Bila dilihat dari komposisi pemainnya, jelas terlihat bahwa pemain yang memakai rompi berwarna merah adalah pemain inti dari Phoenix FC U19, sementara pemain yang memakai rompi biru merupakan pemain cadangannya.
Tim rompi merah sebagai tim yang menyerang akan memakai formasi 4-3-3, sementara tim rompi merah sebagai tim bertahan akan memakai formasi 4-5-1.Dalam pertandingan latih tanding ini, Ali yang merupakan satu-satunya pemain depan dari tim rompi biru, ia akan berhadapan langsung dengan Johnson yang merupakan bek tangguh dari Phoenix FC U19 yang bertubuh gempal.Johnson adalah orang yang selalu mencemooh kemampuan Ali sebagai kiper cadangan ketika tim nya Phoenix FC U19 berhadapan dengan tim Rockets FC U19 minggu lalu, yang berkesudahan 0 - 8 untuk kemenangan tim Rockets FC U19.Priit!Pertandingan pun dimulai.Seperti yang sudah diduga sebelumnya pada menit-menit awal pertandingan tim rompi merah langsung memainkan tempo cepat untuk melakukan serangan yang bertubi-tubi ke arah jantung pertahanan dari tim rompi biru.Tim rompi biru pun hanya bisa pasrah bertahan dengan berupaya untuk meredam serangan-serangan dari tim rompi merah yang datang dari segala penjuru arah pertahanan mereka."Heh! Kiper sampah!" seru Johnson sembari berjalan santai menghampiri Ali, "Orang lemah dan kurus sepertimu tidak akan pernah bisa menjadi pemain hebat." ucapnya mengejek Ali dengan suara pelan yang diarahkan ke telinga Ali.Mengetahui Johnson yang datang menghampirinya dan langsung mengejeknya, Ali hanya diam dan berusaha untuk tenang agar ia tidak terpancing dengan ucapan dari Johnson yang sepertinya akan terus menghina Ali selama pertandingan latih tanding ini berlangsung."Percuma saja kamu berubah posisi dari kiper menjadi posisi pemain depan, jika kamu masih lemah, kamu hanya akan butiran debu dimataku yang bisa kusingkirkan hanya dalam satu kibasan saja, ha ha ha." Kembali Johnson mengatakan sesuatu yang buruk tentang Ali.Sadar Johnson akan selalu mengganggu, Ali berusaha menjauh dari kawalan Johnson dengan berlari agak ke samping, sambil berharap ada bola yang akan di oper kepadanya.Namun sepertinya harapan untuk bisa di oper oleh rekan-rekannya di tim rompi biru itu hanya akan menjadi angan-angan Ali saja, karena sudah 10 menit pertandingan berjalan tidak ada serangan yang bisa dilakukan oleh tim biru, yang membuat Ali sampai saat ini belum memegang bola sama sekali. Dan …Gol!!!Tim rompi merah pada menit ke 11 dapat menjebol gawang dari tim biru, tendangan dari luar kotak penalti yang dilakukan Reza memecah kebuntuan dari tim rompi merah.Pertandingan pun dimulai kembali setelah terjadi gol pertama dari tim merah."Ali! Tetap berada di posisi tengah!!!"Pelatih Kepala dengan berteriak memberikan instruksi kepada Ali agar tetap berada di tengah dan jangan pergi ke samping lapangan hanya untuk meminta bola dari rekan-rekannya.Ali pun berlari kembali berlari ke tengah dan kembali lagi bertemu dengan Johnson bek tengah dari tim rompi merah.Pada menit ke 15 akhirnya tim biru mendapatkan kesempatan untuk membangun serangan ke arah pertahanan dari tim rompi merah.Ali dengan insting yang diperoleh dari sistem sepak bolanya merasa bahwa rekannya akan memberikan ia umpan terobosan sedikit ke arah kanan pertahanan lawan, lalu ia pun dengan cepat bergerak sedikit ke arah kanan sambil berlari. Dan …Benar saja rekannya memang memberikan umpan terobosan sedikit agak ke kanan dari pertahanan tim rompi merah.Karena Ali sudah bisa membaca umpan terobosan itu, maka ia lebih