[Atribut Pemain]
[Shooting 5] [Red] [+2%]"Yah cuma 2% saja nambahnya!" seru Ali seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat di dalam hologramnya, "Berarti hanya 20 tembakan yang tepat sasaran." ucap Ali yang sepertinya kecewa melihat hasil yang telah ia peroleh dari hasil latihannya semalam."Sistem, sepertinya aku kemarin yakin tembakanku yang mengenai sasaran lebih dari 20, kenapa hanya dihitungnya 20 yang kena sasaran!" ucap Ali yang mengeluh kepada sistem tentang hasil yang ia terima dari hasil latihannya semalam.[Sikap dan cara dalam menendang harus selalu benar, apabila tembakan mengenai sasaran tetapi sikap dan cara menendangnya salah itu tidak dihitung]"Apa! Sampai teknik dalam menendang juga kamu perhatikan!" keluh Ali dengan wajah tak percayanya, "Kalau tahu tantangannya akan sesulit ini seharusnya kemarin yang aku tingkatkan adalah Atribut Shooting saja!" ucap Ali yang kali ini justru menyayangkan pilihannya dalam menentukan penambahan Atributnya hari kemarin..Sebelumnya pada hari kemarin malam.Malam semakin larut, lampu dari lapangan pun sudah dipadamkan, akhirnya Ali harus pulang walaupun ia masih mempunyai energi untuk melakukan tendangan-tendangan ke arah sasaran.Ali pun pulang ke rumah dengan menaiki bus umum.Terlihat Ali yang sedang termangu, Ia merasa kehidupannya akan berbeda dan berubah total setelah ada sistem ini.Dulu ia tidak pernah terpikirkan untuk terus berlatih sampai malam hari, karena setelah pulang latihan biasanya ia akan buru-buru pulang ke rumah untuk rebahan dan bermain game.Sekarang keadaannya berbeda, justru sekarang game itu ada yang di dalam dirinya, sehingga ia yang akan memainkan game yang ada di dalam dirinya sendiri.Sesuatu kenikmatan dalam bermain game yang belum tentu semua orang dapat merasakannya, dan ia merasa sangat beruntung dengan hal itu."Sebenarnya petir apa yang menyambar aku ketika itu?" gumam Ali bertanya dalam hati, "Apakah itu datang dari kebaikan Dewa yang iba melihat diriku yang selalu diinjak-injak oleh teman-temanku sendiri bahkan oleh Bapakku sendiri … ." lanjutnya bergumam.Dalam hati terdalamnya Ali berjanji akan membuktikan kepada mereka yang pernah menginjak-injak harga dirinya kalau ia akan menjadi pemain hebat dan akan membuat orang-orang itu pada akhirnya mengakui kehebatannya.Dhiin...Dhiin...Suara keras klakson dari bus memecah kemangguan Ali, "Owh iya aku belum menghubungi Ibuku kalau aku akan pulang malam, pasti Ibu merasa khawatir."Ali lalu mengeluarkan telepon selulernya.[Sayang dimana?][Sayang Ko belum pulang-pulang juga][Panggilan telepon tak terjawab][Sayang, kamu tidak sedang kabur 'kan?][Panggilan telepon tak terjawab]Benar saja semua pesan dari telepon seluler Ali berisi pesan dan panggilan tidak terjawab dari Liana sang ibu tersayang dari Ali.Setelah Ali sampai di rumah, Liana langsung menyambut dengan hangat anak kesayangannya itu, "Ali sudah pulang?" tanya Liana dengan wajah cemasnya, "Kenapa tidak kirim pesan dulu sayang, Ibu sangat khawatir takut kamu kabur dari rumah." lanjut Liana mengungkapkan keresahannya.Sementara itu Abdul yang sedang duduk bersantai tampak sinis melihat Ali yang pulang telat itu, "Jangan terlalu memaksakan diri untuk latihan yang berlebihan, stamina kamu masih belum mumpuni untuk berlatih dengan porsi sekeras itu, bisa-bisa kamu malah mengalami cedera nantinya" ucapnya sinis."Si Andre tuh sudah Bapak suruh untuk memulangkan Ali, malah diem aja dia!" ucap