Share

Bab 6

Thanos memang tidak bisa membaca tulisan yang ia dapat dari buku tersebut. Tetapi, dengan bantuan gambar, ia mampu mengamati meskipun mungkin masih ada banyak kesalahan tafsir di dalamnya. Menafsirkan suatu gambar dengan jangka waktu sependek itu, tentu menjadi pertimbangan bagi Thanos. Beruntungnya adalah, manusia dibekali feeling untuk menjalani kehidupannya. Dan sekarang, Thanos menggunakan bekal itu. Menurut feelingnya, ia merasa kakek Atek dan nenek Lena lah sumber biang keladinya. Karena itulah sampai ada satu buku khusus yang membahas mereka.

"Aku bisa menghabisimu malam ini juga!" seru Nyai Lenox.

Denyut jantung Thanos pun berdegup kencang. Ia tidak mau mati konyol di dimensi lain, apalagi ia memiliki tanggungan nyawa Ana. Meskipun marah dan ingin tidak peduli satu sama lain, nyatanya Thanos tidak bisa membiarkan Ana sendirian di jalur sesat. Thanos ingin membawa Ana dan pergi bersama-sama, seperti misi awal yang telah mereka sepakati.

Belum sempat menjawab pertanyaan nyai Lenox, Thanos langsung diserang kembali. Hujan sihir pun menyerang tubuh Thanos. Ia bisa melihat dengan jelas kilatan warna warni yang menyambar tubuhnya sampai membuat Thanos teriak kesakitan. Tenaganya pun terkuras habis dan Thanos tergulai lemah di lantai markas nyai Lenox. Pandangannya mulai buram dan dengan sayup Thanos memikirkan kondisi Ana.

"Tidak! Aku tidak boleh mati! Ana harus bisa ku selamatkan," pikir Thanos. Tanpa ia sadari, disaat paling genting dalam hidupnya pun, yang Thanos pikirkan bukan dirinya sendiri melainkan orang lain.

Dengan satu tangan yang mengandung kekuatan magis, nyai Lenox mampu menyeret tubuh Thanos hingga terangkat dan melayang di ruang hampa, lalu menghempaskan tubuh Thanos hingga pria itu sedikit berdarah di bagian kening dan siku.

"Jika terus seperti ini aku akan mati," batin Thanos. Serangan bertubi-tubi tanpa adanya perlawanan sama dengan menyerahkan nyawa secara gratis. Karena itulah, Thanos berusaha sekuat tenaga untuk berdiri dan menghentikan aksi nyai Lenox. Setidaknya, sampai nyai Lenox sadar keberadaan Thanos bukanlah untuk melawannya.

Thanos mulai berusaha menghindari serangan dan sesekali ia juga meminta nyai Lenox untuk stop menyerangnya.

"Aku berani bersumpah, aku memihakmu, dan aku ke sini bukan untuk menyerangmu. Lagi pula aku punya apa untuk bisa menyerangmu? Aku punya kekuatan apa untuk bisa menentangmu?" Thanos mencoba menyadarkan nyai Lenox dengan harap, pernyataan itu bisa menghentikan aksi penyihir bringas yang telah membakar bara dalam jiwanya.

"Apa yang bisa kamu buktikan terkait omonganmu?" Kini, nyai Lenox menghentikan aksi sihirnya. Ia mencoba berdiskusi dengan Thanos.

"Melawan Atek dan Lena?" tanya Thanos.

"Dan kenapa kamu bisa percaya aku dibanding mereka?" imbuh Nyai Lenox.

"Penyihir tidak pernah menjadi sihir jika tidak didasari sesuatu sebagai bentuk perlawanan. Manusia itu terkadang rumit dan bahkan serakah. Aku percaya itu karena aku juga manusia. Makhluk sepertimu tentu jauh lebih tulus dan transparan," jelas Thanos.

Ucapan tersebut mungkin terdengar bualan belaka bagi nyai Lenox, tetapi, yang membuat nyai Lenox percaya adalah gesture Thanos. Lelaki itu memiliki tubuh tinggi dengan dada bidang, seolah-olah menjadi tubuh yang memang siap untuk bertarung. Apalagi, nyai Lenox adalah penyihir perempuan yang kesepian karena ia dikucilkan oleh siapapun itu. Tidak ada yang berani mendekat dan tidak ada yang ingin ia dekati pula. Tetapi, Thanos berbeda di mata nyai Lenox. Di antara mereka yang pergi, Thanos lah yang justru datang mendekat.

"Jika kamu memang memihakku, carikan busur panah yang dibawa Lena!"

"Busur panah tadi?"

