Share

07. Kembalinya Sang Mantan

Amora sangat cantik malam ini dalam balutan dress of shoulder hitam. Di mata Sean, istrinya itu selalu tampak cantik dan sempurna.

Dengan langkah panjang, Sean langsung menghampiri Amora yang tampaknya belum menyadari kehadirannya. “Hai, Sayang. Sudah lama menunggu?”

Amora menoleh dan langsung tersenyum semringah saat melihat Sean. “Baru saja, Sayang.”

Sean langsung membawa Amora ke dalam pelukannya, mengecup kanan kiri pipi istrinya, dan berakhir mengecup lama bibir yang dipoles listip berwarna merah itu.

“Kau sangat seksi malam ini, Sayang!” puji Sean meneliti tampilan Amora yang benar-benar sempurna.

Dengan tatapan menggoda, Amora mengedipkan satu matanya dengan manja ke arah suaminya. “Aku sengaja untuk menggodamu, Sayang.”

Sean menyeringai. “Aku bisa saja langsung menerkammu di sini, Amor.”

Amora tergelak. “Easy, boy. Kita harus makan malam dulu supaya punya tenaga untuk bertempur malam ini.”

Sean ikut terbahak, mengambil tempat tepat di hadapan istrinya.

“Kau belum makan malam, bukan?” tanya Amora memastikan.

Sean seketika tercekat, ingatannya kini beralih ke kejadian tadi. Di mana dia makan dengan lahapnya hasil masakan dari Valerie. Bahkan Sean masih merasa begitu kenyang saking banyaknya ia makan tadi.

“Belum kan, Sayang?” tanya Amora sekali lagi karena mendapati suaminya malah diam.

Amora tidak boleh mengetahuinya. Istrinya itu tidak boleh tahu kalau dia habis makan malam di tempat Valerie. Bukan hanya makan, bahkan dia sangat menikmati masakan wanita murahan itu dan makan dengan lahap.

“I—iya ... tentu saja aku belum makan, Sayang,” ucapnya dengan gelagapan.

“Good, karena aku sudah memesan steik kesukaan kamu, Sayang.”

‘Aneh, steik ini juga kesukaannya tetapi kenapa dia sama sekali tidak tertarik sama seperti dia begitu menginginkan ayam goreng kecap sederhana buatan Valerie. Astaga, bisa-bisanya steik dengan harga fantastis ini bisa kalah dari masakan perempuan murahan itu.’

“Kamu tidak suka? Mau ganti menu yang lain?” tanya Amora tiba-tiba saat menyadari Sean tak kunjung menyentuh makanannya dan malah berakhir melamun.

Dengan gelagapan, Sean mulai menikmati steik tersebut. “Tidak, tentu saja aku menyukai ini, Sayang!”

Amora hanya manggut-manggut, meskipun banyak sekali pertanyaan yang bercokol di kepalanya tentang keanehan Sean malam ini.

Sambil menikmati makan malamnya, Amora tiba-tiba teringat Valerie yang kemarin sudah menjadi istri kedua dari suaminya.

“Sayang, kau sudah berhasil meniduri perempuan itu, kan?”

Nafsu makan Sean hilang seketika karena istrinya kembali mengingatkannya pada Valerie. “Makan dulu, nanti kita bahas.”

Amora sama sekali tak menuruti perkataan suaminya. “Aku mau tahu sekarang, Sean. Kamu sudah tidur kan sama dia?”

Tidak menjawab, Sean hanya diam sebagai jawaban. Dan Amora tahu arti diam itu.

Amora langsung menjatuhkan sendoknya dengan kasar. “Jadi, kau belum juga menidurinya? Apa yang kau tunggu, dia bahkan sudah menjadi istrimu seperti permintaannya.”

“Amor, aku akan tidur dengannya, tetapi bukan sekarang,” jawab Sean dengan nada tenang.

“Kapan, Sean? Lebih cepat dia hamil akan lebih bagus. Jadi, kamu harus secepatnya menidurinya. Pokoknya aku tidak mau tahu, besok malam kau harus berhasil menidurinya.”

