Share

Sepanas Belaian Chef Jonathan
Sepanas Belaian Chef Jonathan
Penulis: Gallon

1. Pertemuan Tak Terduga

“Mampus ... mampus,” maki Kaluna sambil memberikan uang kepada sopir taksi dan dengan cepat berlari seperti dikejar setan ke dalam restoran tempat ia bekerja.

“Nah ... kan, mampus udah mulai pula acaranya,” bisik Kaluna sambil melirik ke arah pojok tempat parkir, “sepeda siapa pula itu? Tumben ada sepeda di sana? Udah soksoan pola hidup sehat kurasa karyawan di sini,” lanjut Kaluna sambil membuka pintu restoran secepat mungkin.

Telinganya mendengar suara tepuk tangan di dalam ruangan yang menandakan dia sudah sangat terlambat, “Beneran mampus ini! Aku nggak ada waktu lagi buat naruh semua ini ke loker,” maki Kaluna dengan suara pelan karena takut ketahuan karyawan lain kalau dirinya terlambat.

Matanya melihat sekelilingnya dan entah ide dari mana, Kaluna langsung memasukkan semua barangnya ke bawah meja kasir, “Masuk kamu, masuk ... nanti aku ambil, aku harus cepet. Si Raka pasti udah di sana. Duh ... Gusti selamatkanlah hambamu ini dari terpaan amukan Raka yang walau ganteng tapi kalau marah udah mirip perempuan datang bulan!” Kaluna terus berkomat-kamit bak merapal mantra sambil berjalan ke arah pintu.

Dengan cepat ia memanjangkan lehernya untuk melihat sudah sampai di mana acaranya berlangsung, “Sial, udah selesai pula,” bisik Kaluna miris sambil membuka pintu ruangan dan menundukkan tubuhnya serendah mungkin.

Detik ini Kaluna bersyukur dirinya pendek hingga bisa bersembunyi dari tatapan Raka yang entah bagaimana terasa menghunjamnya. Kaluna akhirnya berdiri di belakang salah satu teman sejawatnya.

“Telat Lun?” tanya Okhe teman sejawatnya di dapur sambil menggeserkan tubuhnya, membuat Kaluna bisa terlihat oleh Raka.

Detik itu juga Kaluna ingin menancapkan salah satu pisau di dapur miliknya ke leher Okhe karena pria itu membuat dirinya terekspose, Raka pasti akan memanggilnya dan memarahinya habis-habisan karena terlambat lagi.

“Itu siapa di belakang Pak Raka?” tanya Kaluna saat ia bisa melihat ke arah depan, ia melihat seorang pria yang sedang berbalik dan berbincang dengan Raka.

“Itu Head Chef baru yang udah dipilih sama restoran pusat di Singapura,” terang Okhe sambil berjalan ke arah pintu keluar karena acara perkenalannya sudah selesai.

Kaluna hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mengikuti Okhe, untuk apa dia di sana? Lebih baik dia ke dapur dan melakukan prepare untuk servise karena sejam lagi restoran akan buka. Saat Kaluna selangkah lagi keluar dari pintu keluar ia mendengar suara panggilan.

“Kaluna.”

“Mampus, kan, mampus udah,” ringis Kaluna sambil menatap wajah Okhe yang saat ini seolah mengejeknya. “Jangan bilang yang manggil gue Raka,” bisik Kaluna dan ia langsung merasakan kecewa karena Okhe tersenyum dan mengucapkan kata good luck tanpa suara yang membuat Kaluna menghela napas.

“Kaluna,” panggil Raka.

Kaluna dengan mengumpulkan semua keberanian yang ia miliki langsung berbalik dan memasang senyuman ramah terbaik miliknya, “Iya, Pak Raka.”

“Sini kamu, saya kenalkan sama Head Chef  baru di restoran ini dan perlu kamu tanamankan di pikiran kamu kalau Head Chef  baru kita ini tidak suka orang yang ter-lam-bat.” Raka menekannya kata terlambat hingga membuat Kaluna salah tingkah.

Kaluna hanya bisa pasrah, dengan bersusah payah Kaluna menyeret kakinya untuk mendekati Raka. Ia langsung berdiri di belakang lelaki yang sedang membelakangi dirinya.

Ini orang titisan tiang listrik atau waktu bayi kebanyakan zat besi apa, ya? Tinggi bener,” batin Kaluna sambil memperhatikan tubuh pria itu dan dia yakin seratus persen kalau dibalik seragam chef berwarna putih yang pria itu kenakan pasti terdapat tubuh yang mampu membuat semua kaum hawa tergila-gila, termasuk dirinya.