"Iya. Kembalilah dengan selamat, aku akan membawakan beberapa racikan sihir untukmu."

Nyai Lenox memberikan pegangan sihir kepada Thanos, namun pegangan sihir itu memiliki jangka waktu. Ia hanya beroperasi selama satu hari, lewat dari itu semua sihirnya tidak aktif lagi.

"Baiklah, aku akan tiba kembali dengan membawa busur panah itu."

***

Sementara Ana, ia kembali dengan Lena untuk menemui Atek. Saat Ana datang, Atek terkejut, pandangannya menembus ke belakang untyk mencari tahu keberadaan Thanos.

"Di mana temanmu yang lelaki itu?" tanya Atek.

"Namanya Thanos. kami sengaja berpisah karena beda keyakinan."

"Beda keyakinan?" tanya Atek untuk memastikan ulang.

"Thanos tidak mempercayaiku dan dia malah berpihak kepada nyai Lenox. Padahal jelas bahwa nyai Lenox ini penyihir yang ingin menghabisi kota Agarsy. Jadi, aku tidak paham dengan pemikiran Thanos. Kami tidak sath frekuensi," ungkap Ana.

Di saat itu, Atek pun menatap Lena. Tatapan tajam yang membuat Lena tidak berani menatap Atek. Hanya saja, Ana tidak menyadari itu karena fokusnya adalah meluapkan emosi kekesalan akibat Thanos.

"Kamu tunggu di sini ya. Aku mau bicara sama istriku."

Denyut jantung Lena pun berdegup kencang, karena ia yakin Atek akan memarahinya. Dan jawabannya benar, Atek memarahi Lena karena ia hanya mampu membawa pulang Ana, tanpa Thanos. Ditambah lagi pernyataan Ana yang mengatakan bahwa Thanos lebih percaya nyai Lenox dibandingkan dirinya. Tentu ini menjadi prahara baru bagi Lena karena ia gagal menyadari betapa pentingnya mengambil keduanya, bukan salah satu diantara kedua manusia yang dianggap meresahkan tersebut.

"Apapun yang ku kerjakan pasti salah. Maka, bekerjalah sendiri!" seru Lena.

"Kau ingin macam-macam denganku? Tidak takut dengan pasung yang melukai kakimu itu?" desak Atek.

Setiap mendengar pasung, rasanya ingin menangis. Rasanya sesak dan tidak nyaman.

"Ti-Tidak," ungkap Lena dengan suara gemetar. Ia cemas, dan ia tidak mau mendapat pasung seperti sebelum-sebelumnya.

Sementara itu, Ana berjalan pelan ke luar bangunan milik Atek. Ia menghirup udara segar sendirian sembari membayangkan kondisi Thanos.

"Thanos baik-baik saja tidak ya? Kenapa aku jadi mencemaskannya," pikir Ana.

"Ana, pssttt, Ana!" Suara lirih yang membuat Ana menoleh ke kiri dan kanan mencari sumber suara.

"Thanos?" Entah mengapa, melihat Thanos berada disekitarnya, itu mampu menghilangkan beban stress dalam tubuh Ana.

"Kok?" tanya Ana bimbang.

"Aku menawarkan diri lagi, kamu yakin gak mau ikut aku? Aku ingin menjelaskan sesuatu."

Tetapi, raut wajah Ana kembali murung. Ia mengerutkan alisnya dan menyadari bahwa Thanos, pria yang ia rindukan keberadannya itu telah memilih mempercayai nyai Lenox, dan itu kembali membuat Ana bimbang.

"TIDAK!" jawab Ana dengan tegas. Selama ini, prinsip hidupnya tak pernah bisa dipatahkan oleh apapun.

"Sungguh?"

"Iya. Jadi pergilah!"

Terkadang, menjadi sok tidak ingin padahal sangat ingin adalah kondisi yang membingungkan. Sama halnya dengan Ana. Ia sangat menginginkan keberadaan Thanos, tetapi begitu Thanos benar benar berada di dekatnya, Ana menjadi acuh, bahkan seolah membenci kehadiran Thanos. Padahal, tidak semua pria mampu memahami isyarat wanita.

"Sudahlah, aku pergi dulu!" seru Ana.

Di sini Thanos bingung, ia diam mematung melihat Ana yang mulai berjalan menjauhinya. Sembari menghirup napas panjang nan dalam, Thanos pun melangkah maju, pelan, dan hati-hati.

Ke mana pun langkah Ana, ia mengikutinya dari belakang. Karena Thanos percaya, Ana dalam bahaya dan ia harus terus mengawasi Ana.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aldo Guntur Petir
lanjut dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status