Share

Bab 59 - Gadis kecil dari Orleans, Part 9: Jeanne d’Arc Melawan Remulta.

Gemuruh tanah bergoncang dengan keras. Suara besi saling menumbuk dan beradu. Teriakan semangat dan kesakitan saling bercampur. Kadang ada hujan berwarna merah yang membasahi tanah yang sekarang menjadi tempat pertempuran antara pasukan Templar dari Bismarck dan Pasukan Sion dari Warsawa. 

Pasukan yang dipimpin Jeanne d'Arc langsung menerjang musuh tanpa takut meskipun mereka dihujani panah saat mereka berlari. Bahkan saat ketika mereka sudah saling beradu senjata. Mereka terus menekan musuh.

Di tengah pertempuran itu, Jeanne d'Arc langsung menghadapi pemimpin pasukan Templar, Ksatria Kudus Templar, Remulta. 

Saat mereka berdua mulai beradu senjata. Jeanne d'Arc menyimpan kapaknya di sabuknya dan mulai menggunakan tongkat benderanya untuk menyerang Remulta. 

Hanya saja Remulta terlalu kuat. Selain itu Keping Eden miliknya bukanlah tandingan bagi tongkat benderanya. Sehingga dengan sedikit ayunan, tongkat bendera Jeanne d'Arc sudah patah.

Jeanne d'Arc lalu membuang tongkat benderanya yang patah tersebut. Kali ini dia langsung menggunakan kapaknya dengan dua tangan dan membuat ancang-ancang.

“Kapak emas itu. Kapak emas itu sudah berlumur dosa akan pengkhianatan yang kau lakukan kepada Templar. Terutama kepada Grand Master Andreana! Aku akan membebaskan Keping Eden milikmu dari tangan lumpurmu itu!” teriak Remulta.

“Keping Eden ini adalah titipan Grand Master Andreana. Aku mungkin mengkhianati Templar, tapi aku tidak akan mengkhianati Grand Master Andreana. Dia adalah Grand Master yang aku cintai. Apakah kau tahu bahwa emas di kapan ini bersinar karena kesetiaanku kepadanya?” balas Jeanne d’Arc dengan mengacungkan kapaknya yang mulai bersinar.

“Hmmp! Sinarmu itu sinar kotor karena tangan lumpurmu. Keping Eden milikku akan membersihkan sinar kotormu itu!”

Remulta mulai maju menyerang Jeanne d'Arc dengan menebasnya dari atas. Tapi Jeanne d'Arc menahannya dengan gagang kapaknya. Hempasan angin tiba-tiba keluar saat dua senjata tersebut bertumbukan. 

Pasukan dari kedua belah pihak mencoba menjaga jarak dari Jeanne d'Arc dan Remulta karena hempasan anginnya cukup membuat tubuh mereka terdorong. 

"Masih kuat seperti biasanya, Remulta." ucap Jeanne d'Arc. 

"Berhentilah bicara dan matilah untuk dosamu!" 

Remulta lalu menendang keras tubuh Jeanne d'Arc dengan kaki kirinya. 

Jeanne d'Arc sempat terdorong belakang dan hampir kehilangan keseimbangannya. Melihat itu, Remulta langsung maju menyerang. 

Jeanne d'Arc yang tahu apa rencana Remulta langsung mengeluarkan api lewat kedua kakinya. Apinya langsung menyembur ke Remulta dan mendorongnya jauh ke belakang. Begitu juga Jeanne d'Arc. Tapi itu cukup membuat Jeanne d'Arc cukup waktu untuk bangun dan membalas balik serangan. 

Cukup besar tadi api yang disemburkan kepada Remulta. Tapi karena gaun besinya yang kuat, api Jeanne d'Arc tidak mampu membakar dirinya sama sekali. Remulta lalu bersiap untuk menahan serangan Jeanne d'Arc.

Saat senjata mereka beradu kembali. Hempasan angin besar yang sama juga keluar. 

"Apa kau tahu trik yang kau lakukan diajarkan oleh siapa? Grand Master Andreana yang sekarang kamu khianati!" ucap Remulta. 

"Aku sudah bilang, aku bukan pengkhianat!" 

Jeanne d'Arc terus menyerang Remulta semakin ganas. Dia mencoba berbagai macam serangan kepadanya tapi sayangnya, Remulta tidak bergeming. Sama sekali 

Kadang beberapa kali Jeanne d'Arc dihempas oleh sabetan pedang Remulta dengan kuat sampai tangan Jeanne d'Arc kesemutan menahan kapaknya. 

