Share

Selingkuhan Sang Sekretaris
Selingkuhan Sang Sekretaris
Penulis: Yunisa Futri

Sekretaris Baru

Hentakan langkah berbalut sepatu heels berwarna nude itu terdengar begitu merdu di lantai marmer. Deandra dengan percaya diri melangkah masuk ke Perusahaan Baskoro Grup.

Deandra mengenakan rok span selutut berwarna biru tua dengan kemeja bermotif bunga, rambut coklat tuanya terurai dengan curly di bagian bawahnya, juga riasan korean look yang cocok dengan mukanya yang bak artis korea.

Hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja sebagai sekretaris CEO, dia akan memberikan kesan terbaik untuk bos tampannya itu. Dia berangkat kerja sangat pagi dari pukul 07.00 WIB.

Dia nekat masuk perusahaan ini walaupun salah satu syaratnya sudah jelas terpampang yaitu harus seorang laki-laki. Dia juga tidak menyangka akan di terima di perusahaan idamannya itu.

Jantung Deandra mulai berdegup kencang, suara langkah kaki terdengar menuju ke arahnya.

"Selamat pagi, Pak Nathan, Pak Mahendra."

"Selamat pagi, Deandra." ucap Nathan.

"Selamat pagi, lama tidak bertemu." ucap Mahendra.

Terlihat Nathan dan Mahendra datang, Deandra mengenal mereka berdua, Nathan dan Mahendra adalah sahabat setia CEO Perusahaan ini. Dan terlihat seseorang yang begitu Deandra rindukan berada di belakang mereka namun sedang sibuk mengangkat telepon.

"Mana sekertaris baru nya?" Suara berat namun candu itu terdengar.

Marco Baskoro, lelaki tampan berdarah inggris-Indonesia sang CEO Perusahaan ini pun terpaku dengan sesosok gadis di depannya.

"Selamat pagi, Pak Marco." Deandra tersenyum cerah dan itu sangat cantik.

Marco hanya terdiam, dia sedikit terkejut dan memperhatikan Deandra sekarang.

Deandra pun hanya menampilkan senyum. Sebenarnya, dia tahu siapa yang akan menjadi CEO nya. Alasannya masuk pun bukan karena mimpinya ingin bekerja di sana, tapi lelaki idamannya berada di sana, Sang CEO Perusahaan Baskoro Grup.

Mereka pernah dekat waktu kuliah, hanya saja tidak pernah saling mengungkapkan perasaan. Dan sekarang, Deandra merasa dirinya akan meledak melihat wajah tampan penuh ketegasan itu.

Belum lagi badan Marco tampak lebih macho dari sebelumnya. Otot-ototnya tampak tercetak sempurna di balik kemeja dan jas itu. Wajahnya mulus, seperti baru cukuran pagi ini. Rambutnya pun sangat rapi, tapi tidak terkesan membosankan.

"Eheem!" Nathan menyadarkan Marco dan Deandra.

"Oke." hanya itu yang Marco ucapkan dia langsung masuk ke dalam ruangannya lalu di ikuti Nathan dan Mahendra.

"Bagaimana bos sekretaris barunya?" tanya Nathan sebelum benar-benar menutup pintu, sehingga Deandra bisa mendengarnya.

"Ya, seperti saya bilang masa percobaan 3 bulan."

Entah apa yang pria itu bicarakan di dalam, Deandra hanya kembali bekerja di mejanya. Ia sesekali melirik ke ruangan kaca itu, berharap bisa melihat wajah tampan Marco sesekali.

Satu jam berlalu, sampai akhirnya Nathan dan Mahendra pun keluar dari ruangan Marco. Mereka kembali berpamitan pada Deandra, dengan senyuman jail. Tidak lupa Nathan menyampaikan kalau Deandra disuruh masuk ke ruangan Marco.

Deandra masuk ke ruangan bos nya itu, dia harus profesional walau saat ini sejujurnya jantungnya berdetak tidak karuan.

"Bapak memanggil saya?" tanya Deandra.

"Iya, duduklah aku ingin bertanya sebentar."

"Baik, Pak."

"Apa kau benar-benar ingin menjadi sekretarisku, Deandra?"

Deandra sedikit terkejut saat Marco memanggilnya seakrab itu.

"Tentu saja, Pak."

"Bukannya kau anak orang kaya, Deandra? bukankah harusnya kau menjadi penerus perusahaan ayahmu?"

Deandra menghela napas, tiba-tiba hatinya berdenyut nyeri ketika mengingat keluarganya.

"Bapak, mungkin belum tahu kabar keluarga saya, orang tua saja sudah lama meninggal Pak, perusahaan keluarga saya sudah diakuisi oleh Yudistira Grup, jadi tidak mungkin saya menjadi penerus perusahaan, Pak."

Marco agak kaget mendengarnya, mana mungkin dia tidak tahu kabar sepenting ini, apa karena dia terlalu focus bekerja demi melupakan Deandra sehingga kabar ini pun dia tutup mata dan tidak tahu.

"Saya turut berduka, maafkan untuk hal itu." ucap Marco, menyesal.

"Tidak apa-apa Pak, kejadian itu juga sudah lama, saya juga terbiasa hidup mandiri."

"Syukurlah, kau terlihat baik-baik saja."

"Maksud Bapak?"

"Tidak, lupakan!"

Ada keheningan panjang kemudian. Marco belum menyuruh Deandra keluar, dan Deandra sendiri merasa tidak sopan jika pergi begitu saja. Akhirnya, Deandra memberanikan diri untuk memecah keheningan.

"Bolehkah saya bertanya Pak?" tanya Deandra.

"Apa itu?"

"Mengapa saya diterima di perusahaan ini, Pak? Apa karena Bapak mengenal saya?"

"Tidak juga, aku memang membutuhkan sekretaris perempuan yang fresh graduated"

"Bukannya rekrutmennya khusus laki-laki, Pak?"

Marco terdiam.

Deandra mengingat lagi betapa beraninya dia saat rekrutmen saat itu, dia begitu menonjol karena hanya dia perempuan satu-satunya di sana.

"Tidak itu hanya ketentuan biasa, sudah lah kembali bekerja!" seru Marco, terlihat mengalihkan topik.

Deandra mengangguk, lalu berdiri. Namun, ketika ingin berbalik, Deandra menghentikan Marco yang sudah kembali bekerja. Ada satu hal yang mengganggu pemandangan Deandra sedari tadi, dan dia tidak bisa mengabaikannya.

Dia  memperbaiki dasi Marco yang sedikit tidak rapi, Deandra sangat telaten hal kecil seperti ini pun dia perhatikan.

"Maaf pak sebelumnya, pukul 10.00 nanti Bapak ada meeting dengan Perusahaan Williams Corp, Investor besar, dan Bapak harus terlihat luar biasa." ucap Deandra sambil merapihkan dasinya.

Setelah rapi Deandra pamit dan tersenyum kepada Marco.

Begitu Deandra menutup pintu, Marco menggeram di mejanya. Deandra memang sekretaris profesional dia tidak merayu Marco seperti sekretaris yang sebelum-sebelumnya.

Kali ini Marco yang nampak tergoda, bibir Deandra yang tadi sangat dekat terngiang ngiang dikepalanya, juga dadanya yang terlihat berisi, membuatnya mendesir.

"Bagaimana aku bisa konsen nanti, Deandra?" batin Marco bergemuruh.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status