cepat bergerak dibanding dengan Johnson yang masih harus meraba-raba kemana akan datangnya bola hasil dari umpan terobosan ituBola itu terus bergulir masuk ke dalam kotak penalti lawan dan Ali yang akan pertama kali mendapatkan bola itu dan yang akan mengeksekusi bola itu saat berhadapan dengan kiper langsung.Namun karena kontrol yang buruk dan insting menembak yang masih kurang dari Ali, akhirnya Johnson dapat dengan mudah mengambil bola dari penguasaan Ali melalui tekel bersih darinya."Ha ha! Jangan harap kamu dapat dengan mudah melewati aku, apalagi jika kamu berharap bisa mencetak gol! Itu tidak akan pernah terjadi! Anak manja!" Pekik Johnson dihadapan Ali setelah ia dengan mudah menekel bersih bola dari penguasaan Ali."Ha ha!"Ali terlihat hanya tertawa tipis membalas pekikan dari Johnson."Apa yang kamu tertawakan, dasar anak aneh!" seru Johnson yang kemudian berkonsentrasi kembali pada pertandingannya melawan tim rompi biru.Di pertandingan hari ini, ternyata Ali bisa merasa senang juga, walaupun hari ini ia tidak bisa memaksimalkan persentase penambahan atribut Shootingnya.Namun, dengan apa yang terjadi di kotak penalti tadi, yang merupakan sentuhan pertamanya sebagai pemain depan, ia bisa merasakan sensasi sebagai pemain depan yang mempunyai naluri haus akan mencetak gol.Ali juga di pertandingan ini sudah bisa merasakan manfaat dari sistem sepak bola yang ada dalam dirinya, ia yang memiliki Special Ability Positioning dalam sistemnya seketika seperti bisa membaca bola yang akan ditempatkan di dalam kotak penalti oleh rekan-rekannya ketika timnya sedang dalam posisi menyerang. Dan …Priit!Priiit!Babak pertama pun selesai, dengan kemenangan sementara dari tim rompi merah dengan skor 1 - 0.Kepala Pelatih Phoenix FC U19, terlihat agak kecewa dengan penampilan dari tim rompi merah yang merupakan tim inti dari Phoenix FC U19. Ia melihat tim rompi merah banyak sekali membuang kesempatan untuk mencetak gol walaupun tim itu selalu menggempur pertahanan tim rompi biru.Lima menit kemudian pertandingan babak kedua pun dimulai.Kembali terlihat tim rompi merah melakukan inisiatif menyerang, namun kali ini mereka lebih rapi lagi dalam membangun serangan.Akhirnya dengan kepercayaan diri yang mulai meningkat tim merah dapat mencetak gol ketika pertandingan babak kedua ini baru berjalan tiga menit.Kembali Reza melalui sundulannya memanfaatkan sepak pojok dapat menggetarkan gawang dari tim rompi biru."Kalau aku hanya terus menunggu bola di depan di dalam kotak penalti, sepertinya aku tidak akan berguna bagi tim rompi biru ini, aku harus membantu pertahanan juga."Latih tanding antara tim rompi merah melawan tim rompi biru dari Akademi Phoenix FC, saat ini skor sementara adalah 2 - 0 untuk kemenangan dari tim rompi merah yang diisi oleh pemain inti.Setelah gol kedua dari tim rompi merah, terlihat Ali kali ini ia berinisiatif untuk membantu pertahanan dari tim rompi biru, karena ia merasa tidak memiliki manfaat kalau harus terus menunggu bola di pertahanan tim lawan rompi merah dan dengan staminanya yang sangat tinggi apabila dibanding dengan pemain-pemain lainnya dari Akademi Phoenix FC, Ali selalu bisa berlari dan terus berlari untuk dapat memotong umpan-umpan dari pemain tengah dari tim rompi merah.“Ali!” teriak Reza sang kapten pemain tengah dari tim rompi merah kepada Ali, “Kenapa kamu malah turun menjaga pertahanan!” ungkapnya kesal karena saat ini Ali sedang menjaga dirinya dengan ketat.“Aku tidak ada manfaat apabila terus berada di depan kotak penalti lawan, lebih baik aku turun untuk membantu pertahanan.” jawab Ali.Dengan adanya ban