“Kaluna ini sous chef, yang menggantikan sous chef kita yang sedang cuti hamil, Kaluna kenalkan ini ....”

Lelaki itu berbalik lalu detik itu juga Kaluna dan Raka mengucapkan nama yang sama, “Jonathan.”

“Kaluna ini Jonathan,” ucap Raka yang tidak sadar dengan perasaan Kaluna, “kenapa kamu, Kaluna? Kok pias begitu mukanya? Belum makan?” tanya Raka bingung saat mendapati perubahan air muka Kaluna.

“Hah?” Kaluna mengalihkan pandangan matanya dari tatapan tajam Jonathan yang seolah menghunjam dirinya tanpa ampun. Tuhan ... dia ingat sorot mata itu, dia kenal lelaki di hadapannya itu!

“Kamu sakit atau sekarat mungkin?” tanya Raka yang kesal pada Kaluna yang terlihat pelenga-pelongo, “kamu sampai keringatan begitu.”

“Oh, nggak saya cuman ....” Kaluna menggosok-gosok kedua tangannya di paha dan bersikap senormal mungkin. “Masih untung aku nggak pingsan di tempat karena aku ketemu sama mantan pacar,” batin Kaluna.

“Jonathan,” ucap Jonathan tak acuh sambil mengalihkan pandangannya dari Kaluna seolah melihat Kaluna lebih lama akan membuat dirinya terjangkit virus yang mematikan.

“Hah?” Kaluna kaget saat melihat Jonathan yang seolah-olah tidak mengenali dirinya? Apa-apaan ini? Kenapa Jonathan pura-pura tidak mengenali dirinya? Apa dirinya berubah sebanyak itu sampai-sampai mantan pacarnya itu tidak mengenali dirinya?

“Lo yakin dia nggak budek, kan?” tanya Jonathan sambil memandang sinis pada Kaluna dan mengambil tablet miliknya.

Raka melihat Kaluna bingung, “Kaluna, kamu kenapa?” tanya Raka.

“Ah ... nggak, aku nggak apa-apa, Pak, saya cuman ....” Kaluna menggantungkan kalimatnya, “berpikir Kaluna, saya cuman apa? Nggak mungkin kamu bilang, kalau saya kaget karena mantan pacar saya pura-pura nggak kenal sama saya! Saya salah apa?” batin Kaluna sambil memandang Jonathan dan Raka bergantian.

“Haduh, udah deh ... saya banyak kerjaan, lebih baik kalian berdua ngobrol aja. Kalian coba lebih mengenali diri karena kalian akan banyak kerja di kitchen,” ucap Raka sambil pergi meninggalkan Kaluna dan Jonathan.

Sepeninggalan Raka, Kaluna masih fokus melihat wajah Jonathan. Kaluna berjuang untuk mencari hal lain yang bisa memperkuat dugaannya kalau pria di hadapannya itu ada Jonathan mantan kekasihnya, “Jojo?” Kaluna gembling dengan memanggil Jonathan dengan panggilan kesayangannya dulu.

Hening ....

Lagi, Kaluna melihat Jonathan dari ujung kaki hingga ujung rambut mencoba meyakinkan dirinya kalau lelaki di hadapannya adalah lelaki yang sama. Lelaki yang penuh dengan kelembutan, senyuman yang manis dan belaian yang selalu Kaluna ingat.

Tiba-tiba saja Jonathan menyimpan tabletnya dan menggulung lengan bajunya hingga ke siku. Ekor mata Kaluna dengan cepat melihat sesuatu yang tidak asing di lengan Jonathan, sebuah bekas luka yang tidak asing lagi bagi Kaluna. Bekas luka itu ada karena Kaluna.

"Hai, Jojo?" bisik Kaluna lagi berharap mendapatkan respons yang baik dari Jonathan.

Hening ....

Lelaki di hadapan Kaluna sama sekali tidak bergeming bahkan saat ini Kaluna hanya bisa menahan napasnya karena Jonathan hanya melihatnya dengan tatapan dingin yang sangat menusuk dan Kaluna bersumpah kalau suhu ruangan di sana seolah berubah menjadi lebih dingin.

"Jo ... jo?" ulang Kaluna takut-takut.

Terdengar helaan napas Jonathan, "Maaf, apa kita kenal?"

***

Komen (21)
goodnovel comment avatar
MG Diana Kurniawan
Kira2 panjang gak yah bab nya, suka bosen klo kepanjangan, hehe Yg lalu2 sih lumayan panjang, hehe
goodnovel comment avatar
ghaurii
im coming mbak gallon.......hahahhahhaha love....love..sekebon............
goodnovel comment avatar
Yanyan
kaluna.. itu namanya sakit tapi tdk berdarah..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status