Share

BAB 8. Fokus

Ali mendengar namanya dipanggil oleh suara perempuan muda yang datang dari arah punggungnya. Ia pun lalu menoleh ke belakang.

"Minda!"

Ali terperangah, ia melihat seorang perempuan cantik yang sudah ia kenal sebelumnya, perempuan bergaya modis dengan senyumannya yang manis berjalan mendekat menuju dirinya.

Nama perempuan itu Minda Olivia Johnson atau biasa dipanggil Minda.

"Halo Al, bagaimana kabarnya?" tanya Minda masih dengan senyuman manis nan ramahnya.

"A-aku baik, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" jawab Ali kikuk.

"Aku juga baik ko." ucap minda dengan suara imutnya.

"Kamu bisa ada disini Da?" tanya Ali kembali.

"Aku mau jemput kakakku."

Ali sedikit terkejut mendengar jawaban dari Minda, "Siapa kakaknya? Disini hanya ada aku saja." gumamnya.

"Si-siapa kakakmu?"

"Ka Andre."

"Hah!" Ali merasa terkejut Minda menyebut nama itu, "Maksudmu coach Andre? Pe-pelatih teknik pemain depan Phoenix FC U19!" Terka Ali, "Ka-kamu ada hubungan apa dengan coach Andre?"

"Aku adiknya! Masa kamu lupa aku punya Kakak!" seru Minda yang sedari tadi masih belum bisa menyudahi senyum manis dari bibirnya.

Mendengar hal itu Ali terkejut tidak menyangka kalau Minda adalah adik dari Coach Andre, "I-iya aku tidak tahu Da kamu mempunyai kakak." terangnya masih dengan perasaan gugup, "Ba-baiklah Kalau begitu, a-aku pulang dulu Da, bye!"

Ali lalu berjalan pergi meninggalkan Minda menuju ke arah luar lapangan.

"Owh, ternyata hanya begitu saja!" ucap Minda yang tiba-tiba merubah nada bicaranya dan juga menyudahi senyuman manisnya, "Setelah 2 tahun lalu kamu menyatakan cinta kepadaku! Sekarang kamu ingin meninggalkan aku lagi." jelas Minda.

Ali yang belum jauh berjalan dari tempat berdirinya Minda, setelah mendengar ucapan dari Minda tadi lalu menghentikan langkah kakinya.

Ali kemudian membalikkan badannya kembali ke arah Minda, "Kalau menurutmu aku yang salah, aku minta maaf!" ucap Ali dengan perasaan mendalam, "Sekarang aku hanya akan fokus berlatih untuk meningkatkan kemampuan sepak bola ku." terangnya.

Ali kemudian berbalik lagi dan melanjutkan langkah kakinya untuk berjalan menuju keluar lapangan.

Minda yang melihat ke arah berjalannya Ali, hanya bisa merelakan Ali pergi berjalan meninggalkannya, "Kenapa kamu berubah Ali?" gumamnya dalam hati dengan perasaan sebal dan sedikit sedih.

Di kediaman keluarga Abdul Ottmar Benson terlihat Ali yang sudah sampai di gerbang rumahnya, setelah pulang dari latihan sepak bola. Liana sang Ibu, seperti biasa menyambut kedatangan anak kesayangan dan satu-satunya dengan hangat sementara Abdul tetap dengan pandangan sinisnya kepada Ali, ia masih beranggapan kalau apa yang dilakukan Ali dengan mengubah posisi menjadi pemain depan hanya akan membuat karir sepak bolanya hancur.

Setelah selesai dengan urusannya di lantai satu, Ali dengan cepat melangkah menuju ke kamarnya di lantai dua, ia pun langsung merebahkan tubuh di kasurnya.

Ali mulai mencoba untuk berpikir, bagaimana caranya untuk mempercepat meningkatkan semua atribut yang ada dalam sistem sepak bolanya, walaupun sebenarnya ia sudah puas dengan apa yang dilakukannya sekarang.

Menurut Ali, ia tadi telah melakukan tantangan harian dengan lebih baik lagi setelah diberi tahu oleh sistem dan coach Andre agar lebih stabil menjaga pergerakan tubuhnya. Namun ia harus terus berpikir bagaimana cara cepat untuk meningkatkan kemampuannya dalam bersepak bola.

Ali juga mulai berpikir bahwa mulai hari ini ia hanya akan berfokus untuk melanjutkan meningkatkan kemampuan sepak bolanya, karena ia merasa seperti sudah diberikan sebuah anugerah besar dengan adanya sistem di dalam tubuhnya.

Keesokan pagi hari, setelah Ali bangun dari tidurnya ia langsung mengaktifkan sistem sepak bolanya.

Ting!

[Sistem Aktif]

Ali penasaran dengan hasil dari tantangan hariannya kemarin setelah ia melakukan latihan menembak di lapangan Akademi Phoenix FC.

"Buka Atribut pemain"

[Atribut Pemain]

[Shooting 5] [Red] [+8%]

"Yes! Berarti kemarin hasil latihanku bertambah 6 persen, padahal hari sebelumnya aku hanya bertambah 2 persen saja!"

Ting!

[Sistem Non Aktif]

Sore hari di lapangan Akademi Phoenix FC.

"Coach! Aku telah siap untuk melakukan latihan menembak kembali, kali ini tembakan ku akan banyak mengenai target sasaran berupa kerucut plastik dengan jarak 20 meter itu!"

Terlihat Ali yang sudah sangat bersemangat untuk melakukan pelatihan mandiri rutinnya yang sudah dalam 2 hari ini di instruksikan kepada Ali oleh Pelatih Teknik pemain depan Akademi Phoenix FC Coach Andre.

"Hari ini kamu tidak akan melakukan pelatihan mandiri lagi, pelatih kepala menginginkan latih tanding untuk semua pemain di akademi ini." ucap Andre kepada Ali.

"Hari ini kita akan melakukan latih tanding dengan membagi dua para pemain dari Akademi ini!" seru Kepala Pelatih Phoenix FC U19 kepada seluruh pemain Akademi.

"Siap Coach!!!" seru serentak para pemain Akademi Phoenix FC bersemangat.

Sementara itu, terlihat Ali yang tidak terlalu senang dengan sesi latihan hari ini, karena dengan berubahnya metode pelatihan mandiri yang biasanya ia lakukan, akan mengurangi persentase jumlah tembakan yang mengenai sasaran untuk menyelesaikan tantangan harian hari ini.

"Ah, kenapa harus ada latih tanding saat ini." keluh Ali.

Dalam latih tanding ini tim akan di bagi dua, yaitu tim dengan rompi berwarna merah 11 orang dan tim dengan tim dengan rompi berwarna biru 11 orang. Mereka akan saling bertanding 2 babak selama 60 menit.

Ali akan bermain di tim dengan rompi berwarna biru dan dijadikan sebagai pemain depan. Berbeda dengan Ali, teman sekolahnya Reza akan bermain di tim dengan rompi berwarna merah.

"Tim dengan rompi berwarna merah akan menjalankan strategi menyerang, sementara tim dengan rompi berwarna biru akan menjalankan strategi bertahan!" seru kepala pelatih kepada semua pemain muda didikannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status