Harus diakui, Remulta memang wanita paling kuat dari semua pemegang Keping Eden. Bahkan dia lebih kuat dari Andreana untuk soal tenaga hempasan senjatanya. Jeanne d'Arc saja bahkan belum bisa menandingi kekuatannya ketika dia berkatih dengannya dulu. 

Otot pembuat Senjata Baja, itulah julukannya. Ketika Remulta menggunakan senjata apapun, senjata tersebut menjadi keras seperti baja. Tidak hanya itu juga, ketika senjata yang dipegangnya menyentuh senjata musuh, senjata musuh akan terasa berat dan bahkan susah dipegang sampai tangan kesemutan. Ditambah dengan efek yang dimiliki oleh Keping Eden, kemampuannya bagaikan naga Fafnir yang mampu menghancurkan musuh hanya dengan sedikit gerakan saja. 

Untungnya, Jeanne d’Arc juga memiliki Keping Eden. Efek Keping Edennya masih bisa menahan kekuatan Remulta, meskipun terasa tidak cukup karena masih bergantung dengan kemampuan Jeanne d’Arc sendiri. 

Jeanne d’Arc ingat bahwa dia bisa meminta bantuan tembakan kepada Acra. Tapi Acra hanya mau menembak jika Jeanne d’Arc bisa melukai baju besinya Remulta. Terutama di bagian jubahnya.

Berdasarkan pengintaian Acra sebelumnya. Remulta menggunakan baju besi istimewa dimana jubah hitamnya memiliki jammer, yaitu kemampuan untuk menghalau garis Gunslinger dan ini merepotkan Acra karena Acra butuh Silver Bullet untuk bisa menembus baju besi Remulta. Apalagi Silver Bullet sangat terbatas, jadi Acra hanya mau menembak sesuatu yang bisa ditembak.

Meskipun begitu, masalah Acra tidak hanya pada pelurunya. Tapi juga dengan Gunslinger musuh. Sekarang saja, Acra sedang berusaha melindungi Jeanne d’Arc dan pasukannya dari peluru musuh yang garis asalnya tidak terlihat karena jammer milik Remulta. Untungnya, jammer milik remulta itu seperti sebuah pisau bermata dua. Hal ini membuat Gunslinger musuh juga tidak akan bisa menemukan posisi Acra. 

Pada akhirnya, semua bergantung pada Jeanne d’Arc apakah dia berhasil mengalahkan remulta. Jika tidak, dia tidak akan bisa membalikkan keadaan

“Jeanne d’Arc, matilah untuk dosamu yang sudah pekat itu!” teriak Remulta yang terus menyerang Jeanne d’Arc dengan ganas. 

Jeanne d’Arc terus bertahan dan mencoba mencari kesempatan untuk menyerang. Dia bertahan dengan kemampuan Keping Eden yang membuat kapaknya tidak mampu dipatahkan oleh Keping Eden Remulta. Tapi rasa kesemutan itu tetap tidak bisa dia tahan terus-terusan. 

Hingga di suatu titik dimana tubuh Jeanne d’Arc kesemutan semua sampai Keping Eden miliknya dilontarkan jauh dari tangannya. Jeanne d’Arc sekarang jatuh ke tanah dengan Remulta sekarang mengacungkan Keping Eden miliknya ke lehernya.

“Apa kau mendengar pepatah, bahwa yang benar selalulah yang menang, Jeanne d’Arc?” tanya Remulta.

Jeanne d’Arc lalu melihat montmorency sedang berlari dari arah belakang Remulta. Dia mengeluarkan sebuah beberapa tulang manusia kecil yang disambungkan menjadi sebuah tongkat. Tongkat itu langsung mengeluarkan aura hitam ketika Montmorency mengucapkan sebuah mantra. Aura hitam itu menyelimuti tubuh montmorency dan membentuk layaknya jubah. Membuatnya seperti seorang malaikat pencabut nyawa.

Jeanne d’Arc langsung menggaruk tanah dan melemparkan tanah itu ke mata Remulta untuk membuatnya buta sementara. 

Saat Remulta mencoba membersihkan matanya dari tanah yang dilempar Jeanne d’Arc. Montmorency langsung menerjang Remulta dari belakang dengan melompat dan mendarat di pundaknya. Setelah itu kakinya dia kunci ke leher Remulta. Dia lalu menempelkan tongkat tulangnya ke dahi Remulta sambil membuat aura hitamnya mengelilingi Remulta.

