Share

Bab 3

Kaki Ana mulai melayang dan ia kesulitan bernapas. Thanos tentu tidak tega dan ia tentu tidak terima jika rekan seperjuangannya diperlakukan seperti itu. Alhasil Thanos mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyerang penyihir tersebut. Di saat Thanos mulai melakukan penyerangan fisik, otomatis konsentrasi Nyai Lenox itu pun terganggu dan lambat laun Ana bisa melepaskan gas sihir yang mengikat lehernya.

Bruk

Jatuh ke tanah dalam kondisi lemas sementara Thanos masih berjuang untuk melawan Nyai Lenox dengan sisa-sisa tenaganya. Tahu jika Thanos mulai kesulitan, Ana pun juga tidak tinggal diam. Ia tahu tenaganya mungkin mulai melemah, tetapi itu tidak dijadikan penghalang untuk membantu Thanos. Perlahan Ana mulai bangkit dan ia mulai menyerang Nyai Lenox bersama dengan Thanos.

Di saku samping pakaian yang dikenakan Nyai Lenox terdapat benda bercahaya, yaitu batu kristal berwarna hijau tosca. Ana tidak tahu khasiat dari benda itu, tetapi ia mencoba untuk mengambil benda tersebut. Saat bendanya terambil, siapa sangka jika Nyai Lenox langsung melemah dan ia terjatuh.

Ana dan Thanos sama-sama kaget dan spontan Ana menjatuhkan batu kristal tersebut. Dibayangannya ada satu hal, yaitu, takut Nyai Lenox berubah wujud yang lebih menyeramkan daripada saat ini. Kita semua tidak pernah tahu bukan?

"Argh, ba-batu k-kristalku!" seru Nyai Lenox dengan tangan yang perlahan mulai meraih batu tersebut.

Setelah batu tersebut terpasang kembali dengan cara dikantongi, seketika kekuatan Nyai Lenox kembali muncul. Tetapi, ia memutuskan pergi meninggalkan Ana dan Thanos karena merasa terancam dan merasa mereka sudah mengetahui kelemahannya.

***

"Apa yang kamu ambil tadi?"

"Batu kristal berwarna hijau tosca. Ya, aku rasa itu adalah kuncinya. Kunci untuk melemahkan Nyai Lenox."

Ana merasa bangga atas pencapaian dirinya. Di saat sebagian besar orang beranggapan bahwa Nyai Lenox tak terkalahkan, ternyata cara untuk melumpuhkannya cukup sederhana, dengan mengambil batu kristal tersebut.

"Sudah ku katakan padamu kan, beri aku satu kesempatan maka aku akan membuktikan bahwa aku memang bisa," ungkap Ana dengan membanggakan dirinya sendiri.

Thanos hanya melirik aksi Ana. Perempuan itu nyatanya masih memiliki energi seluas lautan padahal beberapa menit yang lalu nyaris mati di tangan Nyai Lenox.

"Iya, aku akui kamu memang hebat Ana," ujar Thanos.

Di saat tidak ada orang yang mempercayainya, yang hanya menganggapnya sebagai anak tunggal manja dan tidak bisa apa-apa, nyatanya, sekarang Ana bisa mendapatkan pujian dari seseorang. Dari sini, ada satu hal yang baru Ana sadari, bahwa terkadang orang terdekatmu justru tidak pandai mengapresiasi kinerjamu, atau tidak memandang hebat pencapaianmu. Justru orang asing, orang yang baru dikenal yang pandai dan memandang hebat pencapaianmu, mau sekecil apapun itu.

Dan dari sini Ana belajar bahwa, terdampar itu tidak selamanya merugikan. Karena dari setiap perjalanan pasti memiliki hikmahnya masing-masing. Terkadang, kita boleh merindukan sesuatu yang telah berlalu jauh di belakang kita tetapi bukan berarti kita harus menyesali apa yang saat ini ada di depan kita dan yang sedang kita jalani.

"Lalu apa rencana yang menurutmu bisa kita lakukan kedepannya?"

"Kita perlu mencari markas Nyai Lenox," ujar Ana.

"Warga Agarsy mungkin saja tahu." Thanos berpikir, ia bisa saja meminta bantuan atau petunjuk dari para warga di kota Agarsy. Karena bagaimanapun juga, mereka telah lama hidup berdampingan dengan Nyai Lenox.

"Baiklah. Ayo menemui warga," pinta Ana.

Di saat mereka berjalan menyusuri kota Agarsy yang sepi senyap di setiap malam, ada kakek tua yang waktu itu sempat memanggil Ana dan meminta Ana untuk bersembunyi.

"Kakek?"