Abdul seraya berjalan masuk ke dalam kamarnya..Pada sore hari ini di lapangan Akademi Phoenix FC, Ali kembali akan didampingi oleh Pelatih Andre untuk mengembangkan kemampuan menembaknya."Ali kulihat kamu kemarin terus berlatih menembak sampai malam, Coach sebenarnya kagum atas kegigihanmu untuk berusaha untuk menjadi penyerang yang mempunyai Shooting yang bagus" ucap kagum Andre kepada Ali, "Tetapi ada hal yang perlu kamu ketahui."Andre kembali menjelaskan bahwa dalam semua teknik di bidang olahraga apapun seorang atlet harus bisa menjaga kestabilannya dalam bergerak, yang Ali lakukan kemarin malam itu pergerakannya tidak stabil, Ali harus mengetahui bagaimana cara bergerak cepat dan bukan bergerak karena hanya untuk di buru-buru saja. Pikiran mempunyai peranan penting dalam menjaga kestabilan ini, Ali harus fokus untuk menjaga sikap dalam menendang, bukannya berpikir untuk secepat cepatnya dalam menendang bola."Ingat Sikap sangat penting untuk menjaga kestabilan dirimu, jangan terburu buru untuk menendang, mengerti kamu Ali!" seru Andre menutup penjelasannya."Siap mengerti coach!" sahut Ali.Hari terus berjalan dengan para pemain dari Akademi Phoenix FC yang terus berlatih sampai sore sudah mulai gelap dan para pemain pun pulang mengakhiri sesi latihannya hari ini di lapangan Akademi Phoenix FC.Kembali hanya Ali seorang yang masih terlihat berlatih di lapangan, ia dengan penuh semangat masih terus melakukan tembakan ke arah sasaran kerucut plastik, hal ini ia lakukan agar persentase atribut Shooting yang ada dalam tantangan di sistemnya terus semakin bertambah.Kata - kata dari Sistem dan Pelatih Andre masih terngiang di kepala Ali, Ia pun lalu menerapkan di dalam lapangan, tidak seperti kemarin malam lagi dimana ia sering melakukan banyak kesalahan dalam sikap menendangnya.Kali ini Ali tidak terlalu terburu buru untuk menendang yang ada di pikirannya adalah bagaimana membentuk sikap yang benar dulu agar tendangannya tidak menjadi percuma.Dhuuus..Dhuuus..Dhuuus..Dhuuus..Dhuuus..Dengan tenang Ali kali ini ia menendang dan terus menendang.Tidak terasa waktu sudah hampir jam 9 malam, waktu dimana lapangan akan segera ditutup dan lampu dari atas mengarah ke lapangan akan dimatikan.Ali pun selesai dengan Tantangan Hariannya dan mulai bersiap siap untuk pulang."Ali!"Terdengar suara perempuan muda yang meneriaki nama Ali.Ali mendengar namanya dipanggil oleh suara perempuan muda yang datang dari arah punggungnya. Ia pun lalu menoleh ke belakang."Minda!" Ali terperangah, ia melihat seorang perempuan cantik yang sudah ia kenal sebelumnya, perempuan bergaya modis dengan senyumannya yang manis berjalan mendekat menuju dirinya.Nama perempuan itu Minda Olivia Johnson atau biasa dipanggil Minda."Halo Al, bagaimana kabarnya?" tanya Minda masih dengan senyuman manis nan ramahnya."A-aku baik, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" jawab Ali kikuk."Aku juga baik ko." ucap minda dengan suara imutnya."Kamu bisa ada disini Da?" tanya Ali kembali."Aku mau jemput kakakku."Ali sedikit terkejut mendengar jawaban dari Minda, "Siapa kakaknya? Disini hanya ada aku saja." gumamnya."Si-siapa kakakmu?""Ka Andre.""Hah!" Ali merasa terkejut Minda menyebut nama itu, "Maksudmu coach Andre? Pe-pelatih teknik pemain depan Phoenix FC U19!" Terka Ali, "Ka-kamu ada hubungan apa dengan coach Andre?""Aku adiknya! Masa kamu lupa
