Share

BAB 7. Terus Berlatih

[Atribut Pemain]

[Shooting 5] [Red] [+2%]

"Yah cuma 2% saja nambahnya!" seru Ali seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat di dalam hologramnya, "Berarti hanya 20 tembakan yang tepat sasaran." ucap Ali yang sepertinya kecewa melihat hasil yang telah ia peroleh dari hasil latihannya semalam.

"Sistem, sepertinya aku kemarin yakin tembakanku yang mengenai sasaran lebih dari 20, kenapa hanya dihitungnya 20 yang kena sasaran!" ucap Ali yang mengeluh kepada sistem tentang hasil yang ia terima dari hasil latihannya semalam.

[Sikap dan cara dalam menendang harus selalu benar, apabila tembakan mengenai sasaran tetapi sikap dan cara menendangnya salah itu tidak dihitung]

"Apa! Sampai teknik dalam menendang juga kamu perhatikan!" keluh Ali dengan wajah tak percayanya, "Kalau tahu tantangannya akan sesulit ini seharusnya kemarin yang aku tingkatkan adalah Atribut Shooting saja!" ucap Ali yang kali ini justru menyayangkan pilihannya dalam menentukan penambahan Atributnya hari kemarin.

.

Sebelumnya pada hari kemarin malam.

Malam semakin larut, lampu dari lapangan pun sudah dipadamkan, akhirnya Ali harus pulang walaupun ia masih mempunyai energi untuk melakukan tendangan-tendangan ke arah sasaran.

Ali pun pulang ke rumah dengan menaiki bus umum.

Terlihat Ali yang sedang termangu, Ia merasa kehidupannya akan berbeda dan berubah total setelah ada sistem ini.

Dulu ia tidak pernah terpikirkan untuk terus berlatih sampai malam hari, karena setelah pulang latihan biasanya ia akan buru-buru pulang ke rumah untuk rebahan dan bermain game.

Sekarang keadaannya berbeda, justru sekarang game itu ada yang di dalam dirinya, sehingga ia yang akan memainkan game yang ada di dalam dirinya sendiri.

Sesuatu kenikmatan dalam bermain game yang belum tentu semua orang dapat merasakannya, dan ia merasa sangat beruntung dengan hal itu.

"Sebenarnya petir apa yang menyambar aku ketika itu?" gumam Ali bertanya dalam hati, "Apakah itu datang dari kebaikan Dewa yang iba melihat diriku yang selalu diinjak-injak oleh teman-temanku sendiri bahkan oleh Bapakku sendiri … ." lanjutnya bergumam.

Dalam hati terdalamnya Ali berjanji akan membuktikan kepada mereka yang pernah menginjak-injak harga dirinya kalau ia akan menjadi pemain hebat dan akan membuat orang-orang itu pada akhirnya mengakui kehebatannya.

Dhiin...

Dhiin...

Suara keras klakson dari bus memecah kemangguan Ali, "Owh iya aku belum menghubungi Ibuku kalau aku akan pulang malam, pasti Ibu merasa khawatir."

Ali lalu mengeluarkan telepon selulernya.

[Sayang dimana?]

[Sayang Ko belum pulang-pulang juga]

[Panggilan telepon tak terjawab]

[Sayang, kamu tidak sedang kabur 'kan?]

[Panggilan telepon tak terjawab]

Benar saja semua pesan dari telepon seluler Ali berisi pesan dan panggilan tidak terjawab dari Liana sang ibu tersayang dari Ali.

Setelah Ali sampai di rumah, Liana langsung menyambut dengan hangat anak kesayangannya itu, "Ali sudah pulang?" tanya Liana dengan wajah cemasnya, "Kenapa tidak kirim pesan dulu sayang, Ibu sangat khawatir takut kamu kabur dari rumah." lanjut Liana mengungkapkan keresahannya.

Sementara itu Abdul yang sedang duduk bersantai tampak sinis melihat Ali yang pulang telat itu, "Jangan terlalu memaksakan diri untuk latihan yang berlebihan, stamina kamu masih belum mumpuni untuk berlatih dengan porsi sekeras itu, bisa-bisa kamu malah mengalami cedera nantinya" ucapnya sinis.

"Si Andre tuh sudah Bapak suruh untuk memulangkan Ali, malah diem aja dia!" ucap Abdul seraya berjalan masuk ke dalam kamarnya.

.

Pada sore hari ini di lapangan Akademi Phoenix FC, Ali kembali akan didampingi oleh Pelatih Andre untuk mengembangkan kemampuan menembaknya.

"Ali kulihat kamu kemarin terus berlatih menembak sampai malam, Coach sebenarnya kagum atas kegigihanmu untuk berusaha untuk menjadi penyerang yang mempunyai Shooting yang bagus" ucap kagum Andre kepada Ali, "Tetapi ada hal yang perlu kamu ketahui."

Andre kembali menjelaskan bahwa dalam semua teknik di bidang olahraga apapun seorang atlet harus bisa menjaga kestabilannya dalam bergerak, yang Ali lakukan kemarin malam itu pergerakannya tidak stabil, Ali harus mengetahui bagaimana cara bergerak cepat dan bukan bergerak karena hanya untuk di buru-buru saja. Pikiran mempunyai peranan penting dalam menjaga kestabilan ini, Ali harus fokus untuk menjaga sikap dalam menendang, bukannya berpikir untuk secepat cepatnya dalam menendang bola.

"Ingat Sikap sangat penting untuk menjaga kestabilan dirimu, jangan terburu buru untuk menendang, mengerti kamu Ali!" seru Andre menutup penjelasannya.

"Siap mengerti coach!" sahut Ali.

Hari terus berjalan dengan para pemain dari Akademi Phoenix FC yang terus berlatih sampai sore sudah mulai gelap dan para pemain pun pulang mengakhiri sesi latihannya hari ini di lapangan Akademi Phoenix FC.

Kembali hanya Ali seorang yang masih terlihat berlatih di lapangan, ia dengan penuh semangat masih terus melakukan tembakan ke arah sasaran kerucut plastik, hal ini ia lakukan agar persentase atribut Shooting yang ada dalam tantangan di sistemnya terus semakin bertambah.

Kata - kata dari Sistem dan Pelatih Andre masih terngiang di kepala Ali, Ia pun lalu menerapkan di dalam lapangan, tidak seperti kemarin malam lagi dimana ia sering melakukan banyak kesalahan dalam sikap menendangnya.

Kali ini Ali tidak terlalu terburu buru untuk menendang yang ada di pikirannya adalah bagaimana membentuk sikap yang benar dulu agar tendangannya tidak menjadi percuma.

Dhuuus..

Dhuuus..

Dhuuus..

Dhuuus..

Dhuuus..

Dengan tenang Ali kali ini ia menendang dan terus menendang.

Tidak terasa waktu sudah hampir jam 9 malam, waktu dimana lapangan akan segera ditutup dan lampu dari atas mengarah ke lapangan akan dimatikan.

Ali pun selesai dengan Tantangan Hariannya dan mulai bersiap siap untuk pulang.

"Ali!"

Terdengar suara perempuan muda yang meneriaki nama Ali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status