Share

Bertemu mutti

“Lagi-lagi ada yang menganggu !” batin Marco.

Deandra tidak kalah kaget, yang lebih ditakutkan Deandra yang mengetuk jendela mobil adalah orangnya Devin.

“Semoga bukan Bram atau Rio” Batin Deandra. Bram dan Rio adalah orang kepercayaan Devin.

Marco membuka kaca mobilnya.

"Selamat malam, Pak'"

"Malam." jawab Marco.

"Wah, maaf ternyata, Pak Marco." ucap lelaki itu yang ternyata adalah polisi yang sedang berpatroli.

"Syukurlah, hanya Pak Polisi." batin Deandra.

Marco mengerutkan dahinya.

"Maaf, Pak, mungkin bapak tidak kenal saya, tapi atasan saya di kantor sering membicarakan, bapak." ucap Pak Polisi itu.

"Siapa nama atasan nya?" tanya Marco.

"Pak Priyatna Wiryatama, Pak."

"Oh, dia memang teman saya waktu SMA, sampaikan salam saya padanya."

"'Baik, Pak, pastinya akan saya sampaikan."

"Hanya saja, saya hanya ingin mengingatkan, Pak, di sini tertera tanda untuk dilarang parkir, Pak,"

Marco dan Deandra langsung melihat tanda tersebut yang memang baru mereka sadari.

"Terimakasih, Pak, maaf saya tidak melihatnya, saya akan pergi lagi"

"Siap, Pak, tidak masalah, orang sibuk seperti Bapak, memang harus dimaklum."

"Terimakasih, Pak, kalau begitu saya jalan dulu" ucap Marco sambil tersenyum.

"Baik, Pak, Hati-hati dijalan, Pak Marco."

Mereka pun melanjutkan kembali perjalanan mereka.

"Bapak, cukup terkenal juga ya." ucap Deandra.

"Tidak juga, itu hanya kebetulan saja, Deandra." ucapnya sambil tersenyum namun hatinya sebenarnya masih kesal dengan gangguan tadi.

Mereka pun tiba di rumah Marco, alias istana megah keluarga Baskoro Grup.

“Selamat malam, tuan dan nona.” seorang pelayan wanita di sana menyapa.

“Selamat malam.” jawab Deandra.

“Apa Mutti sudah ada?” tanya Marco.

“Sudah, tuan, Nyonya sudah menunggu di ruang makan.”

Mereka langsung masuk dan menuju ruang makan.

Rumah Konglomerat memang berbeda, ruang makan berada di lantai 2, mereka menaiki lift untuk tiba di sana.

“Akhirnya datang juga kalian.” seru Mutti Miranda.

“Selamat malam, Mutti.” sapa Deandra.

“Hai, Selamat malam, Deandraku sayang, sudah lama yak kita tak berjumpa.” Mutti langsung memeluk Deandra.

“Iya, Mutti, sudah sangat lama, Mutti terlihat semakin cantik.” puji Deandra.

Mutti Miranda memang masih sangat cantik dengan usianya yang menginjak kelapa lima, dia mirip dengan Wulan Guritno.

“Kamu bisa aja, kau juga semakin cantik, sudah besar sekarang.”

“Terimakasih, Mutti”

Marco hanya asyik melihat mereka berdua mengobrol.

Mutti Miranda memang mengenal Deandra sejak lama, Deandra adalah teman dekat adiknya Marco, namanya Rachel Baskoro.

“Ayo, duduk.” ucap Mutti mempersilahkan Deandra duduk di meja makan.

Deandra dan Marco pun duduk bersampingan, dan Mutti Miranda ada di depan mereka.

Makanan pun datang, di rumah nya memang tersedia chef Profesional, makanannya di jamin seperti hotel bintang lima.

“Dra, kamu sekretaris Marco ya, sekarang?”

“Iya, Mutti”

“Syukurlah, Mutti lega jika sekretarisnya orang yang Mutti kenal, seandainya Rachel ada, pasti akan lebih menyenangkan.”

“Rachel, masih berapa lama kuliah S2 di New York, Mutti?” tanya Deandra.

“Masih lama, Dra, sepertinya dia betah tinggal di sana, pacarnya kan bule orang sana juga, jadi dia pasti lebih memilih di sana.” jawab Mutti dengan raut sedikit sedih.

“Marco, juga nih Dra, ga cari pacar terus.”

Marco yang dari tadi diam kena semprot juga.

Deandra hanya tersenyum.

“Dra, Mutti sampai takut kalo Marco itu ga normal !”

Ucapan Mutti Miranda sampai membuat Marco tersedak, untung Deandra cekatan memberikan Marco minum.

“Aku sangat selektif, Mutti.” jawab Marco.

“Selektif apanya ! terakhir kau bawa pacar kapan Marco ! sangat lama, mungkin saat SMA.”