Namun Ali lalu melangkahkan lagi kakinya untuk berjalan kembali meninggalkan Minda, "Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk terus fokus pada sepak bola, dan tidak akan terganggu dengan hal-hal lainnya." Pikirnya menguatkan ambisinya untuk menjadi pesepak bola profesional.Minda pun untuk kedua kalinya harus rela dan pasrah melihat Ali tidak memperdulikannya setelah hari kemarin pun mendapatkan perlakuan yang sama dari Ali, "Ali kamu memang sudah benar-benar berubah, kamu bukan dirimu yang dulu lagi. Kamu dulu baik, sangat ringkih dan hanya aku yang bisa menjaga dan menolong saat kamu di injak-injak oleh teman-teman mu saat SMP." ungkapnya dalam hatiAli saat ini memang sudah semakin ambisius dan sangat berpikir keras untuk bagaimana caranya agar kemampuan sistem sepak bolanya bisa meningkat dengan cepat, dan tidak ingin ada masalah apapun yang bisa menghambatnya.Keesokan pagi hari.Ting! [Sistem Aktif]"Buka Atribut pemain"[Atribut Pemain][Shooting 5] [Red] [+12%]"Yah, han
Abdul dan Liana mendapatkan laporan dari SMA Bright Sky tempat Ali menimba ilmu akademik pendidikannya, bahwa sudah tiga hari ini Ali tidak pernah masuk ke sekolah untuk belajar di kelasnya. Hal itu yang membuat Abdul kecewa dan langsung naik pitam, sementara Liana yang terkejut merasa sedih dan cemas dengan keadaan anaknya Ali.Abdul yang melihat Liana sedang memeluk dan melindungi Ali akhirnya mengurungkan niatnya untuk memukul Ali sekali lagi, "Kamu harus mengambil tanggung jawabmu sebagai anak dan melakukan yang terbaik untuk menjadi pribadi yang lebih baik!" ucap Abdul yang berusaha menasehati Ali, "Libur Minggu ini kamu harus tetap berada di rumah! Tidak ada latihan sepak bola lagi!". Tutup Abdul seraya berjalan masuk ke dalam kamarnya.Liana yang melihat Abdul sudah tidak berada di dekat Ali lalu melepas pelukannya dari tubuh Ali, "Sayang, Apa yang terjadi di Sekolah?" tanya Liana lembut menyelidik, "Ceritakan pada Ibu semuanya, kamu jangan terlalu khawatir, mari kita cari tahu
"Bolehkah aku meminta bantuan Ibu?"[Boleh]"Kalau begitu aku mau meminta bantuan ibu saja."Ting![Sistem Non Aktif]Tak beberapa lama kemudian, setelah Ali melihat Abdul keluar rumah, ia langsung berjalan menghampiri Liana ibunya dan meminta waktunya untuk bisa berbicara dengan ibunya di meja makan.Ali terdiam sejenak, kemudian ia mengambil nafas dalam-dalam. "Bu, aku tahu sesuatu yang mungkin tidak seharusnya aku tahu. Tetapi aku merasa harus berbicara tentang ini."Liana memperhatikan anaknya dengan cemas. "Apa yang terjadi, Nak?"Ali menatap ibunya dengan serius. "Atasan ayah melakukan penyelewengan anggaran di perusahaan. Ayah ikut terlibat."Liana terkejut mendengar hal itu. "Kamu yakin, Nak?""Iya, Bu. Aku sangat yakin. Tetapi, ayah tidak mau melaporkannya karena takut beban keuangan keluarga akan bertambah berat."Liana merasa kebingungan. "Aku tahu ayahmu. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu.""Bu, aku tahu ini sulit untuk dipercaya. Tetapi kita harus menyelesaikan ini