Bila dilihat dari komposisi pemainnya, jelas terlihat bahwa pemain yang memakai rompi berwarna merah adalah pemain inti dari Phoenix FC U19, sementara pemain yang memakai rompi biru merupakan pemain cadangannya. Tim rompi merah sebagai tim yang menyerang akan memakai formasi 4-3-3, sementara tim rompi merah sebagai tim bertahan akan memakai formasi 4-5-1.Dalam pertandingan latih tanding ini, Ali yang merupakan satu-satunya pemain depan dari tim rompi biru, ia akan berhadapan langsung dengan Johnson yang merupakan bek tangguh dari Phoenix FC U19 yang bertubuh gempal.Johnson adalah orang yang selalu mencemooh kemampuan Ali sebagai kiper cadangan ketika tim nya Phoenix FC U19 berhadapan dengan tim Rockets FC U19 minggu lalu, yang berkesudahan 0 - 8 untuk kemenangan tim Rockets FC U19.Priit!Pertandingan pun dimulai.Seperti yang sudah diduga sebelumnya pada menit-menit awal pertandingan tim rompi merah langsung memainkan tempo cepat untuk melakukan serangan yang bertubi-tubi ke arah
Latih tanding antara tim rompi merah melawan tim rompi biru dari Akademi Phoenix FC, saat ini skor sementara adalah 2 - 0 untuk kemenangan dari tim rompi merah yang diisi oleh pemain inti.Setelah gol kedua dari tim rompi merah, terlihat Ali kali ini ia berinisiatif untuk membantu pertahanan dari tim rompi biru, karena ia merasa tidak memiliki manfaat kalau harus terus menunggu bola di pertahanan tim lawan rompi merah dan dengan staminanya yang sangat tinggi apabila dibanding dengan pemain-pemain lainnya dari Akademi Phoenix FC, Ali selalu bisa berlari dan terus berlari untuk dapat memotong umpan-umpan dari pemain tengah dari tim rompi merah.“Ali!” teriak Reza sang kapten pemain tengah dari tim rompi merah kepada Ali, “Kenapa kamu malah turun menjaga pertahanan!” ungkapnya kesal karena saat ini Ali sedang menjaga dirinya dengan ketat.“Aku tidak ada manfaat apabila terus berada di depan kotak penalti lawan, lebih baik aku turun untuk membantu pertahanan.” jawab Ali.Dengan adanya ban
Namun Ali lalu melangkahkan lagi kakinya untuk berjalan kembali meninggalkan Minda, "Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk terus fokus pada sepak bola, dan tidak akan terganggu dengan hal-hal lainnya." Pikirnya menguatkan ambisinya untuk menjadi pesepak bola profesional.Minda pun untuk kedua kalinya harus rela dan pasrah melihat Ali tidak memperdulikannya setelah hari kemarin pun mendapatkan perlakuan yang sama dari Ali, "Ali kamu memang sudah benar-benar berubah, kamu bukan dirimu yang dulu lagi. Kamu dulu baik, sangat ringkih dan hanya aku yang bisa menjaga dan menolong saat kamu di injak-injak oleh teman-teman mu saat SMP." ungkapnya dalam hatiAli saat ini memang sudah semakin ambisius dan sangat berpikir keras untuk bagaimana caranya agar kemampuan sistem sepak bolanya bisa meningkat dengan cepat, dan tidak ingin ada masalah apapun yang bisa menghambatnya.Keesokan pagi hari.Ting! [Sistem Aktif]"Buka Atribut pemain"[Atribut Pemain][Shooting 5] [Red] [+12%]"Yah, han
Abdul dan Liana mendapatkan laporan dari SMA Bright Sky tempat Ali menimba ilmu akademik pendidikannya, bahwa sudah tiga hari ini Ali tidak pernah masuk ke sekolah untuk belajar di kelasnya. Hal itu yang membuat Abdul kecewa dan langsung naik pitam, sementara Liana yang terkejut merasa sedih dan cemas dengan keadaan anaknya Ali.Abdul yang melihat Liana sedang memeluk dan melindungi Ali akhirnya mengurungkan niatnya untuk memukul Ali sekali lagi, "Kamu harus mengambil tanggung jawabmu sebagai anak dan melakukan yang terbaik untuk menjadi pribadi yang lebih baik!" ucap Abdul yang berusaha menasehati Ali, "Libur Minggu ini kamu harus tetap berada di rumah! Tidak ada latihan sepak bola lagi!". Tutup Abdul seraya berjalan masuk ke dalam kamarnya.Liana yang melihat Abdul sudah tidak berada di dekat Ali lalu melepas pelukannya dari tubuh Ali, "Sayang, Apa yang terjadi di Sekolah?" tanya Liana lembut menyelidik, "Ceritakan pada Ibu semuanya, kamu jangan terlalu khawatir, mari kita cari tahu