Rasa kesal langsung menguasai Sean mendengar permintaan Amora yang terkesan memaksa. “Kenapa semenjak perempuan itu datang kita selalu bertengkar, Amora! Sungguh, aku sangat membenci berada di posisi ini.”

“Karena kau tidak mau mengikuti permintaanku, Sean. Ini perkara mudah, kau cukup menidurinya dan menghamilinya. Setelah itu, perempuan itu akan menjadi urusanku sampai anak kita lahir. Segampang itu, tetapi kamu sendiri yang terkesan membuatnya sulit.”

Sean menatap istrinya tak percaya. “Ini tidak sesimple yang kau pikirkan, Amora. Tidur dengan perempuan lain, terlebih lagi perempuan murahan sepertinya sangat sulit aku lakukan. Ini perlu waktu.”

Amora tahu bagaimana kerasnya seorang Sean pada pendiriannya, jadi jika ancaman dan pemaksaan sudah tidak mempan maka Amora perlu cara yang lain.

“Sepertinya kamu memang ingin bercerai dariku, buktinya kau tidak ingin menghamili perempuan itu. Kamu tidak menyayangiku lagi!” lirih Amora dengan air mata yang mulai menetes di pelupuk matanya.

Sean menghela napas, dia paling tidak bisa melihat Amora menangis, terlebih lagi jika itu karena dirinya. Dengan cepat dia berdiri dari tempatnya, mendekap tubuh Amora dengan penuh kasih sayang.

“Baiklah, jangan menangis. Secepatnya aku akan tidur dengannya dan membuatnya hamil seperti permintaanmu.”

Yeah, berhasil.

“Besok kamu harus ke apartemen Valerie, tiduri dia di sana,” pintanya dengan tatapan nanar ke arah suaminya.

Sean hanya menjawab dengan mengelus kepala wanita itu berniat menenangkan, sedangkan Amora mengalungkan lengannya di pinggang Sean.

“Baiklah, ayo menyelesaikan makan malam kita, Sayang.”

Amora mengangguk, kemudian kembali menikmati makan malamnya. Senyumnya tak pernah pudar dari bibirnya, bahagia menyelimuti perasaannya karena kali ini dia yakin Sean benar-benar akan meniduri perempuan itu.

Di sela-sela menikmati makan malamnya, sebuah notifikasi pesan muncul di layar ponselnya.

‘Amora, I miss you!’

‘Kau begitu cantik dan seksi dengan gaun malam hitam itu.’

Amora tersentak, nomor baru itu seketika membuatnya penasaran. Siapa gerangan yang mengiriminya pesan, terlebih lagi orang asing itu tahu di mana dirinya sekarang. Apakah dia penguntit?

“Ada apa, Sayang?” tanya Sean yang menyadari Amora tampak aneh, celingak-celinguk seperti mencari seseorang.

Menyadari kalau dirinya tengah diperhatikan, Amora segera menggeleng. “Bu—bukan apa-apa. Makanlah!” ucapnya terbata-bata, sembari kembali menikmati makan malamnya dengan penuh rasa penasaran akan orang asing yang mengiriminya pesan tersebut.

‘Aku sangat merindukanmu, Baby Amor!’

Pesan lain kembali muncul dan kali ini sukses membuat kedua matanya membola membaca pesan tersebut, hanya satu orang yang sering memanggilnya ‘Baby Amor’. Satu nama yang tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya. Nama yang sudah dikuburnya semenjak ia resmi menjadi nyonya Sean.

Ingin memastikan kebenarannya, dengan tangan bergetar Amora mengetik balasan untuk nomor tersebut.

‘Bara, ini kamu?’

Dan tak butuh lama hingga notif balasan kembali muncul.

‘Yes, Baby. Aku senang ternyata kau masih mengingatku.’

‘Aku tunggu di hotel Gold besok malam, Baby Amor.’

Prang~~

Ponsel yang digenggamnya jatuh dengan cara mengenaskan di atas meja. Orang itu benar Bara, cinta pertamanya yang pernah menitipkan benihnya di rahim Amora.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status