Ali bertanya kepada Liana Ibunya. "Ibu, bagaimana dengan reaksi Ayah?""Reaksi apa Nak?" jawab Liana balik bertanya. Ia seolah bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ali, meskipun sebenarnya dia menyadari apa maksud yang ingin disampaikan oleh Ali."Ibu belum mencoba membujuk Ayah?" Ali berusaha menekankan pertanyaannya, "Bukannya Ibu kemarin bilang mau membujuk Ayah supaya melaporkan atasannya yang akan melakukan penyelewengan anggaran di perusahaannya?!"Liana lalu melayangkan senyuman lembut terhangatnya kepada Ali dan berkata, "Sudah kok." Liana lalu merapikan meja makan."Terus apa kata Ayah?!" selidik Ali penasaran."Ayah masih belum mau melaporkan atasannya." "Apa! Ta-tapi kenapa! I-ibu mungkin belum cukup berusaha untuk membujuk Ayah!"Mendengar keluhan dari anaknya Ali, Liana lalu terdiam dan menatap tegas ke arah wajah Ali dan berkata, "Ali, Ibu sudah berusaha. Sekarang cepat habiskan sarapanmu dan berangkat bersama Ibu ke Sekolah.""Ba-baiklah." Ali yang melihat waja
“Ju-juggling Coach?!” Ali langsung terkejut mendengar permintaan Andre, karena ia memang belum pernah sama sekali melakukan juggling seumur hidupnya. Juggling adalah teknik menggiring bola dengan kaki yang dilakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri tanpa membiarkan bola jatuh ke tanah. “Siap Coach!” Coach Andre lalu memberikan bola kepada Ali, dan ketika Ali mencoba melakukan juggling, ia kesulitan untuk mengendalikan bola, karena bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan. Ali tidak ingin menyerah dan mencoba untuk melakukan juggling dengan lebih serius. Namun, hasilnya tetap sama, bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan saja. Melihat kemampuan juggling Ali yang sangat buruk, Andre lalu memberikan pengarahan kepada Ali bagaimana cara melakukan juggling yang benar. Namun, kembali hasilnya tetap sama, Ali memang tidak mempunyai kemampuan dalam mengontrol bola. "Baiklah Ali, selama se
Abdul lalu terdiam agak lama, lalu berkata dengan lirih. “Kamu dan Ali benar … Aku memang terlibat penyelewengan anggaran perusahaan. Dan hal ini sangat mengganggu pikiran dan mental ku, Li!” Mendengar pengakuan dari suaminya Abdul, Liana terkejut namun ia berusaha untuk tetap terlihat tenang di hadapan Abdul. Liana tidak menyangka bahwa apa yang diungkapkan oleh Ali mengenai penyelewengan anggaran ternyata benar adanya. “Baiklah sekarang tolong jujur kepadaku, sudah sejauh mana keterlibatanmu dalam penyelewengan anggaran ini.” selidik Liana dengan wajah seriusnya. “Panjang ceritanya, namun besok adalah harinya dimana aku yang seharusnya menandatangani pembelian barang Fiktif yang dilakukan oleh atasanku.” ungkap Abdul. “Besok jangan kamu tanda tangani surat itu. Kamu adukan atasanmu ke Unit Satuan Pengawasan Internal Perusahaan.” terang Liana memberi saran. “Tapi ada kemungkinan mereka juga terlibat Li, posisi ku saat ini sangat terjepit.” “Kamu harus lakukan sesuatu hal yang
“Kamu tahu dari siapa?” “A-aku tahu dari siapa?” Ali terhenyak, wajahnya terpaku, “Oh iya aku lupa, seharusnya aku tidak tahu,” gumamnya dalam hati. “A-aku hanya menebak saja bu, he he,” dalam seringainya Ali merasa khawatir. “Memangnya tebakanku benar ya bu, he he” “Iya, benar.” jawab singkat Liana. “Oh.” Ali menganggukkan kepalanya, “Ayah bagaimana bu? Apakah bakal ada masalah kedepannya?” “Ayah aman, tidak masalah.” Pembicaraan tadi justru membuat Ibu dan anak ini merasa canggung. Kesalahan Ali bertanya, membuat Liana curiga. Setelah Ali tahu kalau Ayahnya terlibat dalam penyelewangan anggaran dengan atasannya, kini ia tahu kalau Ayahnya sudah melaporkan atasannya. Ketika Ali sudah berangkat ke sekolah, Liana yang duduk di ruang tamu berpikir. “Apa semua ini ada hubungannya dengan chip yang aku sembunyikan di dalam tubuh Ali? Yang membuat Ali seperti ini.” Liana mengambil laptop, setelah membukanya terlihat jelas simbol nukleus berwarna biru yang merupakan lambang