Awalnya Remulta agak kaget ketika pandangannya berubah menjadi hitam. Dia mencoba melihat sekitarnya dan dia menyadari dirinya terjebak di sebuah lautan hitam. Dari lautan itu, muncullah banyak anak kecil yang berwajah mengenaskan. Ada yang matanya tercungkil, wajahnya disayat, mulut mengeluarkan darah, dan banyak hal mengerikan nan sadis yang keluar dari lautan tersebut.

Mereka berjalan perlahan dan mendekati Remulta.

“Oh Santa Remulta.”

“Kasihanilah kami, Santa Remulta.”

“Oh malaikat, tolong selamatkanlah kami.”

“Tolong kami…”

“Selamatkan kami…”

“Kumohon pegang tangan kami…”

“Kumohon…”

Ucap anak-anak itu bergantian sambil terus mendekati Remulta.

“Necromancer ya?” ucap Remulta dengan tenang tanpa merasa ketakutan dengan anak kecil yang mulai memegang tubuhnya, “Aku tidak percaya ada Ksatria Kudus yang diberkahi Tuhan memiliki kelas Iblis.” Remulta lalu menunduk ke bawah melihat anak-anak tersebut, “Oh jiwa kalian yang malang. Kalian sama sekali tidak salah untuk hidup di dunia kejam ini. Kalian bukanlah penjahat, bukan juga pencuri, bahkan penyamun. Kalian hanyalah jiwa malang yang tersesat di jalan kalian sendiri tanpa kalian temukan siapa, mengapa, dan bagaimana kalian lahir.”

Remulta lalu memegang pedangnya ke atas. Diapun mulai berdoa meskipun anak-anak tersebut dengan perlahan membuatnya tenggelam ke lautan hitam itu.

“Dengan Keping Eden ini, aku akan membebaskan jiwa kalian. Dan semua yang dipanggil oleh nama Tuhan akan diselematkan. Tuhan akan selalu menuntun jalan kalian. Wahai Keping Eden, pecahan Apel Eden yang diturunkan Tuhan sebagai pembimbing manusia pertama. Antarkanlah jiwa yang malang ini dan kembalikan mereka ke tempat asalnya.”

Pedang Remulta lalu mengeluarkan sinar emas. Sinar itu mulai membutakan anak-anak tersebut dan mulai menyelimuti mereka. 

Awalnya anak-anak itu berteriak dan panik sambil terus mencoba menarik Remulta tenggelam. Tapi lama kelamaan, anak-anak tersebut mulai diam dan tak bergerak. Tubuh anak-anak itu yang tadinya hitam dengan pemandangan mengerikan. Sekarang menjadi anak-anak biasa dengan wajah yang putih berseri. 

Anak-anak itu lalu memandang Remulta. Yang sekarang berdiri tegak tanpa ada lautan hitam yang tadinya menelannya. Dengan pelan, mereka berkata.

“Terima kasih.”

Remulta lalu membalas dengan senyuman, “Semoga jiwa kalian tenang dengan damai.”

Anak-anak tersebut kemudian berubah menjadi sebuah bola cahaya. Bola tersebut lalu pergi ke atas dan mulai menghilang. Setelah itu, pemandangan medan perang pelan-pelan kembali di mata Remulta.

Setelah Remulta bebas dari pengaruh Necromancer. Dia langsung menarik tubuh Montmorency yang tadi ada di atasnya. Setelah itu dilempar tubuh Montmorency ke bawah.

“Kau, kau Ksatria Kudus yang diberkahi oleh Grand Master, Richard.” ucap Remulta sambil bersiap untuk menebas Montmorency, “Kau sudah berdosa karena membuat dirimu memiliki kelas Necromancer. Sekarang aku akan menghukummu agar dosamu tidak melekat pada Grand Master. Matilah dengan te—”

Kalimat Remulta tiba-tiba berhenti. Dia merasakan sebuah serangan telak dari belakang. Serangan itu juga lehernya sedikit tergores. Saat Remulta menoleh, serangan itu rupanya berasal dari Jeanne d’Arc yang berhasil mengambil kembali kapaknya dan menghancurkan belakang baju besi Remulta serta memutus jubah hitamnya.

“Jeanne d’Arc! Kau pikir kau bisa menebasku dari belakang begitu saja tanpa—”

Kalimat Remulta tiba-tiba berhenti ketika sebuah peluru langsung memotong tangan kanan Remulta. Seketika semburah darah keluar dari pundaknya dan dia mulai menjerit. 