"Hei anak muda, kamu masih hidup?"

Ana mengernyitkan dahinya. Pertanyaan yang cukup aneh.

"Kenapa Kakek bicara begitu? Tentu saya masih hidup. Saya baik-baik saja Kek," ujar Ana.

"Kalian berdua selamat dari Nyai Lenox?"

"Kek, Kakek tenang saja. Kami sudah tahu kunci untuk mengalahkan Nyai Lenox," ujar Ana.

Dan dari situlah Ana menceritakan tentang batu kristal tersebut. Sang kakek sebenarnya tidak begitu menyadari keberadaan batu kristal tersebut. Tetapi, ia mulai mencoba mempercayai Ana setelah melihat Ana hidup dan selamat dari Nyai Lenox.

"Apa Kakek tahu markas Nyai Lenox?" tanya Thanos.

"Kalian mau ke sana? Memangnya kalian pikir kami belum pernah ke sana?" tanya Kakek.

Kakek itu pun mulai menjelaskan bahwa ia beserta para warga juga pernah mendatangi markas Nyai Lenox. Seperti kerajaan kecil di dalam goa, Nyai Lenox bersemayam di sana. Untuk masuk, tidak mudah. Karena jalan menuju sana cukup terjal. Selain itu, setelah sampai di depan goa, ada penjagaan ketat berupa racikan ilmu sihir yang membuat siapapun yang mencoba menembus gerbang sihir yang diciptakan Nyai Lenox, maka ia akan merasa badannya ini seolah tersetrum dan menimbulkan lemas di sekujur tubuh.

"Tidak apa-apa Kek, tetapi kami ingin mencobanya."

Kakek tersebut bersama Atek atau dipanggil Kakek Atek. Ia adalah sesepuh dan bisa dibilang yang paling tua di antara warga Agarsy lainnya. Tetapi, kakek Atek tidak memiliki ilmu untuk melawan sihir itu dengan alasan ia takut meninggalkan keluarga yang ia cintai. Kakek Atek hidup bersama istrinya tanpa memiliki anak. Dan istrinya pun juga masih hidup saat ini. Mereka berdua memilih bersembunyi dan menyelamatkan para warga dengan cara demikian. Padahal, kakek Atek juga ingin melawan dengan cara menyerang. Hanya saja, menyerang sendirian itu terlalu berbahaya. Dan hadirnya Ana beserta Thanos kembali meyakinkan Atek bahwa perubahan itu akan muncul jika ada penggeraknya.

"Aku akan ikut dengan kalian, tetapi aku harus ijin istriku dulu," ujar Atek.

"Jika istrimu tidak mengijinkan, berarti kami berdua yang ke sana dengan membawa peta atau arahan dari Kakek?" tanya Thanos.

"Iya, lebih baik begitu. Tetapi, Kakek akan tetap menyusul kalian bagaimanapun caranya," jelas Atek.

Ana pun tersenyum. Ia merasa senang karena dari dua orang yang akan melawan bertambah satu orang yang akan melawan. Ini adalah satu misi yang baik.

"Sementara itu, ini petanya. Datanglah ke sana dan aku akan menyusul kalian secepat mungkin," ujar Atek sembari memberikan peta usang kepada Ana dan Thanos.

Ana menerimanya dengan senang hati dan ia mengajak Thanos untuk bergegas menuju lokasi sesuai dengan petanya tersebut. Tetapi, Thanos merasa ada yang janggal dengan sikap Atek.

"Duluanlah, aku ingin mengikuti Kakek Atek," ujar Thanos.

Ana yang sementara ini menggenggam tangan Thanos pun mulai melepaskan genggaman. Ia merasa kesal karena merasa Thanos mudah terdistraksi hal-hal lain di luaran sana.

"Thanos, ayo fokus sama misi kita!"

"Kamu main percaya aja dengan Kakek Atek? Dia orang yang baru kita kenal dan kita tidak tahu apa yang ada dipikirannya itu," jelas Thanos. Wajar jika Thanos berhati-hati, ia merasa setiap tempat asing memiliki model adaptasi yang berbeda dan setiap hal di tempat asing itu patut dicurigai.

"Aku percaya Kakek Atek, aku sudah pernah melihat beliau sebelumnya!" tegas Ana dengan suara yang cukup nyaring. Ia kembali menggandeng tangan Thanos dan mengajak Thanos jalan sesuai arahan peta.

Sementara itu, Atek menoleh ke belakang. Ia melihat arah Ana dan Thanos yang mulai berjalan menjauh. Senyum tipis pun terlukis di raut wajah Atek yang keriput.

"Hm, dasar manusia tak kenal ampun!"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status