"Bolehkah aku meminta bantuan Ibu?"[Boleh]"Kalau begitu aku mau meminta bantuan ibu saja."Ting![Sistem Non Aktif]Tak beberapa lama kemudian, setelah Ali melihat Abdul keluar rumah, ia langsung berjalan menghampiri Liana ibunya dan meminta waktunya untuk bisa berbicara dengan ibunya di meja makan.Ali terdiam sejenak, kemudian ia mengambil nafas dalam-dalam. "Bu, aku tahu sesuatu yang mungkin tidak seharusnya aku tahu. Tetapi aku merasa harus berbicara tentang ini."Liana memperhatikan anaknya dengan cemas. "Apa yang terjadi, Nak?"Ali menatap ibunya dengan serius. "Atasan ayah melakukan penyelewengan anggaran di perusahaan. Ayah ikut terlibat."Liana terkejut mendengar hal itu. "Kamu yakin, Nak?""Iya, Bu. Aku sangat yakin. Tetapi, ayah tidak mau melaporkannya karena takut beban keuangan keluarga akan bertambah berat."Liana merasa kebingungan. "Aku tahu ayahmu. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu.""Bu, aku tahu ini sulit untuk dipercaya. Tetapi kita harus menyelesaikan ini
Ali bertanya kepada Liana Ibunya. "Ibu, bagaimana dengan reaksi Ayah?""Reaksi apa Nak?" jawab Liana balik bertanya. Ia seolah bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ali, meskipun sebenarnya dia menyadari apa maksud yang ingin disampaikan oleh Ali."Ibu belum mencoba membujuk Ayah?" Ali berusaha menekankan pertanyaannya, "Bukannya Ibu kemarin bilang mau membujuk Ayah supaya melaporkan atasannya yang akan melakukan penyelewengan anggaran di perusahaannya?!"Liana lalu melayangkan senyuman lembut terhangatnya kepada Ali dan berkata, "Sudah kok." Liana lalu merapikan meja makan."Terus apa kata Ayah?!" selidik Ali penasaran."Ayah masih belum mau melaporkan atasannya." "Apa! Ta-tapi kenapa! I-ibu mungkin belum cukup berusaha untuk membujuk Ayah!"Mendengar keluhan dari anaknya Ali, Liana lalu terdiam dan menatap tegas ke arah wajah Ali dan berkata, "Ali, Ibu sudah berusaha. Sekarang cepat habiskan sarapanmu dan berangkat bersama Ibu ke Sekolah.""Ba-baiklah." Ali yang melihat waja
“Ju-juggling Coach?!” Ali langsung terkejut mendengar permintaan Andre, karena ia memang belum pernah sama sekali melakukan juggling seumur hidupnya. Juggling adalah teknik menggiring bola dengan kaki yang dilakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri tanpa membiarkan bola jatuh ke tanah. “Siap Coach!” Coach Andre lalu memberikan bola kepada Ali, dan ketika Ali mencoba melakukan juggling, ia kesulitan untuk mengendalikan bola, karena bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan. Ali tidak ingin menyerah dan mencoba untuk melakukan juggling dengan lebih serius. Namun, hasilnya tetap sama, bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan saja. Melihat kemampuan juggling Ali yang sangat buruk, Andre lalu memberikan pengarahan kepada Ali bagaimana cara melakukan juggling yang benar. Namun, kembali hasilnya tetap sama, Ali memang tidak mempunyai kemampuan dalam mengontrol bola. "Baiklah Ali, selama se