Marco hanya bisa mendengus.

“Pak Marco normal kok, Mutti, Pak Marco mungkin masih mencari yang cocok dengan dirinya.”

Deandra mencoba membela Marco.

“Tapi, sampai kapan, Dra ! Mutti kesepian, Rachel ga ada, Vatti (panggilan ayah dalam Jerman) masih saja sibuk kerja dan dinas keluar negeri, kalo Marco punya pacar, dia bisa kan temenin, Mutti.”

“Mutti, Deandra pun bisa menemani Mutti, jika Mutti mau.”

“Ahhh, Mutti sampai terharu, kau memang selalu baik hari, Deandraku.”

“Oh iya, apa kau sudah punya pacar, Dra?”

Deandra terdiam, sebuah tangan memegang tangan Deandra dan menggenggamnya, itu tangan Marco. Deandra menatap Marco dan Marco menggelengkan sedikit kepalanya.

Deandra tahu, itu kode dari Marco.

“be-lum, Mutti.”

“Gadis sempurna seperti dirimu belum punya pacar? tapi bagus lah, cocok.” ucap Mutti.

“Cocok gimana, Mutti?”

“Tidak, Mutti hanya senang.” jawaban Mutti terdengar ambigu.

Marco yang menyimaknya tersenyum samar, Marco tahu, ibunya menyukai Deandra.

Makan malam pun selesai.

Handphone Deandra dari tadi terus berbunyi untung saja dia silent.

14 Panggilan tak terjawab terlihat di layar handphonenya dan itu dari Devin.

Deandra hanya bingung, bagaimana menjawab telepon itu. Devin akan marah besar jika tahu saat ini dia sedang makan malam bersama bos dan ibunya.

Marco memandang Deandra yang terlihat gelisah.

“Apa ada masalah?” tanya Marco.

Saat ini mereka berada di balkon yang menghadap taman dan kolam renang.

“Tidak, Pak, hanya saja, De-vin.”

“Kau masih memikirkannya saat bersamaku?”

Deandra langsung menghadap dan menatap Marco.

“Aku sama sekali tidak memikirkannya, Pak, aku hanya takut dia tahu, jika saat ini aku sedang bersama bapak.”

“Bukannya dia sedang dinas ke Jepang?”

Deandra terdiam.

“Devin kadang suka mengirim orang kepercayaannya untuk mengawasiku, Pak.”

Marco mendekat agar perkataannya terdengar jelas oleh Deandra.

“Aku akan melindungimu, Deandra” ucap Marco dengan nada lembut tapi meyakinkan.

Kalimat terkakhir Marco itu terdengar oleh Mutti Miranda, saat tak sengaja lewat balkon.

Itu membuat Mutti Mirandi sangat senang.

“Marco dan Deandra, perpaduan sempurna.” ucap Mutti Miranda dalam hati.

Deandra tidak lama di istana Baskoro, karena besok masih harus masuk kerja.

Deandra berpamitan pada Mutti, walau awalnya Mutti menahannya agar lebih lama di sana, tapi Mutti mengerti bahwa besok Deandra harus masuk kerja.

Di perjalanan pulang, tidak ada obrolan panjang, lebih banyak diam dan mendengar musik.

Marco menahan hasratnya agar tidak seperti tadi.

“Ini bukan waktu yang tepat.” batin Marco.

Deandra pun sampai di apartemennya.

“Terimakasih untuk malam ini dan beristirahatlah, Deandra.”

“Bapak, juga jangan lupa beristirahat.”

Marco mendekat pada Deandra, Deandra menggigit bibirnya gugup, Marco makin dekat, dan Deandra mulai menutup matanya.

Klik !

Suara seatbelt terbuka, terdengar.

Marco tersenyum melihat ekspresi Deandra yang telah memejamkan mata dan tersadar saat bunyi seatbelt terdengar.

Deandra memang mengira Marco akan menciumnya.

Itu membuat Deandra sedikit malu.

“Apa-apaan pikiranmu Deandra !” batin Deandra kesal.

Marco lalu keluar, membukakan pintu untuk Deandra, Marco memang memperlakukannya seperti putri.

“Terimakasih.” ucap Deandra.

“Sampai bertemu besok, Deandra.”

Deandra hanya mengangguk dan melambaikan tangan pada Marco saat mobilnya akan melaju pergi.

Deandra masih malu dengan kejadian tadi.

Deandra mulai masuk apartemennya dan menuju unit nya yang berada di lantai 10.

Hari ini memang sangat menyenangkan, dia bisa bertemu kembali dengan Mutti Miranda.

Deandra memasukan kode akses apartemennya.

Deandra terkejut karena lampu apartemennya sudah menyala.

Dan yang lebih mengejutkan ada sesosok pria sedang duduk dan menunggu dirinya.

“Darimana saja, Deandra?!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status