelasnya. Hal itu yang membuat Abdul kecewa dan langsung naik pitam, sementara Liana yang terkejut merasa sedih dan cemas dengan keadaan anaknya Ali.Abdul yang melihat Liana sedang memeluk dan melindungi Ali akhirnya mengurungkan niatnya untuk memukul Ali sekali lagi, "Kamu harus mengambil tanggung jawabmu sebagai anak dan melakukan yang terbaik untuk menjadi pribadi yang lebih baik!" ucap Abdul yang berusaha menasehati Ali, "Libur Minggu ini kamu harus tetap berada di rumah! Tidak ada latihan sepak bola lagi!". Tutup Abdul seraya berjalan masuk ke dalam kamarnya.Liana yang melihat Abdul sudah tidak berada di dekat Ali lalu melepas pelukannya dari tubuh Ali, "Sayang, Apa yang terjadi di Sekolah?" tanya Liana lembut menyelidik, "Ceritakan pada Ibu semuanya, kamu jangan terlalu khawatir, mari kita cari tahu
"Bolehkah aku meminta bantuan Ibu?"[Boleh]"Kalau begitu aku mau meminta bantuan ibu saja."Ting![Sistem Non Aktif]Tak beberapa lama kemudian, setelah Ali melihat Abdul keluar rumah, ia langsung berjalan menghampiri Liana ibunya dan meminta waktunya untuk bisa berbicara dengan ibunya di meja makan.Ali terdiam sejenak, kemudian ia mengambil nafas dalam-dalam. "Bu, aku tahu sesuatu yang mungkin tidak seharusnya aku tahu. Tetapi aku merasa harus berbicara tentang ini."Liana memperhatikan anaknya dengan cemas. "Apa yang terjadi, Nak?"Ali menatap ibunya dengan serius. "Atasan ayah melakukan penyelewengan anggaran di perusahaan. Ayah ikut terlibat."Liana terkejut mendengar hal itu. "Kamu yakin, Nak?""Iya, Bu. Aku sangat yakin. Tetapi, ayah tidak mau melaporkannya karena takut beban keuangan keluarga akan bertambah berat."Liana merasa kebingungan. "Aku tahu ayahmu. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu.""Bu, aku tahu ini sulit untuk dipercaya. Tetapi kita harus menyelesaikan ini
Ali bertanya kepada Liana Ibunya. "Ibu, bagaimana dengan reaksi Ayah?""Reaksi apa Nak?" jawab Liana balik bertanya. Ia seolah bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ali, meskipun sebenarnya dia menyadari apa maksud yang ingin disampaikan oleh Ali."Ibu belum mencoba membujuk Ayah?" Ali berusaha menekankan pertanyaannya, "Bukannya Ibu kemarin bilang mau membujuk Ayah supaya melaporkan atasannya yang akan melakukan penyelewengan anggaran di perusahaannya?!"Liana lalu melayangkan senyuman lembut terhangatnya kepada Ali dan berkata, "Sudah kok." Liana lalu merapikan meja makan."Terus apa kata Ayah?!" selidik Ali penasaran."Ayah masih belum mau melaporkan atasannya." "Apa! Ta-tapi kenapa! I-ibu mungkin belum cukup berusaha untuk membujuk Ayah!"Mendengar keluhan dari anaknya Ali, Liana lalu terdiam dan menatap tegas ke arah wajah Ali dan berkata, "Ali, Ibu sudah berusaha. Sekarang cepat habiskan sarapanmu dan berangkat bersama Ibu ke Sekolah.""Ba-baiklah." Ali yang melihat waja
“Ju-juggling Coach?!” Ali langsung terkejut mendengar permintaan Andre, karena ia memang belum pernah sama sekali melakukan juggling seumur hidupnya. Juggling adalah teknik menggiring bola dengan kaki yang dilakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri tanpa membiarkan bola jatuh ke tanah. “Siap Coach!” Coach Andre lalu memberikan bola kepada Ali, dan ketika Ali mencoba melakukan juggling, ia kesulitan untuk mengendalikan bola, karena bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan. Ali tidak ingin menyerah dan mencoba untuk melakukan juggling dengan lebih serius. Namun, hasilnya tetap sama, bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan saja. Melihat kemampuan juggling Ali yang sangat buruk, Andre lalu memberikan pengarahan kepada Ali bagaimana cara melakukan juggling yang benar. Namun, kembali hasilnya tetap sama, Ali memang tidak mempunyai kemampuan dalam mengontrol bola. "Baiklah Ali, selama se
Abdul lalu terdiam agak lama, lalu berkata dengan lirih. “Kamu dan Ali benar … Aku memang terlibat penyelewengan anggaran perusahaan. Dan hal ini sangat mengganggu pikiran dan mental ku, Li!” Mendengar pengakuan dari suaminya Abdul, Liana terkejut namun ia berusaha untuk tetap terlihat tenang di hadapan Abdul. Liana tidak menyangka bahwa apa yang diungkapkan oleh Ali mengenai penyelewengan anggaran ternyata benar adanya. “Baiklah sekarang tolong jujur kepadaku, sudah sejauh mana keterlibatanmu dalam penyelewengan anggaran ini.” selidik Liana dengan wajah seriusnya. “Panjang ceritanya, namun besok adalah harinya dimana aku yang seharusnya menandatangani pembelian barang Fiktif yang dilakukan oleh atasanku.” ungkap Abdul. “Besok jangan kamu tanda tangani surat itu. Kamu adukan atasanmu ke Unit Satuan Pengawasan Internal Perusahaan.” terang Liana memberi saran. “Tapi ada kemungkinan mereka juga terlibat Li, posisi ku saat ini sangat terjepit.” “Kamu harus lakukan sesuatu hal yang