“ARRRRGHHHHHHHH!” jerit Remulta sambil menahan pundaknya.

Hanya saja, peluru itu tidak datang sekali saja. Sebuah peluru tiba-tiba datang lagi dan sekarang mengarah ke tangan kiri Remulta dan memutus tangan kirinya sekarang.

“AARRRRGGGHHHHHH!”

Remulta menjerit lagi untuk yang kedua kalinya dengan keras. Setelah itu jatuh pingsan dan berbaring ke bawah sambil darahnya terus keluar. 

Montmorency yang melihat itu langsung bangun dan mulai berteriak, “Pemimpin musuh telah kalah!”

Teriakan itu terdengar oleh kedua belah pihak pasukan dan mencoba melihat sekitar sambil terus bertarung. Pasukan Templar yang melihat pemimpinnya sudah jatuh mulai kehilangan semangat bertempurnya. Mereka dengan pelan-pelan mulai mundur dan kabur dari pertempuran.

Seluruh pasukan Jeanne d’Arc mulai berteriak dan bersorak dengan mengangkat senjatanya. Mereka menangis gembira dan berpelukan karena berhasil mengalahkan musuh yang mereka kira tidak bisa mereka kalahkan. Bahkan beberapa Ksatria Kudus dari pihak Jeanne juga ikut memeluk Orc sambil bersorak. 

Jeanne d’Arc lalu jatuh berlutut karena kelelahan sambil terus melihat tubuh Remulta yang terus mengeluarkan darah. Montmorency lalu menghampirinya sambil mengulurkan tangannya kepadanya. 

Jeanne d’Arc menoleh kepadanya. Dia sedikit terkejut dengan penampilan sahabatnya sebagai Necromancer. Sekarang matanya jadi terlihat seram dengan ada bercak-bercak hitam. Tidak hanya matanya, tapi tangan, bibir, dan lehernya juga ada bercak hitam.

Jeanne d’Arc tidak menyangka jika sahabatnya menjadi Necromancer. Sekilas dia berpikir untuk memperbaiki sahabatnya itu kalau sudah pulang. Tapi, setelah dipikir-pikir, untuk apa? Dia juga sekarang mengkhianati Templar dan memimpin Ksatria Kudus Sion. 

Jeanne d’Arc memutuskan untuk tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Montmorency dan menerima tangannya untuk berdiri.

Setelah itu terdengar suara terompet dari kejauhan. Suara itu berasal dari pasukan Ratu Anastasia dimana sang Ratu mulai mengarahkan pasukan beruanganya untuk berlari. Pasukan beruang itu berlari dengan cepat melebihi kecepatan kuda dan melewati pasukan Jeanne d’Arc. Rupanya pasukan itu mengejar pasukan Templar yang lari terbirit-birit tadi. 

Ratu anastasia lalu menyuruh pasukannya untuk menangkap mereka hidup-hidup. Sedangkan dia mulai menghampiri Jeanne d’Arc. Semua pasukan dari Jeanne d’Arc langsung berlutut ketika Sang Ratu menghampirinya. Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudus lainnya juga ikut berlutut.

“Kerja yang bagus, Jeanne d’Arc. Kerja bagus juga kalian semua berhasil menahan pasukan besar itu sendirian. Kalian semua akan mendapatkan hadiah—terutama kepada kalian yang bukan prajurit sebenarnya ini.”

Ratu Anastasia lalu turun dari beruangnya dan melihat tubuh Remulta. Dia lalu sedikit menyenggol tubuhnya dengan kakinya untuk memeriksanya.

“Oh! dia masih hidup.” ucap Ratu Anastasia sambil menggerakkan tangannya.

Tubuh remulta lalu tiba-tiba terangkat dan darah-darahnya yang tadi menetes keluar juga terangkat bersamanya. Ratu anastasia lalu menggerakkan tangannya lagi dan mencoba membersihkan darah yang tadi keluar. Setelah itu dia coba pompa masuk ke dalam dan menutup luka di tangannya dengan membuat kulitnya cepat mengering. Setelah itu dia taruh ke tanah.

Ratu Anastasia lalu naik ke beruangnya, “Kalian, bawa dia ke istana.”

Setelah itu Ratu Anastasia memacu beruangnya untuk pergi dan kembali ke dalam kota. Diikuti oleh sisa pasukannya. 

Jeanne d’Arc dan pasukannya lalu membawa tubuh Remulta menuju Kota Wisia. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status